2

1.6K 71 16
                                    

[Can I Stay?]
a romance story

Khaina memandang takjub makhluk mungil dihadapannya, sangat lucu dan indah, bibir kecil itu menguap pelan sementara mata yang juga mungil tersebut masih senantiasa tertutup, ia jadi ingin punya satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Khaina memandang takjub makhluk mungil dihadapannya, sangat lucu dan indah, bibir kecil itu menguap pelan sementara mata yang juga mungil tersebut masih senantiasa tertutup, ia jadi ingin punya satu.

Khaina memandang takjub makhluk mungil dihadapannya, sangat lucu dan indah, bibir kecil itu menguap pelan sementara mata yang juga mungil tersebut masih senantiasa tertutup, ia jadi ingin punya satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bu Khaina sangat antisuas memandangnya, apakah ingin menggendongnya?"

Khaina mengerjab, ia beralih memandang wanita muda tanpa polesan make up yang duduk disebelah sang bayi.

Sesuai perintahnya, Ryan memberitahu rumah sakit istri dari kolega bisnisnya itu melahirkan, dan untungnya Khaina berhasil berjumpa dengan Tuan Tamara beserta istri dan bayinya yang baru lahir.

"Apakah boleh? Aku tidak pernah memegang makhluk sekecil ini sebelumnya," balasnya ragu, namun kendati demikian bole mata emerald itu tak kunjung putus dari sosok mungil tersebut.

Istri Tuan Tamara terkekeh geli, "Tentu saja boleh, ini."

Khaina mengulurkan tangannya dengan ragu, sedang Ryan yang duduk di sofa bersama Tuan Tamara memandang geli pada atasannya, ini pertama kali ia menyaksikan Khaina berekspresi seperti itu.

Khina dengan ekspresi ragu ialah suatu kemustahilan, perempuan yang menjadi atasannya itu selalu percaya diri pada setiap tindakannya.

Begitu bayi mungil itu sampai diatas tangannya, Khaina semakin jelas menghirup bau minyak telon dan aroma harum, membuatnya ingin sekali mencium pipi tembem yang memerah itu, tapi ia tahan, takut tidak sopan.

"Ini bagaimana? Aku harus bagaimana?" Khaina bertanya panik.

Istri Tuan Tamara kembali tertawa, "Dekap saja seperti ini, tangan ibu yang satunya disini"

"Wah," Khaina semakin takjub kala ia berhasil menggendong bayi itu, ia menggerak tangan dan tubuhnya perlahan, mata emerald-nya tidak lepas dari wajah mungil dan menggemaskan yang ada dipangkuannya.

Tanpa bisa dicegah, ada perasaan hangat yang Khaina tidak bisa pastikan itu apa, tetapi ia merasa nyaman. Aroma bayi dan hangatnya makhluk mungil didekapan membuatnya tidak ingin melepaskannya.

Can I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang