Can I Stay?

4

[Can I Stay?]
a romance story

"Cie yang habis PDKT-an."

Siulan menggoda memenuhi ruangan begitu Ervin melangkah memasuki dapur, pertemuannya dengan Khaina berakhir begitu jam istirahat siang selesai.

Di saat seperti ini, teman-temannya di dapur sudah pasti sedang bersantai. Mumpung ada Ervin yang menjadi topik hangat, mereka tidak mungkin melewatkan kesempatan untuk merayu laki-laki berambut ikal itu.

"Lo dikehidupan sebelumnya nyelamatin bumi ya? Sampe Khaina Rahardja ngejar lo?"

Ervin menggeleng, memangnya dikejar seorang Khaina Rahardja seistimewa itu?

Tentu saja, ini Khaina Rahardja, jika Ervin lupa perempuan itu begitu dipuja laki-laki diluaran sana.

"Lo kok bisa, Vin? Kenal Khaina Rahardja dimana?" Bayu, sahabatnya yang ahli dalam bidang dessert bertanya.

"Gue cerita pun kalian nggak bakalan percaya," balas Ervin, ikut duduk diantara mereka.

"Ya makanya cerita, lo nya aja blom cerita."

"Kalian tau kan kemaren Pak Dirga manggil gue?"

Semua temannya yang memakai baju koki sama sepertinya ikut mengangguk, tentu saja mereka tau karena kemarin saat keadaan sedang sibuk-sibuknya di dapur, tiba-tiba Dirga memanggil Ervin untuk keluar.

"Nah itu, gue ketemu sama Khaina Rahardja, itu pertama kali ketemu, gue juga nggak tau deh dia kenal gue dari mana?"

"Yang bener?"

"Bohong kan lo? Pasti pakai pelet lo? Manjur juga sih, spill dukun sabi kali."

Ervin memutar bola matanya, sudah dibilang bukan? Teman-temannya tidak akan percaya jika iya bercerita.

...............

"Bu Khaina sudah kembali? Jangan lupa nanti pukul 15.00 Ibu ada pertemuan dengan Alexandrius Corp."

Khaina mendengus, "Setidaknya izinkan aku duduk dulu."

"Silahkan, Bu. Duduk," Ryan menggeser kursinya, mempersilahkan atasannya itu untuk duduk.

"Kau tadi makan siang dimana?"

"Hah?"

Apa Khaina sepeduli itu padanya sehingga menanyakan hal sederhana itu?

Ryan sempat tersenyum haru sampai, "Ya aku hanya bertanya, kau kan biasanya selalu ikut aku kemanapun, kau tidak mungkin menahan lapar karna tidak makan bersamaku bukan?"

"Tentu saja tidak," protesnya.

"Bahkan saya makan lebih banyak dan bahagia tadi," gumam laki-laki itu menambahkan, yang samar-samar terdengar oleh Khaina.

Perempuan itu menoleh menatap Ryan penuh selidik.

Ryan menggeleng, ia menggeser kursi, kemudian duduk berhadapan dengan Khaina.