14

958 52 0
                                    

[Can I Stay ?]
a romance story

..............

Tidak ada yang lebih mengesalkan oleh Ervin selain dia ditinggal sendirian, di apartemen yang cukup luas ini.

Benar-benar sendirian.

Usai kemarin malam mereka bertengkar kecil, keputusan Khaina untuk pulang bersifat mutlak tanpa bisa digugat sama sekali, malam itu mereka kembali ke Jakarta dengan perasaan Ervin yang tidak rela.

Keduanya terjebak diam, hal baru bagi mereka karena biasanya Khaina selalu punya hal untuk menjadi topik obrolan mereka, atau sederhananya cukup Ervin yang menempel, memeluk, dan mencium perempuan itu.

Tapi, mereka begitu dingin sedari kemaren.

Ervin tidak suka ini, yang ia suka adalah Khaina selalu bertanya dan memberi tau banyak hal padanya.

Pagi tadi, meski ia menyiapkan sarapan seperti biasa-kebiasaan mereka setelah menikah dan Ervin tinggal di apartemen Khaina, sarapan itu hambar.

Bukan.

Bukan masakan Ervin yang hambar, chef andalan kafe yang selalu ramai ini tidak pernah memasak segala hal yang hambar.

Keadaan mereka yang hambar pagi ini.

Sementara Khaina, ia merasa tidak nyaman akan keterdiaman Ervin dan kebodohannya yang seolah-olah juga memaksanya bungkam. Hari ini perempuan itu uring-uringan, setelah melakukan rapat dadakan yang berlangsung kurang lebih selama 4 jam karena beberapa masalah yang terjadi di perusahaannya.

Ryan tentu selalu jadi target kekesalan Khaina lantaran memang laki-laki itu yang membuatnya kembali ke jakarta secepatnya, sangat jauh dari rencana mereka.

"Bu Khaina, ini ada berkas kerja sama dengan peru-

"KAU BISA DIAM TIDAK RYAN?"

"Lah?"

Khaina memijat pelipisnya, "Semua ini gara-gara kau!" Ia menghembuskan napas panjang, "Kau mau kupecat?"

Ryan gelagapan, bergegas menuju meja kerja Khaina dan duduk pada kursi yang ada di hadapan perempuan itu.

Berkas yang tadinya dianggap penting, ia letakkan begitu saja di atas meja kerja perempuan itu, ada yang lebih penting dari karirnya?

Sungguh, ia sudah nyaman sekali di sini, meski Khaina selalu menyebalkan.

"Salahku apa?"

"Kau masih bertanya?" tanya Khaina balik dengan garang.

Ryan menunduk, seperti hewan peliharaan yang patuh ketika dimarahi majikannya, "tapi aku benar-benar tidak tau salahku," gumamnya lambat, tetapi Khaina masih dapat mendengarnya, karena ketajaman telinga perempuan itu.

"Permasalahan perusahaan tidak separah itu hingga aku harus kembali ke sini, kau mengacaukan liburan kami."

Oh karena itu.

Ryan mendongak, merasa harus membela dirinya, "Kita jadi perbincangan publik, beberapa investor menarik saham mereka, klien-klien penting juga menghubungi meminta penjelasan, itu sudah masalah yang sangat serius," adunya menggebu-gebu.

Can I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang