17

634 40 3
                                    

[Can I Stay?]
a romance story

Ryan yang sedang asik berselancar dengan handphonenya terlonjak kaget begitu Khaina masuk dan menutup ruangan pribadinya dengan keras.

Dentuman pintu menimbulkan detakan pada jantungnya.

"Ya Allah, selamatkan hamba dari amukan singa betina," gumamnya berdoa.

Merasa penasaran, tidak urung laki-laki itu mengetuk dan membuka ruangan pribadi atasannya tersebut, kepalanya menyembul ke dalam, menyaksikan Khaina yang saat ini sibuk bersama komputer di hadapannya dengan wajah datar.

"Bu Khaina?"

"Ada apa?" sahut perempuan itu galak.

Ryan susah payah menelan salivanya lantaran gugup, ia membuka lebar pintu, masuk ke dalam dan menutup kembali pintu bercat putih itu.

"Kenapa? Bukannya tadi mau ketemu Ervin?" tanyanya penasaran.

Khaina mengangguk acuh.

Tidak menemukan kemarahan yang ditujukan pada dirinya, Ryan beranikan diri bertanya, "Nggak ketemu Ervin? Atau dia bikin Bu Khaina marah?"

"Kenapa kau banyak bertanya."

Laki-laki itu melemparkan cengiran padanya, "Penasaran doang tiba-tiba balik kayak kesetanan."

Khaina mendelik, "Kau yang kesetanan," tangannya sibuk membolak-balik berkas yang terletak di atas meja dengan keras, Ryan sangsi kertas-kertas itu akan hancur.

"Baiklah," jawab laki-laki itu lesu, kemudian keluar dari ruangan pribadi atasannya itu.

Ryan kembali memusatkan perhatiannya pada pekerjaan sampai beberapa menit kemudian Khaina keluar, menenteng tas kulit berwarna hitam.

"Bu Khaina mau kemana?"

"Kosongkan jadwalku tiga hari ke depan."

"Apa? Kenapa? Besok kita ada meeting penting, Bu."

"Tunda saja atau kau gantikan."

"Mana bisa gitu, Bu Khaina memangnya mau kemana."

"Ke berlin."

"Hah? Ngapain? Bu Khaina mau lanjutin honeymoon yang tertunda lagi kah?"

Khaina menggeleng, ia memandang Ryan skeptis, "Aku tiba-tiba ingin pergi ke sana, kau banyak omong sekali, seperti Ervin."

Ryan menunduk dalam, "Baiklah, Bu Khaina. Jadwal tiga hari kedepan akan dikosongkan. Hati-hati perjalanannya, selamat melanjutkan bulan madu yang sempat terganggu," ucapnya panjang lebar.

"Aku pergi sendiri, oh iya, kalau Ervin bertanya padamu, katakan saja urusan perusahaan."

"Hah?"

"Kalian berdua, Bu Khaina dan Ervin, kalian bertengkar? Jangan dong, kapalku kan baru berlayar."

"Keluar, Ryan," titah Khaina mengabaikan ocehan sekretarisnya itu, menumpukan sikunya ke meja sembari memijat pelipisnya.

Can I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang