11

665 81 6
                                    

Hiks Hiks...

Chika menangis dalam pelukan Feni Sang Mama Sementara Feni terus mengusap punggung Chika dengan lembut dan masih berusaha untuk menenangkannya.

" Aku gak mau di jodohin sama Vito Mah."

" Iya sayang udah ya kamu jangan nangis terus." Feni melepaskan pelukannya pada Chika lalu ibu jarinya menghapus air mata di pipi mulus anaknya." Mamah akan ngomong sama Papah nanti ya."

Indah yang sejak tadi berdiri di samping Feni mengambil posisi untuk duduk di samping kanan Chika lalu meraih tangan kanannya untuk ia genggam.

" Udah ya Dek jangan sedih terus Mbak akan bantu Mamah nanti buat ngomong sama Papah ya semoga aja Papah mau ngubah keputusannya."

Chika mengangguk pelan ia berharap bahwa Papahnya mau mengubah keputusannya karena sampai kapanpun Chika tidak akan mau di jodohkan dengan Vito.

" Gak ada yang bisa mengubah keputusan Papah."

Tatapan mata ketiganya kini tertuju pada Okta yang sudah berdiri di ambang pintu sambil berjalan masuk ke dalam kamar Chika Tanpa ketiganya ketahui Okta sudah mendengar pembicaraan mereka.

" kenapa bisa sih aku lupa kunci pintunya." Batin Indah."

Indah merutuki dirinya sendiri yang lupa menutup pintu dan menguncinya tadi pada saat ia masuk ke dalam kamar Chika.

" Papah akan atur Semuanya Chika jadi secepatnya kamu putuskan hubungan kamu sama pacar kamu yang miskin itu Vito adalah laki-laki yang tepat buat kamu."

Chika berdiri dari duduknya emosinya benar-benar sudah tidak bisa ia tahan lagi Papahnya ini sudah sangat keterlaluan.

" Aku gak mau Nerima perjodohan ini Pah aku cuma cinta sama Oniel aku gak mau nikah karena terpaksa apalagi karena di jodohin pernikahan yang bukan atas dasar cinta itu gak akan pernah Bahagia Pah."

" Cinta bisa tumbuh dengan sendirinya Chika dan seiring berjalannya waktu nanti Papah yakin kamu bisa cinta sama Vito dan Nerima dia sebagai pendamping hidup kamu."

" Pah aku mohon jangan paksa Chika untuk menerima perjodohan itu." Feni yang sedari tadi diam melihat perdebatan anaknya dengan sang suami pun akhirnya ikut berdiri dari duduknya dan mulai ikut bicara." Chika berhak nentuin kebahagiaannya sendiri Pah apa kamu tega liat Chika nantinya gak Bahagia sama pernikahannya."

" Mah tapi aku cuma mau yang terbaik buat Chika buat masa depannya aku gak mau Chika salah dalam memilih pasangan cuma Vito laki-laki yang tepat buat jadi pendamping hidupnya Chika dan Papah jamin Vito bisa bahagiain Chika nantinya."

" Itu menurut Papah aku yang nantinya akan menjalani pernikahan itu Pah pokoknya aku gak mau di jodohin sama Vito."

" Chika Kamu-."

Chika memejamkan matanya saat tangan kanan Okta terangkat untuk menampar pipinya namun Chika sama sekali tidak merasakan pipi mulusnya terasa panas karena sebuah tamparan.

Chika membuka matanya perlahan di lihatnya Indah sudah menahan tangan Okta dan berdiri tepat di depannya untuk melindunginya.

" Pah Udah cukup tahan emosi Papah aku tau Papah sekarang lagi marah sama Chika tapi aku juga gak mau kalo sampe Papah nyakitin Chika."

Okta menatap Indah lalu melepaskan tangannya yang pegang oleh Indah tatapannya kini beralih menatap tajam pada Chika.

" Suka atau Tidak Suka Papah akan tetap menjodohkan kamu dengan Vito."

Okta pun berjalan keluar dari kamar Chika dan meninggalkan ketiganya.

Chika kemudian menatap Feni dan Indah bergantian. " Mah Mbak Indah aku gak mau di jodohin sama Vito aku gak mau."

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang