Seminggu menyenangkan Mahita telah berakhir. Keluarganya harus kembali ke Indonesia segera karena ada beberapa urusan yang penting. Mereka saling berpelukan dan berpamitan di bandara tersebut. Perasaan sedih muncul dibenaknya karena ia kembali menjadi anak rantau. Memang tidak munafik rasanya ia senang menjadi anak rantau tapi perasaan rindunya terhadap rumah tidak bisa dibohongi.
Ayah Mahita celingak celinguk ke arah pintu masuk Bandara mencari seseorang.
"Teh, Adhimas gak nyamperin ke sini kah?" tanya ayahnya kepada anak sulungnya."Eh iya,Pa. Bentar aku telpon dulu." ujarnya sambil mengambil handphone-nya di tas kecilnya. Nihil! Tidak ada respon dari Adhimas.
"Gak diangkat Pa. Duh! Kemana ya ni anak?!"
"Lagi rapat mungkin dianya. Udah Teh, gak apa-apa kok. Titip salam ya ke dia," ujar ayahnya sambil menepuk pundak anak sulungnya."Teh, jaga diri ya. Jangan aneh-aneh disini! Jangan dugem juga! Dijaga sholatnya." tutur mamanya lalu mencium pipi Mahita.
"Siap Ma! Aku juga mager kalau ke mana-mana. Enak di apartemen tidur, nonton film."
"Oke,Teh kita pamit dulu ya!"
Keluarga Mahita meninggalkannya serta memasuki pintu masuk check-in. "Dah! Hati-hati yaa!" Mahita melambaikan tangan dari kejauhan. Pelan-pelan sudah tidak terlihat dari pandangan Mahita.
Seusai mengantarkan keluarganya balik, ia pulang menggunakan MRT untuk menuju apartemennya di Oxford. Sunyi dan sepi rasanya kali ini. Biasanya juga ada Adhimas yang menemaninya kemanapun, kini ia hanya seorang diri saja.
"Assalamualaikum,Sayang. Aku pulang!" Mahita membuka pintu apartemennya. Tak ada jawaban. Ia berharap Adhimas sudah pulang dari Paris dan memberikan kejutan untuknya.
"Sayang, kamu udah pulang?" Tetap tidak ada suara dan sunyi sekali.Berulang kali ia menelponnya tetap saja tidak ada respon. Mahita menyusuri setiap ruangan mencari keberadaan suaminya itu.Terlihat benda asing dan sepucuk surat yang membuatnya penasaran. Pertama-tama ia membuka sepucuk surat tersebut.
"See you when i see you.." lirih Mahita membaca surat tersebut. Tak terasa tetes air matanya membasahi surat itu.
"Dhim, secepat itu ya kamu pergi.." Ia menangis dan berteriak sejadi-jadinya. Kalut dan hancur perasaannya kali ini. Melebihi rasa hancurnya ketika diselingkuhi oleh Sagara. Karena ia merasa Adhimas adalah "He is the one" dan membuatnya luluh dengan cepat, namun cepat juga perginya. Denial, hancur, tangis dan marah jadi satu dalam benaknya. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri mengapa Adhimas pergi secepat itu. Menurutnya, Adhimas adalah pria pertama yang membuatnya jatuh cinta sedalam-dalamnya. Selain itu, bersamanya ia merasakan semua kali pertama di hidupnya.
Tak sengaja ia menyenggol benda asing disampingnya sehingga terjatuh di lantai. Nampaknya itulah mesin waktu yang Adhimas maksud. Adhimas berpesan jika ingin bertemu kembali dengannya cukup menggunakan mesin waktu yang ia berikan.
"Satu-satunya jalan buat ketemu Adhimas lagi. Tapi gimana caranya ya ngeoperasikannya?" Mahita kebingungan dan terus mengotak-atik tombol pada mesin tersebut.
Dengan sok idenya, ia menekan tombol berwarna merah yang sebenarnya artinya ia akan menjelajah waktu ke masa lalu. "AAAA TOLONGG!!" teriaknya dan lenyap sekejap bersama mesin waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anagata - The Future [DOYOUNG X SEJEONG] [END]
FantasyAnagata - The Future. "𝙀𝙫𝙚𝙧𝙮 𝙙𝙚𝙘𝙖𝙙𝙚, 𝙢𝙮 𝙝𝙚𝙖𝙧𝙩 𝙨𝙩𝙞𝙡𝙡 𝙥𝙤𝙪𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 𝙞𝙣 𝙩𝙝𝙚 𝙨𝙖𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙖𝙩 𝙛𝙤𝙧 𝙮𝙤𝙪" Mahita Raline Humaira adalah seorang wanita berasal dari Bandung. Ia pergi merantau untuk pendidikan,cinta dan...