"Capek banget hari ini. Pengen rebahan aja rasanya," keluhnya berjalan gontai menuju aula untuk acara penutupan. Sangat melelahkan sekali hari ini. Mulai dari berkeliling kampus yang luasnya melebihi sawah 100 hektar, berkenalan dengan banyak orang. Apalagi Adhimas yang selalu mengikutinya kemana saja. Dengan wajah annoyingnya membuat Mahita ingin mengusirnya dari apartemennya atau menghindar darinya. Pokoknya Adhimas enyah lah dari pandangannya. Apalagi Adhimas memandang Mahita dengan tatapan seperti bayi minta makan ke ibunya.
Setelah acara orientasi selesai, Mahita segera beranjak keluar dari aula dan segera bersembunyi menghindari dari pandangan Adhimas. Namun usahanya gagal karena pria aneh itu mengikuti setiap pergerakan saat akan menghindarinya.
"Mau kemana?" tanya Adhimas sambil menyengir ke arah Mahita.
"Duh! Kamu bisa gak ngikutin aku gak sih?! Capek ngeliat kamu mulu!!" kesal Mahita sambil mendorong Adhimas untuk menjauhinya.
"Apaan sih dorong-dorong mulu! Sini-sini." ucap Adhimas sambil berusaha memeluknya.
"Heh! Dasar genit! Baru kenal udah pelak-peluk aja!" Mahita sambil menghindar dan melepaskan pelukan Adhimas.
Adhimas sangat senang dapat bertemu Mahita kembali setelah lima tahun kematian Mahita. Namun ia bisa mengerti bahwa dulu sebelum Mahita akrab dengan Adhimas, perlakuannya seperti ini. Judes, dingin, anti romantic itulah kata-kata yang bisa mengambarkan Mahita di masa lalu bagi Adhimas.
"Ok fine! Aku gak genit lagi. Maaf ya." ujar Adhimas sambil agak menjaga jarak dari Mahita.
"Nah gitu dong, hehe." Mahita sambil berjalan meninggalkan Adhimas. Semakin Mahita menjauh, semakin Adhimas mengikutinya dari jauh. "Mau makan dimana ini?" tanya Adhimas. "Gak tahu! Pikir aja sendiri!" sewotnya.
"Yee! Sewot amat si mbak! Jangan judes-judes nanti tanduknya keluar lho!"
"Heh! Emang aku sapi apa ada tanduknya! Aya-aya wae lu."
"Aha! Aku tahu mau makan dimana! Ayo ikut aku!" Adhimas bergegas cepat sambil menggandeng tangan Mahita menuju parkiran mobil.Sesampainya mereka di mobil BMW milik Adhimas, ia langsung mempersilahkan Mahita masuk. "Yuk!" ujar Adhimas sambil membukakan pintu mobil BMWnya.
"Mau diculik ya aku?" sinis wanita itu ke arah suaminya.
"Iya, mau aku culik ke tempat makan kesukaanmu."
"Sotoy lu!" Mahita dengan nada sinis memasuki mobil BMW tersebut. Mahita terheran-heran. Amalan apa yang dia perbuat sehingga punya suami sekaya ini. Namun ia harus tetap jual-mahal dan stay cool di depan Adhimas. Jangan mudah luluh dengan permainan lelaki kardus seperti Sagara atau Adhimas.
Mobil BMW tersebut berjalan keluar gerbang pintu Oxford University dan bergerak menuju ke restaurant ramen di Oxford District yang bernama Kekitsu Ramen.
Sebelum memasuk mereka sudah disuguhkan dengan eksterior khas Jepang serta disambut oleh pelayan-pelayannya.
"Mr. Adhimas, right?" tanya pelayan Kekitsu Ramen.
"Yes, alright!" jawab Adhimas.
"Okay,Sir. We already prepare your VIP room. Welcome back,Sir" ujar pelayan Kekitsu Ramen menyambut mereka. Ternyata Adhimas adalah pemilik restaurant ramen ini. Dahulu Adhimas membuat restoran ini dikarenakan Mahita sangat suka ramen. Daripada Mahita terus menerus makan mie instan yang berbahaya, lebih baik ia makan disini sepuasnya tanpa perlu memikirkan harganya. Mengetahui hal tersebut, Mahita sangat terkejut dan kagum terhadap Adhimas.
Sesampainya di VIP Room, para pelayan memberikan pesanan mereka di meja makan mereka. "Kok-kok cepet? Aku belum liat menunya,lho!" tanya Mahita dengan penuh rasa heran. "Lah ngapain? Kamu biasanya pesen menu ini dari dulu." jawab Adhimas. "Ya bener sih, tau aja ramen favoritku" gumam Mahita sambil tersenyum kecil.
Baginya seseorang yang dapat mengingat hal terkecil pada Mahita, merupakan sesuatu yang berarti. Sejak tadi, Mahita dibuat kagum dan speechless karena act of service dari Adhimas dan pelayanan restoran ini. Tak perlu waktu lama, Mahita menyantap ramen kesukaannya. Mahita menggoyangkan kepalanya menandakan bahwa makanan yang ia makan sangat cocok di lidahnya. Melihat respon Mahita dapat membuat Adhimas senang sekali.
"Abis ini mau kemana lagi? Mall atau kafe?" tanya Adhimas. "Hmm, kayaknya pulang aja deh! Aku pingin tidur. Capek banget hari ini. Apalagi ngeliat kamu nambah capek aku," jawab Mahita dengan wajah judesnya.
"Apaan sih! Judes judes gini nambah lucu aja" Adhimas gemas dengan istrinya sambil mencubit pipi Mahita.
Namun Mahita menolaknya dengan menepis tangannya, "Heh! Berani-beraninya sentuh pipiku! Sakit tau!"
"Hahaha suka aku kalau kamu kayak gini. Lucu banget!"
"Bisa-bisanya ini orang buat pertahanan baperku runtuh! Tapi gak boleh cepet luluh! Harus kita uji dulu!" gumam Mahita sambil berusaha menjaga ekspresi wajahnya agar tidak terlihat salah tingkah.
Seusai makan siang di restoran itu, Mahita langsung mengunci kamar tidurnya dan tidur dengan pulas. Banyak sekali energi terkuras untuk hari ini. Disamping itu, suaminya, Adhimas bergegas mandi dan berganti baju. Ia merebahkan tubuhnya pada sofa keras itu yang sebenarnya membuatnya tidak betah. Namun bagaimana lagi, Mahita melarangnya untuk masuk dan tidur bersamanya.
Adhimas merenung dan mengingat-ingat kembali masa pdktnya pada waktu dulu dengan Mahita agar ia bisa jatuh cinta lagi kepadanya. Adhimas juga membuka kembali buku catatan miliknya yang berisikan apa saja kesukaan Mahita, apa saja hal yang dibenci olehnya, apa saja yang dapat membuat marah Mahita, sampai hal terkecil tentang Mahita. Ia juga menyusun beberapa langkah untuk membuat Mahita jatuh cinta lagi kepada-nya.
"Semoga berhasil," Adhimas sambil menghela nafasnya. Tak lama kemudian, Adhimas tertidur juga di atas sofa keras itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anagata - The Future [DOYOUNG X SEJEONG] [END]
FantasíaAnagata - The Future. "𝙀𝙫𝙚𝙧𝙮 𝙙𝙚𝙘𝙖𝙙𝙚, 𝙢𝙮 𝙝𝙚𝙖𝙧𝙩 𝙨𝙩𝙞𝙡𝙡 𝙥𝙤𝙪𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 𝙞𝙣 𝙩𝙝𝙚 𝙨𝙖𝙢𝙚 𝙗𝙚𝙖𝙩 𝙛𝙤𝙧 𝙮𝙤𝙪" Mahita Raline Humaira adalah seorang wanita berasal dari Bandung. Ia pergi merantau untuk pendidikan,cinta dan...