Epilog.

145 25 20
                                    

20 Februari 2045

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20 Februari 2045.
"Kamu yakin mau berangkat sekarang? Kan bisa besok berangkatnya. Toh, acaranya lusa." Mahita yang khawatir keberangkatan Adhimas ke Jerman dengan kondisi cuaca yang buruk.

"Gak apa-apa Sayang. Udah tenang aja! Lagipula kalau cuacanya buruk pasti kena delay, kok. Tenang aja ya, Cantikku," ujar Adhimas menenangkan istrinya dan mencium keningnya.

Mahita tetap khawatir dan punya firasat buruk tentang keberangkatan suaminya. Adhimas tetap kekeuh untuk berangkat karena memang urusan bisnisnya itu penting dan urgent.

"Yuk dah berangkat! Kurang lima jam lagi soalnya."

Akhirnya mereka bertiga berangkat ke Bandara mengendarai mobil selama 10 menit perjalanan. Terlihat sudah ramai hiruk-pikuk yang memenuhi bandara itu. Sebelum check-in, Adhimas menyempatkan waktu untuk makan siang sejenak di Restoran Burger kesukaan Maharani.Adhimas menyampaikan beberapa hal,"Rani, jaga mamanya ya. Kamu sudah besar harus bisa mandiri dan bertanggung jawab. Jangan nyusahin mama ya. Teruntuk istriku, jaga diri baik-baik juga ya. Jangan keluar malam-malam dan sendirian. Harus sama Rani atau Adikku ya. Pokoknya jangan sendiri! Kalau butuh apa-apa tinggal kabari aku aja."

Mereka berdua hanya menganggukan kepala mengiyakan nasihat dari pemimpin rumah tangga itu.

Tibalah saat waktu Adhimas check-in. Ia berpamitan ke Mahita dan Maharani dengan hati yang berat meninggalkan mereka seminggu.

"Hello. Passengers of flight 56K76 bound for Edinburg with stops in Berlin please boarding from Gate C2, and please have your boarding pass ready and make sure that you have collected all your carry-on baggage. Thank you."

"Dadah Yayah! Safe flight!" Maharani memeluk ayahnya lalu Adhimas mencium kening Mahita untuk terakhir kalinya. Perlahan-lahan Adhimas berjalan meninggalkan ibu dan anak itu dengan berat hati.

"Yuk kita pulang, Nak! Kamu mau beli apa disini?" tanya Mahita.

"Rani masih kenyang, Ma! Langsung pulang aja kalau gitu." terang Maharani.

****

Sebelum masuk ke rumah, ia ingin membuka berita di laman Edinburg News. Mulai dari berita politik hingga berita kesehatan di laman ini. Namun ada satu berita yang menarik perhatiannya yaitu,

 Namun ada satu berita yang menarik perhatiannya yaitu,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HA?! BENERAN INI?!" teriaknya bak tersambar petir. Lalu ia terus melihat berita lainnya karena tak percaya dengan sumber yang dibaca.

Maharani yang ikut terkejut akan jeritan mamanya bertanya,"Ada apa, Ma?"

"Ayo sekarang kita ke Bandara lagi! Pesawat Yayah kecelakaan." terang Mahita lalu memutar balik mobilnya. Dengan cepat ia memarkiran mobil di parkiran bandara dan berlari masuk mencari pusat informasi.

Ternyata firasat Mahita benar, pesawat yang Adhimas tumpangi kecelakaan dan semua orang di dalamnya tewas. Kini seolah runtuh langit menibaninya mendengar berita tersebut. Mahita jatuh pingsan karena shock dan tidak kuat menerima keadaan ini.

Gelap dan sunyi yang ia rasakan. Kerabat dan keluarga Adhimas mulai satu persatu berdatangan untuk membantu Mahita dalam mengurus dokumen kematian Adhimas pasca kecelakaan.

Mahitapun tak kunjung sadar. Maharani-pun kelabakan merespon serta mengurus surat kematian ayahnya. Namun mau tak mau ia harus bisa meskipun usianya belia.

Dalam bawah sadarnya, muncul Adhimas yang mengatakan salam terakhir untuk Mahita.

"Jaga diri baik-baik ya,Mahita dan Maharani. Aku selalu ada di sisi kalian, meskipun ragaku telah tiada."

****

"Selamat melegenda, Tuan. Namamu selalu abadi dalam karyaku," Mahita,2040 for Adhimas.

****
THE END.

Anagata - The Future [DOYOUNG X SEJEONG] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang