WARN! MISSGENDERING & FEMINIM SUBMISSIF.
_________________________
"Riki, jangan lari-lari, nak!" jerit Jeongin seraya mengejar putranya yang lari-larian di pasar. Kalau Riki melihat kucing, ia akan mengelus dan memeluknya, tapi kalau kucingnya kabur, ia akan berlari mengejar serta menangkapnya. Maka dari itu, Jeongin sering kali kewalahan mengurus sang anak yang sulit sekali diatur.
"Biarkan saja Jeongin, toh Riki pasti akan kembali tanpa harus kamu kejar. Dia tahu siapa rumahnya, Riki anak yang sangat pintar." Seorang pemuda keturunan Timur Tengah mendatanginya sembari mengangkat keranjang berisi buah-buahan.
Jeongin menyeka keringat, dirinya butuh istirahat sejenak.
"Tapi kak Juyeon, kalau aku biarkan terus, nanti dia makin seenaknya. Aku tidak mau putraku jadi nakal seperti ayahnya." Ia mengecilkan suara diakhir kalimat.
Pemuda yang dipanggil Juyeon terkekeh, "Dia masih anak-anak, Jeongin, masih berusia lima tahun."
Jeongin tersenyum tipis, tidak mau menanggapi lebih jauh. Juyeon mengerti, ia hanya mengambil barang belanjaan yang tengah ditenteng oleh Jeongin. Berharap mengurangi beban si pemuda manis yang ia kagumi.
Bukan rahasia lagi bila Juyeon menaruh rasa terhadapnya. Pemuda yang berusia 7 tahun lebih tua darinya itu belum menikah, masih menunggu Jeongin untuk mengatakan iya. Namun, menilik pada pengalamannya dulu, Jeongin jelas tidak mau menerima siapapun laki-laki dalam hidupnya. Bukan bermaksud setia pada Hyunjin, tapi ia sudah merasa cukup dengan kehadiran Riki sebagai penerus keberlangsungan hidupnya. Juga, ia takut kalau Hyunjin kembali lagi bila tahu ia memiliki kekasih baru lalu mencelakai serta mengobrak abrik kehidupan yang sudah susah payah ia bangun.
"Buna! Lihat, akhirnya aku bisa nangkap kucing ini. Coraknya ada 5, lucu ya ma. Aku kasih dia nama Hazel dan aku izin mau rawat dia, boleh?" Riki mendatangi Jeongin seraya menggendong seekor kucing kecil. Untuk seukuran anak berusia 5 tahun, Riki memang benar-benar anak yang pintar dan aktif. Bahkan bicaranya saja sudah lancar sejak berusia 3 tahun. Mungkin efek dari Riki bukanlah manusia seutuhnya.
Jeongin berjongkok menyamai tinggi Riki yang sebenarnya juga tidak lazim. Tinggi Riki sudah seperti anak berusia 10 tahun bahkan sedikit lebih berisi. Jemarinya mengelus bulu lembut si kucing kecil, "kucingnya kurus banget sayang, kamu boleh rawat ya. Asalkan betul-betul kamu jaga, kasih makan, dan ajak dia main. Jangan kamu telantarkan!"
Riki memeluk kucingnya dengan satu tangan, lalu tangan satunya tunjukkan pose hormat.
"Siap, yang mulia ratu!"Melihat tingkah Riki yang lucu, Jeongin jadi tertawa manis. Juyeon yang melihat interaksi antara ibu dan anak itu, lantas kian terpana oleh pesona Jeongin.
Lantas setelah berjalan beberapa menit lagi demi membeli bahan dapur, Jeongin dan Juyeon segera pulang ke rumah bersama Riki dan kucing barunya, Hazel.
"Sini, biar aku yang bawa!" Pemuda itu merampas keranjang belanja yang dibawa oleh Jeongin. Lalu berjalan mendahului ibu satu anak. Raut wajahnya sumringah, dalam hati merasa seperti keluarga kecil yang bahagia.
Juyeon adalah anak dari majikan Jeongin, tapi ia begitu murah hati. Tidak berlindung dibalik harta kedua orang tuanya. Bahkan Juyeon sering kali membantu Jeongin di dapur. Masakan yang dibuat oleh si pemuda pun rasanya teramat top. Jeongin akui skill memasaknya kalah jika dibandingkan dengan Juyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘽ecaꪊse 𝙔ou 𝙒ouꪶd 𝘽e 𝙈ine! - S1&S2, [hyunjeong].
FanfictionTAMAT • HYUNJEONG Pijaraya semesta rasanya sulit untuk digapai. Sebab sosokmu tak pernah berhenti berdamai dengan keadaan. Dunia kita berbeda. Kamu adalah temaram yang dijauhi umat manusia sepertiku, tidak seharusnya kamu sembunyikan aku dari dunia...