S2, 0.17; Dendam Masa Lalu.

181 28 47
                                    

Ketika Hyunjin membawanya ke dalam mobil serta melajukannya menuju tempat yang ia sebut rumah baru mereka, Jeongin di sana tidak benar-benar pingsan. Sembari terus berpura-pura pejamkan mata, diam-diam ia bertukar pesan dengan Juyeon. Hingga ia tahu, alasan mengapa Juyeon menargetkannya sebagai pelampiasan membalaskan dendam kepada Lucifer.

"Jeongin, kamu yakin untuk percaya sepenuhnya pada kekasihmu? Aku beritahu kalau dia jauh lebih berbahaya dan manipulatif ketimbang diriku." Isi dari percakapannya dengan Juyeon.

Jeongin membalasnya tanpa suara. Sesekali curi-curi pandang pada Hyunjin yang tengah fokus menyetir. Sejenak Jeongin cengo melihat rentetan pesan yang dikirim Juyeon. Jadi inikah alasan perseteruan antar iblis yang tidak bisa berakhir dalam waktu 600 tahun bahkan lebih?

Matanya kembali memejam kala Hyunjin menghentikan mobil di depan minimarket 24 jam. Ia turun untuk membeli cemilan lalu menaruhnya ke belakang tepat di pangkuan Jeongin. Hyunjin menarik napas panjang, "Saya tahu kamu tidak tidur, Jeongin. Katakan, apa yang mengganggu pikiranmu sekarang?"

Jeongin tersentak sembari membuka mata, "A—aku..."

"Jujur saja, apa yang kalian bicarakan lewat pesan online?"

Sejenak Jeongin lupa kalau Hyunjin punya naluri bak cenayang. Ia lalu menghela napas, "Kata Juyeon, dulu kamu membunuh orang yang dia cintai hanya karena dia menyukaimu."

Hyunjin terdiam. Sepanjang perjalanan tidak ada kata yang terucap di dini hari yang kian dingin menusuk hingga tulang.

_________________________

Sang tuan iblis melangkah perlahan membawa tubuh kekasihnya menuju susunan besi dan kayu yang berlapiskan setumpuk kapuk nan empuk. Ia merebahkan Jeongin dengan hati-hati di atasnya. Setelah pembicaraan hening tadi malam, Jeongin kembali benar-benar tertidur lelap.

"Jeongin bangunlah. Saya akan ceritakan segalanya dengan jujur tanpa ada yang saya tutup-tutupi padamu."

Jeongin membuka kedua matanya, "kita sedang ada di mana?" tanyanya sembari edarkan pandangan ke penjuru ruangan.

"Saya membelikan sebuah rumah untuk kita bertiga tempati. Bagaimana? Kamu menyukainya?" Hyunjin menggenggam tangan sang kekasih dengan senyum tulus.

Seraya mencoba duduk, Jeongin menepis tangan Hyunjin yang menggenggamnya. Ia mengangguk demi menghargai pemberian Hyunjin. Tapi ia memalingkan wajah mengacuhkan kehadiran sang iblis.

"Jeongin, maafkan saya."

"Maaf untuk apa, Hyunjin?"

Hyunjin menatap teduh kedua mata berbinar sendu Jeongin, mulai bersiap mengakui kesalahan yang pernah ia perbuat pada Leviathan.

"Dulu saya, Leviathan, dan Mammon adalah tiga sekawan iblis yang sangat dekat. Sampai suatu saat Mammon mengakui perasaannya pada Leviathan bahwa dia mencintai saya. Leviathan yang diam-diam menaruh rasa pada Mammon merasa kecewa, tapi tetap berlapang dada karena kami adalah sahabat baik. Bahkan membantu supaya Mammon bisa memiliki momen bersama saya. Namun saat Mammon menyatakan cinta, saat itu saya telah memiliki 5 orang selir dan semuanya adalah wanita, saya tidak menyukai laki-laki dalam hal romantik. Jadi saya menolak Mammon begitu tahu dia menyukai saya. Leviathan semakin kecewa saat tahu saya menolak iblis yang dia suka. Kemudian dia mendatangi saya, memperingati bahwa mulai saat itu kami berhenti berteman dan mengatai saya bahwa saya adalah iblis munafik yang akan segera mendapatkan karma. Benar saja, sekarang saya malah mencintai seorang laki-laki lain, yaitu kamu, Jeongin. Terdengar miris, 'kan?" jelas Hyunjin sangat detail.

"Lalu, apa yang terjadi pada Mammon?"

"Saya tidak sengaja membunuhnya. Karena Mammon terobsesi pada saya dan menaruh racun dimakanan para selir kala itu. Leviathan murka mengetahui Mammon terbunuh. Sejak saat itu, dendam menguasai dirinya. Dari kawan, kini menjadi lawan. Kami bermusuhan hanya sebab angan tak sampai seorang teman. Apalagi ketika Leviathan mengetahui bahwa permaisuri yang saya cintai di masa lampau malah bereinkarnasi menjadi laki-laki. Dia kian kalap mengatai saya munafik dan terobsesi untuk menghancurkan saya melalui kamu." Hyunjin kembali menggenggam kedua tangan Jeongin, mengecupnya penuh cinta, "Jika persahabatan erat bisa berakhir dengan permusuhan, seharusnya dari awal saya tidak usah jatuh dan diselamatkan oleh mereka berdua. Jeongin, apakah kamu masih membenci saya?"

𝘽ecaꪊse 𝙔ou 𝙒ouꪶd 𝘽e 𝙈ine! - S1&S2, [hyunjeong].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang