S2, 0.16; Cinta Pertama dan Terakhir.

229 31 44
                                    

Kalau boleh, putar lagunya selama membaca chapter ini, ya!
Supaya lebih berkesan...

Sebelumnya tak ada yang mampu,
Mengajakku untuk bertahan,
Di kala sedih.

Sebelumnya kuikat hatiku,
Hanya untuk aku seorang.

_________________________

Seusai menjawab pertanyaan Hyunjin, Kedua mata Jeongin tertutup dan langsung terkulai lemas dibantu Felix yang sudah berdiri di sana. Hyunjin menurunkan Riki, menyuruh Felix untuk menggantikannya menggendong bocah itu. Lalu, dirinya sendiri berpindah mengangkat tubuh lemas Jeongin untuk dibawa ke mobil. Di gereja itu, terdapat sebuah bagasi khusus penyimpanan mobil-mobil milik Hyunjin untuk ia pakai sewaktu-waktu membutuhkan transfortasi.

"Buka pintu belakang, kid," perintah Hyunjin.

Riki menurut. Segera ia membukakan pintu belakang mobil agar Jeongin bisa direbahkan di situ. Kemudian Riki duduk di dalam mobil, menaruh kepala Jeongin di atas pahanya, mengusap-usap rambut sang ibu dengan penuh sayang. Ia berkata, "Aku mau temani buna di sini." Sembari menatap wajah Hyunjin sekilas.

Hyunjin yang melihat respon dingin sang putra, hanya bisa mengangguk lalu berpindah pada kursi kemudi. Mulai menjalankan mobil sebagaimana mestinya manusia bepergian jauh.

"Maaf," gumam Riki tertunduk. Suaranya terdengar gamang seolah tengah dihadapkan dengan situasi tak nyaman.

Seraya melirik kaca spion, Hyunjin bertanya, "Maaf untuk apa?"

Hening, tidak ada jawaban.

Malam kian larut, Jeongin yang pingsan tidak ada tanda-tanda akan terbangun. Sepanjang perjalanan yang entah akan sampai mana ini, Riki hanya menunduk, tatap wajah tenang sang ibu dalam pangkuan. Begitu pula Hyunjin, pria itu kini merasa canggung. Bocah di belakang sana adalah putra kandungnya sendiri, darah dagingnya. Tapi mengapa rasanya asing ketika ingin membuka percakapan antar ayah-anak yang seharusnya hangat?

Jemari besar Hyunjin iseng mengutak-atik radio. Memutar lagu random dengan volume pelan, takut mengusik Jeongin yang masih jatuh pingsan. Musik terhenti pada lagu yang mungkin cocok dengan perasaan yang tengah Riki pendam.

Sebelumnya tak mudah bagiku,
Tertawa sendiri di kehidupan,
Yang kelam ini.

Lirik dengan nada lembut itu membuat Riki merasa mengantuk. Beberapa menit sebelum kesadarannya hilang, Riki sempat melihat bahwa mobil berbelok di persimpangan jalan menuju ke luar kota. Hyunjin tersenyum dibalik kaca spion, terus melajukan mobil menuju suatu tempat.

_________________________

Kicauan burung pipit di bawah gaungan nabastala nan gemilang oleh pijar bagaskara yang beranjak malu-malu dari ufuk timur, Riki mendongak, melihat ke arah luar jendela mobil. Pada pohon-pohon yang berjejer tak beraturan, serta ilalang tinggi lebat tak terurus. Kian cepat kendaraan melaju, kian jauh pula pusat kota ditinggalkan. Arahnya menuju pesisir sungai yang lumayan masuk pelosok. Namun, keindahan alamnya masih sangat asri. Serta merta membuat Riki takjub. Selama tinggal di Dubai, ia mana pernah melihat tempat yang begitu hijau, sebab terlalu banyak turis dan lalu-lalang kendaraan yang membosankan.

"Apa kamu suka suasana rumah baru kita, kiddo?" tanya Hyunjin kembali melirik kaca spion, memperhatikan gerak gerik Riki yang nampak tertarik.

"Ya, aku suka." Riki menjawab singkat.

"Kalau begitu turunlah, nikmati keasrian desa baru yang akan menjadi tempat tinggal kita." Hyunjin memarkirkan mobil di depan sebuah rumah dengan interior terbuat dari kayu ulin kualitas terbaik. Rumah sederhana yang lumayan luas, hanya memiliki 1 lantai namun bisa menampung lebih dari 5 kamar dengan ukuran besar sekaligus.

𝘽ecaꪊse 𝙔ou 𝙒ouꪶd 𝘽e 𝙈ine! - S1&S2, [hyunjeong].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang