"Jisungie!"
Seorang pemuda dengan freckles di wajahnya nampak berlari ke arah Jisung dengan suasana gelisah menguar dari tubuhnya, menimbulkan tatapan bingung dari si manis yang tengah bersantai memakan roti di taman kampusnya.
"Ada apa, Yongbokie?" tanya Jisung sembari memberikan air mineralnya pada pemuda yang memiliki nama asli Felix tersebut.
Felix menolak, "apa kau sudah mendengarnya? Tetangga Changbin-hyung sejak semalam menghilang!"
Jisung terlihat cukup terkejut, dekat sekali dengan lokasi mereka. "Bagaimana bisa?"
Pemuda sunshine itu menggeleng, "tidak ada yang tahu. Yang jelas, keluarganya terakhir melihatnya saat ia izin untuk pergi ke minimarket. Padahal hanya tinggal berjalan sedikit saja sudah sampai."
"Apa dia memiliki masalah keluarga lalu kabur?" tanya Jisung.
"Changbin-hyung bilang tidak mungkin, kemarin siang ia melihat keluarga itu sedang merapikan taman depan rumah mereka bersama-sama. Tidak terlihat ada tekanan," jawab Felix. Ia duduk di sebelah Jisung, menaruh kepalanya di atas meja dan menunjukkan ekspresi khawatirnya dengan jelas.
"Kita tak tahu apa yang ada dalam dapur mereka, Yongbokie. Tenanglah, mungkin dia memiliki masalahnya sendiri. Kurasa sebentar lagi seharusnya ia pulang," ucap Jisung sembari mengelus kepala sahabatnya.
"Ugh, aku takut jika Changbin-hyung atau kau juga tiba-tiba menghilang seperti itu. Belakangan ini cukup banyak berita orang hilang, aku benar-benar takut."
Jisung pun memeluk Felix, mengerti dengan kekhawatiran sahabatnya. "Apa setelah ini kita perlu belajar boxing agar tidak diculik? Hahaha."
Candaan Jisung membuat Felix justru menyentil dahinya kesal, "bukan saatnya untuk bercanda, Jisungie. Kita sedang serius, tahu?!"
Jisung meringis sejenak namun tetap memperlihatkan cengiran khasnya, "jangan khawatir, Yongbokie. Kita akan baik-baik saja asal tetap mengabari orang lain. Oh ya, jangan lupa nyalakan GPS pada ponselmu."
Felix menepuk dahinya, "benar juga. Aku selalu mematikannya."
Jisung melanjutkan acara makan rotinya. Sepintas ia melihat sesuatu di rooftop gedung fakultasnya. Ah, itu Minho yang sedang bersantai menikmati angin segar yang menyapu rambutnya pagi ini dengan kedua tangan yang memegang pagar pembatas.
Hmm.. mungkin ini saatnya.
"Yongbokie, aku akan pergi sebentar menemui temanku dari klub musik. Kita bertemu lagi di kelas, ya?" ucap Jisung sembari membereskan barang-barangnya dan beranjak dari bangkunya.
"Baiklah."
***
Minho mendudukkan dirinya pada bangku rooftop setelah puas menikmati udara sejuk yang menyapa wajahnya. Dengan santai pemuda itu mengeluarkan kacamata dan bukunya, berniat untuk mempelajari hal-hal apa saja yang akan dibawakan oleh dosen pada kelasnya setelah ini.
Byur!
Minho reflek menjauhkan bukunya ketika merasa ada seseorang yang dengan sengaja menyiram kepalanya. Ia membiarkan siraman itu mengenainya tubuhnya hingga habis namun tetap melindungi bukunya.
"Terkejut aku bisa melakukan hal-hal seperti ini?" tanya pemuda yang menyiramnya, Han Jisung.
Minho hanya diam, memandang Jisung dengan tatapan yang sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMCATCHER [Minsung] ✔
Fanfiction[Completed] Malam itu, Jisung tak menyadari bahwa salah seorang temannya telah bersimpuh darah dengan senyuman kepuasan menghiasi wajahnya. "Apa yang kau lakukan pada wanita itu?" "Tidak ada." "Bukankah terakhir kali dia bersamamu kemarin? Bagaimana...