Saat ini Jisung merasa perutnya kembung, tak ingin menyantap apapun bahkan makanan kesukaannya sekalipun. Sepertinya terlambat makan kemarin membuatnya maag, maka ia memutuskan untuk membeli obat ke apotek terdekat. Minho tak dapat menemaninya kali ini karena perlu menghadiri kelasnya. Yah, Jisung maklum karena beberapa hari belakangan Minho selalu berada di sisinya dan meninggalkan kelasnya.
Toh ia juga masih terpikirkan tulisan kemarin, membuatnya menurunkan kembali kepercayaannya terhadap Minho.
"Hai," seseorang nampak menyapa Jisung namun si manis tak mengenalnya.
"Um.. hai?" ucap Jisung ragu. Oh ayolah, ia tak ingin berurusan dengan vampire lain tanpa Minho. Dengan perlindungan saya mereka bersusah payah bertahan, apalagi sekarang?
"Kau akan pergi kemana?"
"Maaf, tapi kau siapa?" tanya Jisung yang membuat orang itu menepuk dahinya.
"Ah, maafkan aku. Perkenalkan, aku Bang Jeongin. Aku pun mahasiswa disini dan aku melihatmu pergi keluar gerbang. Yah, memang bukan urusanku tetapi jika tujuan kita sama mungkin kita bisa berangkat bersama?" ucapnya sembari tersenyum manis.
Bang? Sepertinya Jisung mengingat marga itu. Ia nampak ragu, sangat ragu.
"Aku tak bisa berbicara dengan orang asing, maafkan aku," ucap Jisung sembari membalikkan tubuhnya, mungkin lain kali saja dirinya pergi ke apotek karena ia lebih takut bertemu dengan vampire. Yah, sebenarnya Jisung tak tahu siapa Jeongin itu, tetapi tak ada salahnya waspada, bukan?
"Kau Han Jisung, benar?" ucapan Jeongin menghentikan langkah Jisung.
"Darimana kau tahu?"
Jeongin hanya tersenyum, "mau mengobrol sebentar? Aku mengenal kekasihmu, dengan sangat baik."
Jisung khawatir, namun ia terbawa rasa penasaran. Orang ini bisa dikatakan keluarga Minho, entah kakak ataupun adiknya. Sudahlah, Minho saja nampak sangat meragukan. Ia tak percaya pada Minho ataupun orang ini, namun mungkin sedikit informasi akan membantunya.
"Apakah kau orang yang selalu menyimpan memo di dalam lokerku?" tanya Jisung.
Pemuda dengan mata rubah itu nampak berpikir sejenak lalu menggeleng, "itu bukan aku. Tetapi sepertinya aku mengetahui siapa pelakunya."
Perkataan Jeongin sukses membuat Jisung menyetujui pertemuan mereka. Minho masih memiliki banyak waktu dalam kelasnya, masih ada cukup ruang untuk mengobrol dengan pemuda ini.
"Kalau begitu mari mengobrol di taman," ucap Jisung.
Bangku ini, tempat dimana Jisung tertangkap basah kemarin. Tempat dimana Jisung mengetahui fakta-fakta baru tentang Minho. Dan hari ini pun ia akan mendapatkan informasi baru dan ia berani bertaruh pemuda ini takkan menyakitinya karena mereka masih berada di lingkungan kampus. Minho pasti dapat mencium aroma darahnya dari kejauhan.
"Jadi?" Jisung tak ingin membuang waktu dengan berbasa-basi, membuat Jeongin terkekeh pelan karena sikap si manis yang tergolong terburu-buru.
"Um.. jadi aku adalah adik dari Minho-hyung. Kau mungkin sudah tahu bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari keluarga kami, tetapi aku menyayanginya. Kau tahu, Minho-hyung adalah satu-satunya orang yang selalu mengajakku bermain ketika di rumah. Semua orang selalu menyuruhku belajar bertarung dan berburu ketika aku masih sangat kecil, namun Minho-hyung tak pernah absen mengajakku bermain. Mungkin.. itu karena dirinya dahulu manusia biasa, ia jadi tahu bagaimana caranya memperlakukan anak-anak."
Jisung mengangguk, berarti memang benar perkataan Minho bahwa ia bukan merupakan anak kandung dan memiliki seorang adik yang begitu ia sayangi.
"Jadi, apakah saat ini aku sedang bersama dengan calon kakak iparku? Hahaha," ucap Jeongin sembari terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMCATCHER [Minsung] ✔
Fanfiction[Completed] Malam itu, Jisung tak menyadari bahwa salah seorang temannya telah bersimpuh darah dengan senyuman kepuasan menghiasi wajahnya. "Apa yang kau lakukan pada wanita itu?" "Tidak ada." "Bukankah terakhir kali dia bersamamu kemarin? Bagaimana...