13

950 90 1
                                    

Jisung merasakan hawa tak mengenakkan sejak ia keluar rumah dan pergi menuju kampus. Bayangkan saja, bagaimana beberapa orang yang tak dikenalnya terus menatapnya bahkan dari kejauhan sekalipun. Ia terus mengeratkan gandengan tangannya pada Minho, berharap tatapan yang mengarah padanya berhenti.

Minho mengelus tangan Jisung, ia sangat mengerti bahwa pemuda manis itu tak akan terbiasa dengan keberadaan makhluk-makhluk sejenis dirinya yang dapat menerkam Jisung kapan saja. Pemuda tupai itu bahkan tak ingin ditinggalkan ketika mereka harus berpisah karena jadwal kelas yang berbeda.

"Tenanglah, seluruh mahasiswa di kelasmu aman. Aku akan berjaga di dekat sini," ucap Minho sembari mendorong bahu Jisung untuk segera memasuki kelasnya.

Jisung duduk di dekat jendela dengan posisi kelasnya yang berada di lantai tiga, dan ia sungguh terganggu melihat sekitar dua atau tiga orang yang menatapnya dari bawah. Ia terlalu pusing memikirkan seluruh peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini hingga membuatnya tak dapat memahami materi hari ini.

"Aku takut.." gumam Jisung.

Bukan hanya orang-orang --atau memang vampire-- yang menatapnya saja, sejujurnya Jisung pun takut pada Minho. Dalam perjalanan menuju kampus sebelumnya ia telah melihat Minho tiba-tiba memukul seseorang yang berlari ke arah mereka. Pukulan yang cukup brutal, dan Minho membuat orang itu babak belur. Pasti itu efek dari darah Jisung yang semalam dihisapnya. Tentunya ia tak memiliki pilihan lain selain percaya pada Minho untuk menjaga dirinya.

Sementara Jisung masih merenungkan segala kejadian di dalam kelas, Minho sibuk mengeluarkan aura amarah dari dalam dirinya agar para vampire di daerah kampus tersebut tak berani mendekati kelas Jisung. Cukup efektif, mengingat beberapa dari mereka juga memang menyamar menjadi mahasiswa dan tidak terlalu ingin mencari masalah.

Meskipun aroma darah Jisung menyengat, membuat kekacauan di tengah kumpulan manusia bukanlah pilihan yang tepat.

Meskipun Minho telah memancarkan aura membunuhnya, masih tetap ada satu vampire yang berani mendekat. Bukan untuk mengincar Jisung, namun tujuannya datang adalah Minho.

"Jadi kau ingin menyimpan bocah itu untuk kau santap nanti?"

"Diamlah. Aku tak memiliki urusan denganmu," jawab Minho.

Orang itu terkekeh, "tentu saja itu adalah urusanku. Jika kau memangsanya tentu saja kau akan menghancurkan keluarga kita."

Ia adalah kakak dari Minho. Salah satu orang yang sangat Minho benci di keluarganya.

"Lebih baik kau hentikan. Aku serius," ucap sang kakak dengan tatapan berubah tajam.

Minho menaikkan sebelah sudut bibirnya, tersenyum sinis, "lalu kau yang akan mengambil Jisung dan membunuhku, begitu? Kau takkan bisa mendapatkannya. Kemana saja dirimu hingga baru menemukan kekudusan itu sekarang? Aku bahkan sudah mencicipinya. Oh, kau terlambat karena penciumanmu yang payah itu, benar?"

Sang kakak menarik kerah kemeja yang Minho gunakan, "lebih baik kau menutup mulutmu. Kau jauh lebih buruk, lemah dalam segalanya."

Minho terkekeh. Ia melepas kasar cengkraman kakaknya, "kau terlalu mengandalkan matamu, sementara semuanya telah terlambat. Untuk apa memiliki penglihatan yang tajam dan kemampuan bertarung yang hebat jika kau tak cepat menemukan kekudusan dengan hidungmu yang tak berfungsi? Hahaha."

"Brengsek," sang kakak hendak memukul Minho, namun ditahan.

Minho menunjukkan tatapan tajamnya dengan wajah yang nampak serius, "jangan lupa jika aku sudah mencicipi Jisung. Aku tak lagi selemah yang kau pikirkan, Chan."

Vampire itu --Chan-- menarik tangannya. Ia benci dengan kenyataan bahwa Minho terlebih dahulu menemukan kekudusan itu, bahkan sudah meminumnya. Meskipun Minho tak mengambil darah si manis terlalu banyak, Chan dapat merasakan kemampuan sang adik tak lagi seperti dulu. Ia memilih untuk melenggang pergi meninggalkan Minho yang tersenyum remeh padanya.

DREAMCATCHER [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang