Epilogue⚠️

2.3K 89 17
                                    

Warning!

Chapter ini mengandung adegan dewasa, silakan untuk tidak membacanya jika merasa kurang nyaman.

This chapter is quite aggressive (ig).

⚠️⚠️⚠️


"Minho.. kau menciumnya?"

"Iya. Ada seseorang dengan darah kudus di daerah sini."

"Ugh, sekarang aku mengerti mengapa saat itu semua vampire mengincarku. Ternyata aromanya terlalu menyengat," Jisung menutup hidungnya, mencegah aroma darah segar memasuki indra penciumannya yang tajam.

"Ayo pergi dari sini," Minho menggenggam tangan Jisung, berniat membawa si manis agar tetap dapat mengendalikan dirinya dan tak membunuh orang tersebut.

Ingat, Jisung itu takut membunuh manusia dan selama ini ia benar-benar hanya pergi ke bar langganannya yang menjual wine (baca: darah).

"Minho.. aku pusing.."

Minho merasakannya, tanda-tanda dimana Jisung akan mulai kehilangan akal sehatnya akibat aroma yang menyengat. Pemuda berparas tampan itu sebenarnya mengerti, tentu saja ia pernah mengalami saat-saat dimana dirinya tak dapat mengendalikan diri ketika mencium aroma darah kudus terutama ketika melewati masa-masa sulit pada fase awal dirinya diubah oleh sang ayah.

Kini dirinya lebih terbiasa dengan aroma tersebut, terutama ketika menghadapi Jisung di hari ulang tahunnya. Yah, perasaan gila ingin meminum darah itu akan menurun jika kau berhasil mencicipinya, dan Minho pada kenyataannya benar-benar melakukannya.

Namun untuk kasus Jisung kali ini, ia pasti akan merasa bersalah jika harus menyerang manusia.

"Hannie, ayo cepat pergi sebelum--"

Ah, sepertinya sudah terlambat. Iris berwarna ruby itu telah sepenuhnya mengendalikan diri si manis, bahkan kedua gigi taringnya telah mencuat dari balik bibir cherrynya.

"Minho, kita baru saja pulang dari bar tetapi aku masih merasa haus--"

Mencegah Jisung semakin bertindak gegabah, Minho dengan cepat membawa tubuh si manis pergi dari tempat tersebut. Sebenarnya ia tak begitu peduli jika manusia itu mati, karena sejak awal memang itulah takdirnya.

Tetapi yang akan menjadi masalah disini adalah Jisung yang akan dihantui rasa bersalah.

Minho segera membawa Jisung pada kediamannya yang jauh dari jangkauan manusia. Disaat-saat sensitif seperti ini jika mereka pulang ke rumah Jisung, yang ada si manis akan menyerang orang tuanya sendiri dan itu bahkan lebih buruk.

Naluri alami Jisung memberontak ingin pergi dari tempat tersebut, Minho bahkan sampai harus mengikat tupai tersebut dengan rantai pada ranjangnya. Rantai itu nampak mengikat kedua tangan dan kakinya secara terpisah. Hanya saja benda itu sangat dingin dan berat hingga membuat pergerakan Jisung sedikit terbatas. Setidaknya sebelum ia kehilangan akal sehatnya, Minho perlu menghentikannya dengan hal-hal seperti ini.

"Minho! Lepaskan aku! Aku ingin darah itu!"

"Hannie, kendalikan dirimu!"

Jisung semakin bergerak liar berusaha melepaskan dirinya dari ikatan rantai tersebut, bahkan ia tak menghiraukan Minho yang mulai naik ke atas tubuhnya dan mengunci pergerakan tangan si manis ke atas kepalanya. Pasalnya pemuda submisif itu nampaknya tak terkendali dan rantai yang mengikatnya semakin berdenting tak karuan.

"Lihat aku," ucap Minho. Iris rubynya berusaha menangkap kedua bola mata si manis agar fokus terhadapnya.

Masih belum dapat membuat Jisung sadar sepenuhnya, Minho memutuskan untuk menempelkan kedua belah bibirnya pada bibir Jisung, berusaha membuat si manis kembali pada fokusnya dengan lumatan-lumatan kecil yang ia berikan.

DREAMCATCHER [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang