"Hannie, cukup!"
Mata Jisung menyalang memandang Minho yang baru saja datang bersama Jeongin di belakangnya. Sebelumnya ia telah menyerang Chan membabi buta hingga pemuda itu nampak tak berdaya sekarang.
Jisung tak tahu bahwa ia memiliki kekuatan sebesar ini.
"Minho.." menyadari perubahan dalam tubuhnya, Jisung bangkit dan menghampiri Minho.
Bruk!
"Minho-hyung!" teriak Jeongin.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA TUBUHKU?!"
Jisung menindih Minho, meminta penjelasan atas apa yang terjadi pada dirinya. Mengapa sekarang Jisung merasa jauh lebih bertenaga dibandingkan sebelumnya, mengapa dirinya yang notabenenya seorang manusia bisa membuat vampire babak belur dengan begitu mudahnya?
Hal itu tak mungkin terjadi jika Jisung masih seorang manusia, bukan?
Pemuda manis itu mengeluarkan cakarnya, dengan kilauan iris merah yang sebelumnya selalu ia kagumi ketika Minho menunjukkannya. Minho hanya tersenyum padanya.
"Kau yang memintanya, Hannie. Kau benar, hidup terus bersembunyi sangat tak mengenakkan. Maka aku mengabulkan permintaanmu. Silahkan membenci diriku yang egois karna tak becus menjagamu selama ini," ucap Minho sembari mengelus surai halus Jisung.
Jujur saja, ia pun benar-benar sakit hati melihat Jisung yang semakin hari semakin lemas. Ia nampak begitu tak bersemangat ketika menjalani hari-harinya. Ekspresi yang selalu Jisung tunjukkan setiap hari hanyalah ekspresi ketakutan, kesedihan, dan kecemasan. Ia merindukan sosok Jisung yang selalu tersenyum dan tertawa, atau bahkan ketika dirinya malu-malu dan salah tingkah ketika menghadapi Minho.
Ditambah lagi Jisung mendesaknya untuk mati atau mengubah takdirnya.
Secara logika, Minho tak mungkin membiarkan Jisung mati begitu saja. Kebahagiaannya ada pada pemuda tupai itu.
Jika Jisung tak ada, untuk apa dirinya hidup?
Buliran halus mengalir dari mata Jisung. Memang benar dirinya yang meminta, namun entah mengapa perasaannya yang seharusnya lega malah menjadi gundah.
"Aku tak bisa membiarkanmu mati ataupun hidup dalam bahaya. Aku membenci diriku sendiri ketika melihatmu bersedih, Hannie. Seharusnya kau hidup bahagia."
"Hiks.. lebih baik kau membunuhku saja.." lirih Jisung di sela-sela tangisannya.
Minho menarik Jisung dalam dekapannya, mencoba menenangkan si manis dengan kenyataan dan takdir baru yang telah ia buat dengan egois. Yah tak sepenuhnya egois juga sih, karena faktanya Jisung memang sempat merengek padanya saat itu.
"Aku mencintaimu, Hannie. Aku tak pernah berbohong padamu dalam hal ini. Aku benar-benar tulus mencintaimu dan takkan pernah bosan mengatakannya. Jika tidak, kau pasti sudah mati di tanganku tepat pada hari ulang tahunmu," ucap Minho.
Seolah masih bingung dengan segalanya, perilaku Minho dan juga perasaannya, Jisung memilih untuk mengeluarkan air matanya semakin deras. Ia terlalu terkejut menerima semua fakta yang baru saja ia terima hari ini.
Menyadari Chan yang nampak tak berdaya, Jeongin berinisiatif untuk membantunya. Yah, meskipun kakak pertamanya ini menyebalkan, namun karna perkataan Minho sebelumnya membuat Jeongin memilih untuk membawa Chan untuk diobati. Setidaknya perlakuan jahatnya telah dibalas dengan hantaman oleh Jisung hingga sekarat seperti ini.
"Kekuatanmu luar biasa, Jisung. Lihatlah hasil perbuatanmu," ucap Jeongin.
Jisung menatap sang adik tak suka, ia masih ingat bagaimana pemuda itu menculiknya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMCATCHER [Minsung] ✔
Fanfiction[Completed] Malam itu, Jisung tak menyadari bahwa salah seorang temannya telah bersimpuh darah dengan senyuman kepuasan menghiasi wajahnya. "Apa yang kau lakukan pada wanita itu?" "Tidak ada." "Bukankah terakhir kali dia bersamamu kemarin? Bagaimana...