Terima kasih Jisung ucapkan kepada mimpinya semalam. Sekarang ketika melihat Minho yang ada pada kepalanya hanyalah--
"Ugh.. kepala sialan. Berhenti mengingatnya," rutuk Jisung sembari menepuk kepalanya sendiri.
Ia meraba lehernya, terbayang-bayang bagaimana ekspresi Minho ketika mendekatkan wajahnya pada ceruk si manis. Wajahnya merona namun tetap dengan pandangan kesal, otaknya penuh dengan pertanyaan bagaimana ia terus-menerus memikirkan ciuman yang Minho berikan padanya --dalam mimpi.
Sibuk dengan pikirannya sendiri yang membuat beberapa mahasiswa gemas dengan tingkahnya, Jisung tiba-tiba mendapatkan pesan dari seseorang. Ah, teman lamanya ketika SMA dulu, orang yang sempat mengejar hati Jisung namun si manis tak pernah mengindahkannya. Alasannya? Mudah saja. Jisung sama sekali tak menaruh perasaan pada orang itu meskipun ia selalu mendapatkan perlakuan manis. Tentu saja Jisung tak boleh memberikan harapan palsu, bukan? Maka dari itu ia tak pernah menggubrisnya.
Jisung masih berteman dengannya, toh orang itu tidak mengganggunya, hanya membuatnya sedikit risih dengan berbagai macam perhatiannya yang Jisung pikir sama sekali tak ia butuhkan. Kemungkinan besar orang itu sudah tak memiliki perasaan pada Jisung karna telah lama tak menghubungi dan menanyakan kabarnya seperti dulu.
Hwang Hyunjin
Ingin pergi ke bar malam ini? Seungmin mengajak kita berkumpul seperti biasa.Han Jisung
Hmm.. Seungmin tiba-tiba mengajak?Hwang Hyunjin
Katanya iri dengan teman satu kelasnya yang selalu menebar kemesraan.Han Jisung
Bodoh, haha. Pergi ke bar yang kau dapatkan adalah jalang, bukannya pacar.Hwang Hyunjin
Benar, Seungmin bodoh, hahaha.Han Jisung
Hyunjin bodoh, lebih tepatnya. Aku tahu kau yang merasa begitu, berhentilah membual.Hwang Hyunjin
Hehehe. Kupikir kau sudah lupa dengan kebiasaanku.Han Jisung
Tidak mungkin. Kalau begitu kita bertemu pukul 8 malam.Hwang Hyunjin
Baiklah.
Jisung menyimpan ponselnya. Ia terpikirkan suatu hal akibat mimpi semalam.
Yah, meksipun sedang berbicara dengan Hyunjin, pemuda manis itu masih terbayang-bayang dengan mimpinya. Bahkan ia memikirkan suatu ide konyol.
"Minho itu laki-laki normal, bukan? Ia pasti juga akan menunjukkan sifat aslinya jika jalang-jalang itu menggodanya," baiklah ini adalah salah satu rencana teraneh Jisung. Ia tak yakin sebenarnya, namun tak ada salahnya mencoba, bukan? Pemuda dengan hidung mancung itu pasti pernah tidur dengan wanita setidaknya satu kali, itulah yang Jisung yakini saat ini.
Asumsi konyol yang muncul karena mimpinya tentu saja.
Dengan seringaian yang menghiasi wajah manisnya, Jisung mengambil tasnya dan menemui Minho yang sedang duduk santai di pojok perpustakaan sendirian. Bagaimana Jisung tahu jika Minho sedang ada disana? Entahlah, mungkin ia memiliki side job sebagai stalker.
"Hei, Lee!"
"Kali ini apa lagi?" Minho berucap tanpa menoleh. Tentu saja pemuda itu membahas kelakuan Jisung yang tak berhenti mengganggunya, meskipun semuanya berujung gagal, sih.
"Ayolah, aku akan berhenti mengganggumu kali ini. Mari kita berdamai," ucap Jisung sembari mendudukkan dirinya di samping Minho yang masih fokus dengan bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMCATCHER [Minsung] ✔
Fanfiction[Completed] Malam itu, Jisung tak menyadari bahwa salah seorang temannya telah bersimpuh darah dengan senyuman kepuasan menghiasi wajahnya. "Apa yang kau lakukan pada wanita itu?" "Tidak ada." "Bukankah terakhir kali dia bersamamu kemarin? Bagaimana...