Pagi ini Jisung bangun dengan sedikit tak nyaman. Kemarin Hyunjin tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan akan menjemputnya. Dan benar saja, ibu Jisung berteriak dari lantai bawah agar Jisung segera bangun karena seseorang menunggunya.
Si manis mendecak kesal, "apa yang diinginkan Hyunjin? Mengapa tiba-tiba ia datang begini? Pasti ada sesuatu."
Dengan langkah gontai Jisung memasuki kamar mandi dan membilas dirinya.
Setelah lima belas menit berlalu, Jisung mengenakan seragam dan merapikan penampilannya sebelum turun dan mendapati Hyunjin tengah menunggu di meja makan.
"Makanlah bersama temanmu, baru berangkat," ucap ibu Jisung.
Tupai itu mendengus, "tidak mau. Aku akan langsung pergi." Jisung segera saja melangkahkan kakinya keluar, tak memiliki selera untuk sarapan pagi ini.
"Hei Jisung--"
"Mungkin sarapannya lain kali, Nyonya Han. Aku akan mengantar Jisung saja," ucap Hyunjin sembari berpamitan pada ibu Jisung, merasa tak enak padanya.
Hyunjin mengejar Jisung dan menarik tangannya, "hey. Ada apa denganmu?"
Jisung berbalik menghadap pemuda dengan mole dibawah matanya itu, "bukankah seharusnya aku yang bertanya? Semalam aku sudah menolakmu untuk menjemputku dan kau tetap keras kepala datang kemari. Memang terdengar kekanakan jika aku kesal padamu hanya karena hal ini. Tetapi Hyunjin, aku sangat mengerti dirimu. Kau tidak pernah memaksaku, dan jika kau melakukan hal ini itu berarti ada sesuatu yang mengganggumu bukan?"
Hyunjin terdiam, kalimat yang dilontarkan Jisung tak ada yang salah.
Jika kalian ingin tahu, tak hanya hal itu yang membuat Jisung kesal. Pemuda manis ini tak terlalu menyukai sikap Hyunjin yang mulai selalu menghubunginya belakangan ini. Bahkan ia pun melakukan spam chat pada Jisung jika pesannya tak kunjung dijawab. Jisung tak menyukai hal itu. Ketimbang kalimat-kalimat perhatian yang biasa Hyunjin lontarkan padanya sejak dulu, Jisung lebih menyukai tindakan.
Seperti yang akhir-akhir ini seseorang sering lakukan padanya.
Helaan nafas Jisung keluarkan, "katakan, apa yang mengganggumu?"
"Biarkan aku mengantarmu terlebih dahulu. Aku akan mengatakannya di perjalanan," ucap Hyunjin.
Kembali berdecak, Jisung berjalan mendahului Hyunjin dan memasuki mobilnya pada bagian kursi penumpang yang segera disusul oleh sang pemilik mobil.
Beberapa ratus meter telah mereka lalui, namun tak ada juga yang membuka suara. Jisung hanya diam menunggu Hyunjin berbicara sembari menatap jendela luar.
Si manis mulai merasa jenuh, ia akhirnya bersuara, "jika kau terus seperti ini hingga kita sampai, aku tak akan segan--"
"Aku melihatmu bersama orang yang di bar saat itu," potong Hyunjin.
Jisung menoleh, "Minho?"
Hyunjin tak menjawab dan fokus pada jalanan di hadapannya.
"Melihat apa? Memangnya aku melakukan hal apa dengannya?"
"Aku melihatmu diantar pulang olehnya," jawaban Hyunjin membuat Jisung memutar bola matanya malas.
"Lalu? Apakah ia melakukan hal aneh padaku? Tidak, Hyunjin. Dan apa-apaan itu? Kau berniat mengaturku sementara kau tidak menyadari posisimu sendiri disini?" ucap Jisung ketus.
"Jisung, dengar. Aku merasa kau tak bisa berdekatan dengannya. Baiklah aku memang bukan siapa-siapa bagimu, namun berada di dekat orang sepertinya aku rasa bukan hal yang bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMCATCHER [Minsung] ✔
Fanfiction[Completed] Malam itu, Jisung tak menyadari bahwa salah seorang temannya telah bersimpuh darah dengan senyuman kepuasan menghiasi wajahnya. "Apa yang kau lakukan pada wanita itu?" "Tidak ada." "Bukankah terakhir kali dia bersamamu kemarin? Bagaimana...