'Kalo nggak salah yang kacamata itu Singapore yah...' Batin Indonesia yang sesekali melirik kearah Singapore yang masih memakan makanan dengan tenang begitupula dengan yang lainnya.
Jujur Indonesia sebenarnya merasa agak risih, walaupun mereka terlihat seperti sedang makan dengan tenang nyatanya tidak. Dapat Indonesia lihat para bajingan yang harus dirinya sebut sebagai saudara itu terkadang sesekali melirik kearahnya.
'Wait—kok gw baru ngeh yah kalo si jalang Elois itu kagak ada disini...' Batin Indonesia yang baru menyadari hal tersebut.
'Tapi kalo dipikir-pikir lagi, selama beberapa hari ini setelah Philippines pulang kemansion gw kagak pernah liat atau ketemu ama tuh jalang. Kalo ikut alur novel bukannya biasanya dia selalu cari gara-gara yah ama Indonesia dan Philippines?' Batin Indonesia yang masih diam berpikir.
'Tapi kalo gitu dimana dia sekarang? Kok kagak keliatan? Biasanya kek ulat bulu selalu nempel ama tuh bajingan. Apa jangan-jangan alurnya usah berubah? Tapi kapan? Apa semenjak gw gantiin posisi Indonesia yah?' Pikir Indonesia yang tengah sibuk dengan pemikirannya hingga tak sadar kalau dia berhenti memakan makanannya.
Melihat Indonesia yang tiba-tiba saja diam dan tidak memakan makanannya lagi yang masih agak banyak tentu saja membuat ASEAN dan yang lainnya menatap bingung kearah Indonesia.
"Kak, kenapa berhenti makan? Apa ada yang salah?" Tanya Brunei yang akhirnya buka suara setelah lama diam.
"Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu kak?" Timpal Myanmar yang mana membuat Indonesia tersentak sadar dari lamunannya, tapi walaupun begitu dia masih bisa mempertahankan wajah datarnya.
'Keknya nggak ada salahnya nanyain mereka tentang jalang itu.' Batin Indonesia yang jujur merasa penasaran kemana perginya Elois sekarang.
Bukan karena peduli atau apa, hanya saja untuk memastikan apakah alurnya sudah berubah atau belum. Karena kalau mengikuti alur dinovel seharusnya Elois juga ikut makan malam ini yang seharusnya dipenuhi oleh gelak tawa bahagia jalang itu karena sudah berhasil menyingkirkan Indonesia yang asli.
Dan seharusnya Philippines tidak ikut makan bersama mereka dan memilih mengunjungi makam Indonesia malam-malam karena sangat merindukan kakaknya itu, dan dia akan selalu bercerita tentang semua hal yang terjadi kepadanya selama diacademy.
"Yah...entah kenapa sepertinya ada sesuatu yang kurang disini." Ucap Indonesia yang membuat mereka semua menaikkan sebelah alis bingung.
"Apa yang kurang? Apa makanan kakak yang kurang enak?" Tanya Vietnam yang dibalas gelengan pelan oleh Indonesia.
"Rasanya seperti ada orang yang kurang disini." Ujar Indonesia yang mana membuat mereka semua terdiam tapi dengan cepat mereka semua lalu menganti ekspresi mereka seperti biasa.
"Apa maksudmu kak? Kita semua sudah berkumpul disini, tidak ada yang kurang." Ujar Cambodia yang diangguki oleh yang lainnya, mereka mencoba untuk bersikap sebiasa mungkin agar Indonesia tidak menaruh curiga kepada mereka.
'Keknya mereka nyembunyiin sesuatu dari gue...' Batin Indonesia yang merasa curiga ditambah saat melihat ekspresi wajah mereka yang mencoba untuk terlihat biasa saja.
"Benarkah?" Tanya Indonesia mencoba untuk memastikan.
"Tentu saja, bukannya hanya kita bersepuluh anak Papa ASEAN? Tidak ada yang lain, benarkan Pa?" Ujar Laos yang duduk disamping Cambodia yang mencoba untuk tersenyum seperti biasanya.
Sementara ASEAN yang mendengarnya menganggukan kepalanya, "Ya, itu benar hanya kalian bersepuluh anak Papa tidak ada yang lain." Ujar ASEAN yang mencoba untuk meyakinkan Indonesia yang terlihat masih curiga kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back to Life as a Side Character in a Novel [Countryhumans]
RandomWelcome to my second book^^ [Countryhumans fic] Dirgantara Saputra, pemuda berusia 18 tahun yang terbilang mempunyai wajah yang ganteng nyerempet cantik diantara para murid laki-laki disekolahnya. Saat mereka sedang melakukan perjalanan menuju tempa...