"Abang turun"
Chenle pun mengantar Jisung kembali ke kelasnya dan pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Chenle tidak marah namun dia hanya kesal karna sempat melihat Jisung disentuh oleh orang lain selain dia dan para sepupunya. Belom lagi tatapan mata yang sulit diartikan dari seseorang yang ia baru saja ketahui bernama Max itu.
Dengan tangan terkepal erat Chenle pun melangkah kembali ke kelas meninggalkan Jisung yang menatapnya dengan penuh tanya.
"Pasti Abang marah"gumam Jisung didepan pintu kelas.
"Ekhhhmm"suara seorang perempuan mengagetkan Jisung yang sedang melamun.
"Ehhh maaf"sahut Jisung tersadar dari lamunannya lalu akan beranjak masuk ke dalam kelas.
"Tungguuu"sahut perempuan itu sambil mencekal tangan Jisung.
"Sebenarnya siapa kau?, Beraninya kau mendekati Chenle"ucap perempuan itu sambil mengeratkan genggaman pada tangan Jisung.
"Akhh tolong lepaskan tanganku"
Tenaga perempuan itu sangat tidak main-main bahkan pergelangan tangan Jisung kini sudah memerah.
"Lepaskan dia...."tiba-tiba saja Junbin muncul dari arah belakang perempuan itu lalu melepaskan genggamannya pada tangan Jisung.
"Cihh, aku belom selesai padamu"ucap perempuan itu pergi menuju kelasnya yang ternyata berada di lantai atas.
"Kau baik-baik saja?"tanya Junbin mendekati Jisung yang sedang mengusap pergelangan tangan nya yang perih.
"Tenang saja ini tidak terlalu sakit,, ayo masuk Junbin"
Junbin dan Jisung pun masuk kedalam kelas menuju bangkunya masing-masing. Terlihat Hyukjin yang sedang berada di bangkunya terkejut karna melihat Junbin bersama Jisung yang terlihat sedikit meringis memegangi tangannya.
"Kau baik-baik saja Jisung,, apa Junbin melukai mu?"tanya Hyukjin pada Jisung yang sudah duduk.
Jisung pun sedikit tertawa karna ekspresi Hyukjin yang menurutnya sedikit berlebihan.
"Jwie baik-baik saja Hyukjin"jawab Jisung sambil tersenyum.
"Lalu kenapa pergelangan tangan mu merahh?"
"Iniiiiiii"
"Karna perempuan gila itu"bukan Jisung yang menjawab melainkan Junbin.
"Perempuan gila? Siapa?"tanya Jisung tidak mengerti.
"Sohyeon, perempuan gila anak salah satu donatur yang juga menyukai Chenle saudara pemilik sekolah ini, dia dan 2 temannya suka sekali membulli bahkan menyingkirkan siapapun yang mengusik atau tidak menuruti perkataan mereka"jelas Hyukjin yang hanya mendapat anggukan kepala dari Jisung tanda mengerti.
🐹🐹🐹
"Abang marah sama Jwie ya?"tanya Jisung pada Chenle yang saat ini ada disampingnya menemani Jisung menunggu jemputan.
"Tidak"jawab Chenle singkat tanpa menoleh ke Jisung.
Mereka sekarang sedang berada di parkiran sekolah menunggu Renjun yang katanya akan menjemput Jisung pulang sekolah.
"Lalu kenapa Abang nggak pulang bareng sama Jwie?"tanya Jisung merasa bahwa Abang nya ini berusaha menjauhi nya.
Chenle yang mendapat pertanyaan itu bingung harus menjawab apa,, sejujurnya dia memang masih kesal karna kejadian tadi siang tapi itu bukan sepenuhnya salah Jisung. Keheningan pun berakhir karna suara klakson mobil Ferrari SF90 terparkir didepan mereka.
Tunggu itu bukan mobil Renjun tapi mobil.....
"Bang Jeno kok Abang yang jemput Jwie? Kak Renjun kemana?"tanya Jisung saat Jeno menurunkan kaca mobilnya.
"Masuk"sahut Jeno tanpa menjawab pertanyaan Jisung.
Jisung hanya menghela napas karna sekarang dia baru ingat kalok Abang nya itu juga sepertinya sedang marah dan sekarang ditambah Chenle yang juga mendiamkan nya.
"Abang Jwie pulang dulu ya,Cup"
Jisung pun akhirnya masuk kedalam mobil.
Dalam perjalanan menuju mansion Jisung hanya menatap keluar jendela takut memulai percakapan dengan Jeno.
Jeno yang mengerti bahwa adek nya itu sedang takut menepikan mobilnya sebentar.
"Kemari Baby"ucap Jeno sambil menepuk pahanya.
Jisung dengan ragu-ragu pun beranjak duduk dipangkuan Jeno dengan posisi badan menghadap Jeno.
"Apa kau baik-baik saja Baby?"
Jisung pun hanya mengangguk menjawab pertanyaan Jeno. Jika dilihat memang adeknya itu sudah sembuh dan baik-baik saja.
"Peluk Abang"
Jisung pun langsung memeluk Jeno menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jeno menghirup bau maskulin Abang nya yang memenangkan.
Sama halnya dengan Jeno yang menghirup aroma soft bayi dari Jisung dari pucuk kepalanya."Abang Jeno jangan marah hikss Jwie sudah sembuh kok tadi juga Jwie baik-baik saja hikss hikss"
"Baiklah Baby Abang minta maaf okee sekarang berhenti menangis atau Baby akan sakit lagi"ucap Jeno sambil mengusap punggung Jisung pelan.
Cup
Jeno mengecup dan sedikit melumat bibir merah Jisung yang memerah karna ternyata sedari tadi Jisung menahan agar tidak menangis lalu kembali menjalankan mobilnya dengan posisi yang sama.
"I iya Abang ta tapi hiksss sekarangg Abang Chenle juga marah sama Jwie hiks"
"Kenapa Baby"
"Tadii waktu disekolah Jwie memang membolos"
"Ta tapi itu karna Jwie nyariin temen sebangku Jwie yang belom masuk hiks dan kata teman Jwie dia ada di rooftop jadi Jwie ke sana terus Abang Chenle ma marahh hiks"
Jeno merasa heran karena tidak mungkin Chenle marah hanya karna hal sepele seperti itu. Jeno pun berniat menanyakan nya sendiri pada Chenle nanti.
"Tenanglah Baby Chenle tidak akan lama marah padamu sama seperti Abang dan Kakak mu yang lain"
"Sekarang berhenti menangis"ucap Jeno tanpa mendapat jawaban dari Jisung.
"Babyy"Jeno yang sebelumnya fokus ke jalanan sedikit menunduk dan mendapati Jisung yang sudah terlelap karna terlalu lama menangis dan mungkin kecapean.
Jeno pun tersenyum lalu mencium ujung kepala Jisung yang tertidur dan juga sedikit menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di mansion.
Seee youuuu.......
Jisung cimolllll