4

17.2K 1K 31
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Sekarang Queen sudah berumur 3 tahun, dia sangat disayang oleh keluarga Miler dan di jaga seperti ratu seperti namanya. Bahkan kembarannya tidak pernah mendapat kasih sayang dari mereka, mereka juga tidak pernah memperhatikannya, Qina hanya di jaga oleh baby sister. Berbeda dengan Queen yang tidak dijaga baby sister tapi dijaga langsung oleh anggota keluarganya karena mereka takut jika baby sisternya lalai maka Queen bisa terluka.

Sekarang Queen sedang bermain boneka dengan kedua abangnya, Arsen dan Zidan yang sekarang mereka berumur 5 tahun.

Meskipun abangnya tidak mau bermain boneka, tapi mereka tidak mau menolak ajakan Queen agar Queen tidak bersedih, jadi mereka harus bermain boneka walau terpaksa.

"Bang kenapa bonekanya tidak bisa gerak sendiri ya? Kan kalau gerak sendiri tangan Queen jadi tidak capek" tanya Queen sambil merentangkan tangannya yang pegal.

Sontak saja mereka beralih menatap Queen "Kalau Queen capek mending istirahat dulu, nanti malah sakit loh" ucap Arsen dengan nada khawatir yang disetujui oleh Zidan.

"Tapi Queen masih mau main lagi" balas Queen dengan merengek, karena dia masih mau main boneka walau dia sudah lelah.

"Queen ayo istirahat dulu yah! Nanti akan abang kasih coklat deh" bujuk Zidan yang mengetahui bahwa Queen adalah maniak coklat.

Meskipun tergiur dengan tawaran Zidan, Queen masih tetap pada pendiriannya karena dia dulu tidak pernah bermain seperti ini.

"Queen masih mau main" ucap Queen dengan mata berkaca-kaca yang membuat kedua abangnya tidak tega, sehingga Arsen segera membawa Queen ke dalam dekapannya.

"Okeh tapi mainnya sebentar saja ya, habis itu langsung istirahat" Queen hanya mengangguk sambil menyandarkan kepalanya ke dada bidang abangnya sampai terlelap tidur.

Arsen yang menyadari tidak ada pergerakan dari Queen yang ada di pelukannya pun menoleh ke bawah, dan terlihatlah Queen yang tertidur dengan mulut terbuka sedikit sehingga membuat kedua abangnya yang melihatnya tersenyum tipis.

"ABANGGG"

Saat asik melihat Queen tidur, teriakan seseorang membuat atensi yang awalnya melihat Queen yang tertidur pun, beralih ke arah pemilik suara dengan tatapan tajamnya.

"Jangan teriak! Apalagi sampai buat Queen bangun" ucap Zidan tegas dengan tatapan tajamnya yang berhasil membuat sang empu tertunduk ketakutan.

"Tapi Qina tidak tahu kalau Queen tertidur" belanya yang masih menundukkan kepalanya tanpa mau melihat abangnya.

"Gw gak peduli! Tapi gw tekankan sekali lagi, jangan pernah berteriak, ini mansion bukan hutan" tegas Zidan dengan menganti kosa katanya menjadi lo-gw tapi saat bersama Queen akan menggunakan aku-kamu begitu juga dengan Arsen.

"Baik bang" seketika saja Zidan menatap tajam Qina dengan wajah datarnya.

"JANGAN PANGGIL GW ABANG! HANYA QUEEN YANG BERHAK PANGGIL GW ABANG! PAHAM?" ucap Zidan sambil menekankan setiap perkataannya.

Mendengar perkataan abangnya Zidan, Qina menatap Arsen yang masih memeluk Queen seakan memohon untuk membelanya, tapi hanya di acuhkan oleh Arsen karena baginya Queen lebih menarik daripada perdebatan itu.

"Tapi Qina juga adik abang" sontak saja Zidan mengeluarkan aura dinginnya yang berhasil membuat Qina berkeringat dingin.

"GW BUKAN ABANG LO! DAN ADIK GW HANYA QUEEN BUKAN LO" bentak Zidan sambil berteriak.

"Eugh" lenguhan kecil keluar dari mulut Queen yang mendengar teriakan abangnya.

"Shutt! Tidurlah Queen" ucap Arsen sambil mengelus punggung Queen agar tidak terbangun, saat Queen sudah tidur kembali Arsen menatap tajam ke arah Zidan dan Qina.

"Sebaiknya lo pergi Qina, jangan ganggu kami" ucap Arsen datar.

Sedangkan Qina pergi sambil terisak karena tidak pernah di perhatikan abangnya bahkan keluarganya. Walau dia tidak pernah melakukan kesalahan tapi mereka mengabaikannya seakan dia tidak pernah ada.

Bahkan dia sudah melakukan berbagai cara agar keluarganya memperhatikannya dan menyayanginya, tapi hasilnya nihil mereka hanya menyayangi Queen bukan dirinya.

"Sebaiknya kita bawa Queen ke kamarnya agar tidurnya nyenyak" ucap Zidan kepada Arsen tanpa embel-embel abang walaupun lebih tua Arsen tapi hanya berbeda beberapa hari.

"Hmm" Arsen menggendong Queen ke kamarnya di ikuti Zidan di belakangnya. Walau masih kecil tapi Arsen bisa menggendong Queen begitu juga dengan Zidan. Saat masih beberapa langka dari tempat awal, tiba-tiba terdengar suara tembakan.

Dor

Dor

Sontak saja Queen yang ada dalam gendongan Arsen terbangun.

"Abang itu suara apa?" tanya Queen padahal dia sudah tahu kalau itu suara tembakan.

"Pasti Queen salah dengar" alibi Arsen.

"Dan bawa Queen ke tempat yang aman" lanjutnya sambil melepaskan Queen dari gendongannya dan di gantikan oleh Zidan.

Tapi sebelum mereka pergi, ada peluru melesat ke arah Queen tapi tidak sampai terkena Queen, hanya melintas di pinggir telinga Queen.

"Anjirrr gw gak mau mati lagi" batin Queen.

"Sebaiknya kalian serahkan Queen kepada kami jika kalian ingin selamat" ucap salah satu dari penyusup yang berperan sebagai ketuanya karena penampilannya yang paling berbeda.

"Tidak akan pernah" jawab Arsen dan Zidan tegas.

"Sebaiknya kita culik saja mereka semua, daripada mengurusi kedua bocah itu pasti akan merepotkan ketua" usul salah satu dari mereka kepada ketuanya yang di setujui olehnya.

Sedangkan Queen yang tahu kalau akan di culik pun menangis dalam gendong Zidan.

"Bang hiks apa mereka hiks akan menculik kita hiks? Queen takut hiks" tanya Queen sambil menangis.

"Jangan takut abang akan melindungi Queen begitu juga dengan Arsen! Jadi Queen jangan takut yah, pasti keluarga kita akan kembali dan menyelamatkan kita" jawab Zidan sambil menenangkan Queen, sedangkan Arsen hanya menatap penyusup dengan datar tapi tidak di pungkiri bahwa dia juga takut dengan keselamatan Queen.

Sedangkan Qina yang mendengar suara tembakanpun mengurung dirinya di dalam kamar sambil memeluk lututnya dan menyembunyikan kepalanya di sela-sela lututnya.

Transmigrasi Queen (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang