24

7.4K 489 3
                                    

"Ku dengar si Queen itu pergi dari mansion" ucap Rahma kepada Qina dengan datar.

"Bagus kalau begitu! Gw bisa hancurin keluarga Miler" balas Qina dengan penuh ambisi.

"Itu benar, selama Queen tidak ada di mansion pasti keluarga Miler akan terpecah"

"Dan gw pasti akan membalas si Kevin karena berani sekali menginjak harga diriku" lanjut Rahma.

"Hmm dan gw bakal buat Queen menderita apapun caranya, bahkan dengan cara kotor sekalipun" sahut Qina dengan senyum miring.

"Dan setelah kita menghancurkan keluarga Miler, kita harus mengambil harta mereka" lanjut Qina.

"Benar sekali" sahut Rahma.

"Nikmatilah hidup kalian, karena sebentar lagi keluarga Miler akan hacur! Sehancur-hancurnya hahhahah" ucap Rahma di akhiri tawa jahatnya begitu juga dengan Qina.

'Queen gw bakal buat hidup lo menderita seperti di neraka' batin Qina.

Bruk

Pintu rumah terbuka dengan kasar, membuat Rahma dan Qina mengalihkan pandangannya ke arah sosok pria dengan pakaian serba hitam tidak lupa masker, kacamata, dan topi hitam yang membuat mereka tidak bisa melihat wajahnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN HAH" bentak Rahma sambil menatap nyalang pria itu.

"Berani sekali masuk ke rumah orang tanpa izin" lanjutnya, sedangkan pria itu hanya diam saja yang membuat Rahma sedikit ketakutan.

"Ibu gw tanya sama lo DI JAWAB BUKAN MALAH DIEM AJA" bentak Qina di akhir kalimatnya.

"Cih" decih pria itu.

"Berani sekali kalian berencana menyelakai gadisku" ucap pria itu dengan nada dingin.

"Siapa gadismu? Perasaan kita tidak-" tanya Rahma tapi belum selesai berbicara pria itu lebih dulu memotong ucapannya.

"Queen! Queen Alfina Miler" jawab pria itu yang membuat Qina menatap tajam dirinya.

"MEMANGNYA KENAPA KALAU GW BAKAL HANCURIN HIDUP KEKASIH LO ITU? LO GAK TERIMA? GW GAK SAMA LO ASAL LO TAHU ITU" bentak Qina sambil menujuk pria itu dengan jarinya.

Ctakkk

Bunyi patahan tulang terdengar, saat pria itu tanpa berperasaan memelintir tangan Qina.

"AKH" teriakan kesakitan terdengar dari Qina saat merasa kalau tangannya terasa kesakitan bahkan Qina juga merasa kalau dia kesulitan menggerakkan tangannya.

"APA YANG LO LAKUIN SAMA PUTRIKU HAH?" bentak Rahma sambil menenangkan Qina yang menangis.

"Ck berisik" gumam pria itu sambil mengeluarkan pisau dari jaketnya.

"Apa yang lo lakuin hah?" tanya Rahma waspada bahkan dia sudah berancang-ancang untuk kabur.

"Bunuh kalian yang mau menyakiti kekasihku" jawab pria itu santai, yang membuat Rahma berlari meninggalkan Qina sendirian, dan pria itu hanya menatap datar Rahma lari menuju pintu belakang.

"IBU JANGAN TINGGALIN QINA" teriak Qina histeris dan menatap pria itu was was.

"Lepasin gw, gw janji gak bakal ganggu kekasihmu itu" mohon Qina tapi tidak di dengarkan pria itu.

Dengan teganya pria itu menusuk kedua mata Qina, yang membuat Qina teriak histeris. Mendengar teriakan Qina pria itu semakin bersemangat untuk menyiksa Qina, sampai Qina benar-benar mati.

"Anaknya sudah mati dan sekarang giliran ibunya" gumam pria itu sambil menghilang.

"Huh semoga pria itu gak ngejar" gumam Rahma yang sudah kelelahan berlari.

"Tapi sayang pria yang kau maksud itu ada di depanmu" ucap pria tiba-tiba membuat Rahma terkejut, dan berlari lagi menjauhi pria itu.

"Ck gw gak mau buang-buang waktu berhargaku" ucap pria itu sambil menghilang, sedangkan Rahma sudah mati dan entah apa pria itu lakukan sampai membuat Rahma mati di malam itu.
.
.
.
.
.
Pagi sudah tiba, dan Queen sudah siap untuk berangkat sekolah.

"Pagi sayang" sapa Queen sambil mencium pipi Arkan.

"Pagi juga sayang" balas Arkan sambil mencium kedua pipi Queen, dan mengangkat tubuh Queen ke pangkuannya.

"Duduk aja di sini" suruh Arkan dan di angguki Queen.

Karena Queen kurang nyaman, Queen menggerakkan pinggulnya untuk mencari tempat yang nyaman. Dan karena pergerakan Queen, Arkan mendesis pelan saat miliknya sudah tegang, dan Queen bisa merasakan itu.

"Ini apasih yang nonjol?" tanya Queen yang terus menggesekkan pinggulnya, sampai saat Queen sadar tonjolan itu apa.

"Sayang" panggil Queen sambil menghadap Arkan yang memejamkan matanya sambil menahan hasrat untuk tidak menerkamnya.

Saat Queen ingin berdiri, tangan kekar Arkan memeluk tubuh Queen dan mendekatkan tubuh Queen dengan dengan tubuhnya.

"Shutt diam saja dan ayo makan" suruh Arkan sambir menyodorkan sendok nasi kepada Queen, yang di terima oleh Queen.

"Sayang tapi aku tidak nyaman karena punyamu"

"Makan" suruh Arkan sambil menyodorkan makanan ke Queen, tanpa membalas perkataan Queen tadi.

"Sayang apa kau tidak mau menidurkan punyaku terlebih dahulu?" tanya Arkan sambil menyandarkan wajahnya di leher Queen, setelah selasai menyuapi Queen.

"Gak mau! Aku mau sekolah takut terlambat" tolak Queen.

"Berarti kalau kamu punya waktu, bolehkan kalau kamu menidurkan milikku jika bangun?"

"Ihh lepas" berontak Queen yang berhasil terlepas dari Arkan, dan lari meninggalkan Arkan.

"Queen harus tanggung jawab lohhh" ucap Arkan sedikit berteriak namun tidak di hiraukan Queen.

Sedangkan Queen yang sudah duduk di kursi mobilnya sambil mengatur nafas karena kelelahan habis lari tadi.

"Huh untung gw bisa lolos kalau gak, gw bakal gak perawan lagi nih" ucap Queen lega.

Queen melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tapi saat di pertengahan jalan Queen melihat tawuran yang membuat Queen menghentikan mobilnya.

Karena jam masuk sekolah sebentar lagi, Queen memundurkan mobilnya dan siap-siap menancap gas. Setelah siap Queen melajukan mobilnya kencang sambil menekan klaksonnya.

Para pemuda yang mendengar klakson mobil Queen pun mengalihkan pandangannya, dan berapa terkejutnya mereka saat ada mobil dengan kecepatan tinggi mendekati mereka. Tanpa berlama-lama mereka menepi ke pinggir jalan untuk memberi jalan ke mobil Queen, mereka juga terus menatap mobil Queen kagum, tapi kekaguman itu untuk pengemudinya yang sangat hebat mengendarai mobil.

"Keren banget gilaaa" puji pemuda 1.

"Bener! Kayak pembalap aja" sahut pemuda 2.

"Keren banget gw" puji Queen kepada dirinya sendiri, saat mengingat di mana dia membuat para pemuda yang tawuran memberi jalan untuk mobilnya lewat.

Queen melanjukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tapi saat di jalan sedang lampu merah, Queen tidak bisa mengerem mobilnya pun menjadi panik.

"Anjirrrr rem gw blong" panik Queen yang sudah melewati lampu merah itu, walau ada pengendara lain yang mengaklakson mobilnya karena mobil Queen melanggar lampu lalu lintas, tapi beruntung Queen tidak mengalami kecelakaan.

"ARKAN HIKS GW TAKUT HIKS" teriak Queen sambil menangis.

Sedangkan di sisi Arkan yang mendapat firasat buruk tentang gadisnya pun merasa gelisah, dan benar saja saat melihat dari layar hologram menampilkan Queen yang menangis ketakutan karena rem mobilnya blong. Tanpa pikir panjang Arkan menghilang dan muncul di dalam mobil Queen, sambil memeluk Queen dan menghilang lagi bersama Queen meninggalkan mobilnya yang terus melaju sampai berhenti setelah menabarak kendaraan lain.

Transmigrasi Queen (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang