12

14K 837 31
                                    

Kring

Kring

Bel pulang sudah berbunyi, Queen melangkahkan kakinya keluar kelas dan terlihatlah abangnya Arsen dan Agra dkk berada di depan kelas Queen.

"Abang abang kenapa ada di depan kelasnya Queen?" tanya Queen penasaran sambil memiringkan kepalanya sehingga terlihat imut.

"Degem kok imut banget sih" celetuk Farel sambil menahan tangannya agar tidak mencubit pipi chubby Queen, karena masih ada Arsen yang siap untuk memotong tangannya jika saja itu terjadi.

"Kita mau jemput degem" lanjutnya yang hanya di balas anggukan lucu Queen.

"Ayo Queen" ucap Arsen sambil mengenggam lembut tangan Queen.

Agra yang cemburu pun menggandeng tangan Queen yang satunya, sampai membuat Queen kaget.

"Abang Agra kenapa gandeng tangan Queen?" tanya Queen, sedangkan Arsen sedang menatap tajam Agra.

"Lepaskan tanganmu Agra" ucap Arsen yang hanya di hiraukan oleh Agra.

"Kenapa? Apakah tidak boleh jika aku menyentuh tangan calon istriku sendiri" jawab Agra santai yang membuat Arsen dan Aldi mengeraskan rahangnya, sedangkan Farel dan Aldo sangat terkejut saat tahu kalau bosnya yang dingin jatuh cinta pada Queen padahal baru berkenalan.

"Bukan lo yang akan jadi suaminya, tapi gw" sahut Aldi tiba-tiba.

"Jaga bicara kalian Queen akan menjadi istriku suatu saat nanti, walau kami punya hubungan darah tapi gw gak peduli" ucap Arsen tegas.

"Kenapa tidak sekalian saja kalian menjadi suami Queen?" tanya Queen dengan polosnya.

"Anjayyh gw di rebutin cogannn, siap-siap harem nih" batin Queen menjerit.

"Tidak" ucap mereka serempak.

"Memangnya kenapa? Jika Queen punya banyak suami kan seru" tanya Queen dengan polosnya yang membuat mereka menghembuskan nafas kasar.

"Sudah jangan bahas lagi, ayo pulang" ucap Arsen menarik tangan kanan Queen dan kirinya di genggam oleh Agra sedangkan Aldi hanya mengikuti di belakangnya sambil mengelus rambut Queen, yang membuat Queen merasa nyaman.

Sedangkan Farel dan Aldo masih shok saat sahabat dinginnya ingin menjadikan Queen sebagai istrinya, bahkan salah satu sahabatnya juga tidak peduli jika Queen adalah adiknya.

"Gw gak mimpi kan?" tanya Aldo yang masih shok.

"Ini bukan mimpi" jawab Farel.

"Gw tebak pasti mereka bakal jadi haremnya Queen" lanjutnya yang di angguki oleh Aldo.

"Gw juga yakin! Pasti mereka akan menjadi suami Queen nantinya" sahut Aldo.

"Bahkan bisa saja menjadi bertambah calon suaminya si Queen karena pesonanya yang tidak main-main" lanjutnya.

"Gw setuju" celetuk Farel.
.
.
.
.
.
Sampainya Queen di parkiran, mereka bertiga betebut siapa yang akan mengantarkan Queen pulang.

"Queen ayo aku antar pulang" ajak Aldi.

"Tidak! Queen akan bareng aku saja yah?" sahut Agra.

"Biar Queen sama abang saja! Kan kita tinggal serumah" sahut Arsen tidak terima.

Sedang Queen yang jengah karena mereka sedari tadi memperebutkannya padahal dia ingin cepat pulang.

"Queen bawa mobil sendiri! Jadi Queen pulang sendiri" tanpa menunggu jawaban mereka, Queen berjalan ke arah mobilnya dan melakukannya ke luar sekolah.

Sedangkan sekarang mereka bertiga sedang menampilkan wajah datar dan jangan lupakan aura dinginnya, sehingga membuat mereka dijauhi oleh semua murid. Bahkan Farel dan Aldo yang akan menghampiri mereka pun, tidak jadi.

"Itu semua salah kalian" ucap Arsen yang marah.

"Lo juga yang salah! Padahal gw dulu yang ngajak Queen untuk pulang bareng gw" celetuk Aldi yang tidak terima di salahkan.

"Diamlah! Jika kita seperti ini terus maka Queen akan merasa tidak nyaman dengan kita" sahut Agra.

"Biarkan saja Queen tidak nyaman sama kalian! Karena Queen akan jadi milik gw walau harus berbagi dengan Zidan" ucap Arsen dengan tegas, dan melanjutkannya di bantinnya.

"Semua keputusan ada di Queen bukan lo" sahut Agra sambil pergi ke arah motornya di ikuti Arsen dan Aldi.

Sedangkan Queen sampai di mansion daddynya, saat menginjakkan kakinya di dalam mansion, dia di sambut dengan pelukan di belakangnya.

"Queen abang kangen" ucap Zidan yang memeluk Queen.

Memang setelah mendapat kabar bahwa Queen ada di Indonesia, Zidan langsung pergi ke mansion daddynya walau beda kota dengan mansion papinya, tapi Zidan tidak masalah bahkan dia pergi dari sekolah walau masih jam pelajaran hanya demi Queennya.

"Ih abang kok ngagetin Queen sih" kesal Queen sambil mengerucutkan bibirnya sehingga terlihat imut di mata Zidan.

"Itu kenapa bibirnya? Kayak minta di cium saja" seketika Queen menatap horor Zidan.

"Ihh jangan cium bibirnya Queen" ucap Queen sambil menutup mulutnya, yang membuat Zidan terkekeh dengan tingkah menggemaskan Queen.

"Sebaiknya Queen ganti baju dulu, abang anter"

"Iyah! Tapi lepasin dulu pelukannya bang" dengan tidak rela Zidan melepaskan pelukannya.

"Abang gendong" rengek Queen yang langsung di gendong ala koala oleh Zidan, bahkan di perjalanan Queen selalu berbicara banyak hal.

"Abang tadi ada 2 cogan bilang mau jadi calon suami Queen, dan abang Arsen juga ikut-ikutan bilang begitu" ucap Queen yang membuat langkah Zidan berhenti dengan sorot mata tajam.

"Siapa orangnya?" tanya Zidan berusaha sabar sambil menatap Queen lembut.

"Sahabatnya bang Arsen, namanya bang Agra sama bang Aldi mereka baik kok sama Queen, jadi Queen merasa nyaman" curhat Queen tanpa memperdulikan Zidan yang sedang menahan amarahnya.

"Sudah Queen mandi dan turun kebawah! Abang tinggal dulu" ucap Zidan yang sudah di depan kamar Queen dan menurunkan Queen dari gendongannya, dan langsung pergi begitu saja dengan tangan terkepal erat.

"Hihihi abang Zidan cemburu" cekikikan Queen.

"Queen apakah anda benar-benar ingin memiliki harem?" tanya Arsen tiba-tiba yang membuat Queen terkejut.

"Iya! Memangnya kenapa?"

"Tapi bukannya anda tidak memiliki tujuan untuk mengherem ya Queen?"

"Itu dulu, sekarang gw pingin ngeharem mumpung ada cogan banyak"

"Terserah anda Queen" ucap Arkan dan langsung menghilang membuat Queen penasaran.

"Queen hanya milik Arkan! Hanya Arkan" batin Arkan dengan penuh obsesi.

Transmigrasi Queen (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang