16

9.9K 643 8
                                    

Malam sudah tiba, tapi Queen belum sampai ke mansion daddynya.

"Abang~" panggil Queen ke Zidan yang masih menyetir mobilnya.

"Kenapa hmm?"

"Queen capek" jawab Queen lesu.

"Queen tidur saja" saran Zidan.

"Tidak bisa bang" jawab Queen sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak nyaman" lanjutnya.

"Tapi tadi Queen bisa tidur tuh, kok sekarang tidak bisa?"

"Tidak tahu bang! Kenapa Queen bisa tidur" jawab Queen polos.

Tidak lama Zidan menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti bang?" tanpa menjawab Zidan mengangkat tubuh Queen ke pangkuannya dengan posisi Queen menghadap ke arah Zidan.

"Queen tidur saja, pasti nyaman" ucap Zidan sambil melajukan mobilnya kembali.

Tanpa membalas perkataan Zidan, Queen mulai memeluk erat tubuh kekar abangnya dan menduselkan wajahnya ke dada bidang abangnya, sedangkan tangan kiri Zidan di gunakan untuk mengelus punggung Queen, agar Queen cepat tertidur.

Setelah Queen tertidur, Zidan memeluk tubuh Queen erat agar tidak terjatuh, tapi tidak lama telpon Zidan berbunyi yang membuatnya menghentikan mobilnya kembali.

Saat menatap nama yang tertera orang yang meneleponnya, ekspresi Zidan yang awalnya biasa sekarang mendatarkan wajahnya tapi dia tetap mengangkatnya.

"Kenapa?"

'Cepat Pulang'

"Ck gw dijalan"

'Hmm'

Panggilan telepon di tutup sepihak oleh seseorang di seberang sana, yang membuat Zidan mendengus kesal.

"Ck Arsen menyebalkan" gerutu Zidan.

Sebenarnya Zidan ingin menginap di mansion papinya bersama Queen, tapi itu tidak terjadi karena Arsen menelponnya agar pulang. Zidan awalnya tidak mau tapi saat mendengar ancaman Arsen membuatnya tidak bisa apa-apa, karena Arsen mengancamnya yang berhubungan dengan Queen.
.
.
.
.
.
Sampainya di mansion daddynya, Zidan menggendong Queen dengan hati-hati agar Queen tidak terganggu. Tapi saat di ruang tamu, seseorang merebut Queen dari gendongan Zidan tapi Queen tidak sampai bangun.

"Lo-"

"Kenapa? Dari tadi lo udah sama Queen, jadi sekarang ganti gw" potong Arsen dan langsung meninggalkan Zidan yang masih kesal.

"Sialan lo Sen" geram Zidan.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang melihat tingkah mereka, dan terlihat dari sorot matanya, bahwa dia sedang merasa cemburu.

"Gw bakal bales lo Queen! Orang yang udah buat hidup gw menderita, bahkan karena lo gw kehilangan keperawanan gw" batin Qina penuh kebencian sambil mengepalkan tangannya erat sampai mengeluarkan darah karena kukunya yang panjang.

Sedangkan Arsen sudah sampai di kamar Queen dan menurunkan Queen dengan hati-hati, dan dia juga ikut tidur dengan Queen sambil memeluk tubuh Queen erat, sesekali dia menggesekkan hidungnya dengan hidung Queen.

"Adik abang kok gemesin sih eh-bukan adik tapi gadisnya Arsen" ucap Arsen sambil mengecup seluruh wajah Queen tanpa terkecuali.

"Eugh" Queen terbangun karena merasa terganggu oleh tingkah Arsen.

Setelah matanya terbuka sepenuhnya, Queen bisa melihat wajah tampan abangnya dan tubuh kekar abangnya yang tertupi oleh kaos hitamnya apalagi dengan jarak sedekat ini membuat Queen deg deg an.

"Abang"

"Kenapa bangun? Tidur lagi abang akan elus Queen" ucap Arsen sambil mengelus punggung Queen tanpa melepaskan pelukannya.

"Hiks a-bang" tangis Queen yang membuat Arsen khawatir.

"Queen kenapa nangis" tanya Arsen sambil melihat wajah Queen yang terlihat lucu karena menangis.

"Perut Queen hiks sakit~" jawab Queen sambil memegang perutnya.

"Kenapa hmm?" tanya Arsen sambil menggantikan tangan Queen yang memegang perutnya dengan tangannya sambil mengelusnya.

"Tidak tahu! Mungkin akan datang bulan" jawab Queen seadanya.

Karena elusan yang di berikan oleh Arsen membuat sakit yang di rasakan Queen perlahan-lahan hilang, dan membuat Queen tertidur kembali.

Merasa bahwa Queen sudah tertidur, Arsen berhenti mengelus perut Queen dan kembali memeluk Queen.

"Selamat tidur Queennya Arsen" ucap Arsen sambil mengecup kening Queen, dan menyusul Queen ke alam mimpi.
.
.
.
.
.
Pagi telah tiba, Queen sudah siap untuk berangkat sekolah bersama abangnya Arsen dan Zidan karena Zidan pindah di sekolah yang sama seperti Queen agar bisa selalu dekat dengan gadisnya.

"Selamat pagi" sapa Queen saat melihat kedua abangnya di meja makan.

"Pagi juga Queen" balas mereka berdua.

"Kak Qina mana bang?" tanya Queen yang tidak melihat Qina di meja makan.

"Ayo makan nanti telat" ucap Arsen yang mengalihkan pembicaraan, karena dia malas untuk membahas Qina.

Setelah makan mereka berangkat bersama mengendarai mobil sport, yang berhasil mencuri perhatian saat sudah memasuki kawasan sekolah.

Dengan gawa slow motion mereka turun bersama, yang membuat pekikan alay yang mereka dengar.

"Ayo abang antar" ajak Arsen yang di tolak Queen.

"Sebaiknya abang antar bang Zidan! Queen akan ke kelas sendirian" Queen langsung pergi meninggalkan kedua abangnya yang belum sempat membalas perkataan Queen.

Setibanya Queen di kelasnya, Queen duduk di kursinya dengan teman sebangku seorang cowok yang berpenampilan cupu.

Setelah kejadian dimana Queen menangis, Queen di suruh pindah di kursi kosong karena murid kelas Queen tidak mau jika kejadian itu terulang lagi. Queen kira dia tidak punya teman sebangku karena memang kursi di sebelahnya kosong, tapi salah karena sekarang sudah di isi oleh seorang pria.

"Hai" sapa Queen kepada pria di sebelahnya dengan senyum ramah yang dia tunjukkan.

Merasa ada yang mengajaknya bicara pria yang awalnya membaca buku pun mengalihkan pandangannya ke arah Queen, dan seketika pria itu terpana akan paras Queen tapi tidak lama dia tersadar dan membalas sapaan Queen.

"Hai juga" balas pria itu gugup.

"Perkenalkan namaku Queen Alfina Miler" ucap Queen sambil menyodorkan tangannya, sedangkan pria itu terkejut saat mendengar marga Queen, karena dia sebangku dengan saudara iblis dan ratu bully MHS.

"Namaku Refano" balas Refano sambil menjabat tangan Queen, dan tidak lama di lepas oleh Queen.

"Nama panjang?" tanya Queen yang di balas gelengan oleh Refano.

Setelah itu tidak ada percakapan antara Queen dan Refano sampai guru datang. Beberapa jam berlalu, bel istirahat sudah berbunyi.

"Ano ayo ke kantin" ajak Queen.

"Ano?"

"Itu nama panggilan buat kamu dari aku" jawab Queen sambil tersenyum manis, yang membuat Refano salting.

"Apa kamu gak malu pergi ke kantin sama aku? Kan aku siswa cupu" ucap Refano sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa harus malu? Kan sekarang Ano teman Queen" ucap Queen yang langsung memegang tangan Refano menuju kantin.

Sedangkan Refano terus melihat tangannya yang tadi di pegang oleh Queen.

Tapi di depan di kelas Queen, terlihat Arsen dan Zidan sedang menunggu Queen dengan tatapan tajam yang mengarah ke arah tangan Queen yang memegang tangan Refano.

Tanpa aba-aba Arsen langsung menggendong Queen menuju kantin di ikuti Zidan meninggalkan Refano sendirian yang menatap tangan yang tadi di genggam Queen dengan pandangan yang sulit di artikan.

Transmigrasi Queen (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang