38|| Demi Kanaya

2.5K 66 57
                                    



Kanaya baru saja sampai didepan pintu kamar hotel yang Yesa maksud. Ia sempat mengetuk pintu benerapa kali, tapi tak ada respon sama sekali dari dalam. Jadi Kanaya memutuskan untuk langsung masuk. Yesa juga sepertinya sengaja tak mengunci pintu kamarnya.

"Bang Yesa!! Abang kenapa??" Kanaya panik bukan main setelah ia menemukan Yesa yang terbaring lemah diatas ranjang, dengan botol alkohol yang masih ia genggam ditangan kirinya.

"Kamu udah dateng Nay— cepet banget datengnya" jawab Yesa dengan nada bicara yang terdengar sedikit melantur. Ia sekarang pasti sudah dalam pengaruh alkohol.

"Bang Yesa kenapa?" Tanya Kanaya sambil menagkup wajah Yesa. Sorot matanya telihat begitu khawatir. Kata kenapa yang Kanaya maksud kali ini bukan untuk mempertanyakan keadaan Yesa, melainkan untuk menanyakan mengapa Yesa sampai semabuk ini, apa yang telah terjadi pada dirinya?.

"Abang gapapa— ini salah satu dari rencana abang" Yesa menjawab sambil memijat-mijat kepalanya sendiri "Duduk sini aja, dibawah".

Kanaya menurut saja pada Yesa yang kini mengarahkan tubuhnya untuk duduk dibawah lantai.

"Kamu percaya kan sama abang?".

Gadis itu lantas mengangguk dengan pasti hingga membuat senyuman lembut mengembang dari bibir Yesa. Perlahan ia menarik satu persatu rambut Kanaya yang sebelumnya terikat rapih "cuma cara ini yang bisa abang lakuin, Nay. Habis ini, papi kamu gak mungkin bisa maksa-maksa kamu lagi".

Kanaya hanya bisa diam sambil menatap wajah Yesa. Ia masih kebingungan karena Yesa terus mengurai rambutnya dan seolah membuatnya terlihat seperti habis dijambak-jambak "abang gak mabuk kok kamu jangan takut gitu".

"Aku gak takut kok— cuma bingung aja, kenapa bang Yesa tiba-tiba awut-awutin rambut aku?" Kanaya juga tau sendiri kalau Yesa adalah peminum yang kuat. Ia tak merasa takut sama sekali, hanya saja ia benar-benar tak mengerti dengan apa maksud dibalik perlakuan aneh Yesa terhadap dirinya.

Yesa kembali tersenyum tapi kali ini lebih lebar, meskipun tatapan mata itu tampak suram tak seperti biasanya yang selalu cerah dan tajam "intinya— abang gak papa meskipun semua orang ngecap abang sebagai orang jahat. Yang penting kamu bisa lebih bahagia setelah ini Nay".

"Hmm?" Lagi-lagi Kanaya tak dapat memahami perkataan Yesa.

"Kejar apa yang mau kamu kejar, pergi ketempat dimana kamu mau pergi. Cari kebahagian yang selama ini belum bisa kamu temui".

"Kamu tau kan kalau abang sayang banget sama kamu" bohong sekali jika Kanaya tak mengetahui bagaimana perasaan Yesa kepadanya selama ini, tapi dengan mendengarnya secara langsung dari mulut Yesa, rasanya berhasil membuat Kanaya seketika tak mampu berkata-kata lagi.

"Abang udah nyiapin tabungan buat kamu— pake yah. Untuk apapun itu, yang penting Naya gak sedih lagi" Yesa berbicara dengan kedua tangannya yang masih menarik helai demi helai rambut Kanaya dengan pelan "Kamu pokoknya harus bahagia Nay, kalau kamu mau balik sama Arkana juga gak papa. Abang bisa bahagia cuma kalo liat Naya bahagia"

Kegetiran itu rasanya seperti menyambar hati Kanaya. Ia sungguh tak menyangka kalau perasaan Yesa ternyata sedalam ini, sampai membuat laki-laki itu rela mengorbankan kebahagiaannya demi kebahagiaan Kanaya.

"Bang.." panggil Kanaya kedua tangannya memegangi tangan Yesa yang masih tak lepas dari kepalanya.

"Abang boleh gak cium kamu?— sekali aja" pinta Yesa dengan kedua matanya yang menatap Kanaya dengan begitu dalam. Rasa perih dan hancur itu tergambar jelas dalam sorot mata Yesa, tapi laki-laki itu terus saja berusaha menunjukkan seolah dirinya sedang baik-baik saja.

Kali ini Kanaya yang terlebih dahulu mengecup bibir Yesa. Hingga membuat mata Yesa langsung terpejam ketika permukaan lembut itu menyentuh bibirnya. Tapi Yesa malah segera mundur dan melepaskan ciumannya terlebih dahulu.

FAKE STEP BROTHER🔞[NCT 127 NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang