Hanya cerita tentang dua orang remaja dengan kisah hidup yang berbeda, tetapi dengan tujuan hidup yang sama, yaitu bahagia.
Ghava!. JENANTA PETRIKOR AL-GHAVA pria sederhana penyuka aroma khas yang keluar saat hujan, dan sedikit cita-citanya yang ing...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Masi dihari yang sama, berlatar kelas XI MIPA 1. Ghava diam melihat Travis, yang sedari tadi tidak ada niat untuk mengangkat kepalanya. Pemuda dengan kulit putih tersebut sudah menelungkup kan kepalanya sedari tadi, entahlah mungkin tertidur pikir Ghava.
Biasanya saat waktu istirahat seperti sekarang, Ghava akan membawa bekalnya untuk ia santap di taman belakang sekolah. Namun ia urungkan karena tidak enak meninggalkan teman sebangkunya yang terhitung masih baru di sekolah ini. Sudah pasti tidak memiliki teman, maka Ghava dengan senang hati menerima Travis sebagai temannya.
"Nuraga kamu nggak makan?" Tanya Ghava hati-hati takut jika dirinya mengganggu ketenangan sang teman sebangku.
Masih tidak ada sahutan. Ghava nampak khawatir takut-takut kalau Travis pingsan.
"Nuraga kamu baik-baik sa—
Ucapan Ghava dipotong dengan Travis yang tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan menatap Ghava dengan mata malas namun terkesan tajam.
—berisik" setelah mengatakan satu kata Travis melangkah keluar meninggalkan Ghava yang tampak bingung sekaligus tidak enak karena sudah mengganggu Travis.
"Apa saya seberisik itu?" Tanya Ghava pada dirinya.
Tiba-tiba perut Ghava berbunyi dirinya teringat dengan bekal yang belum ia makan.
"Hhmm lebih baik makan bekal dari ibu"
Ghava beranjak keluar dari kelas untuk menuju ke taman belakang sekolah. Perutnya sudah lapar karena sama sekali belum di isi dengan apapun.
Sesampainya dibelakang sekolah Ghava segera menuju ke bawah pohon besar yang rindang dan sejuk. Mengeluarkan bekalnya lalu menyantapnya. Ghava tersenyum masakan ibu nya memang yang paling enak.
Meoww.....
Ghava sedikit tersentak kala dirinya mendapati se ekor kucing kecil yang sangat kurus tengah menduselkan badannya dikaki Ghava.
"Kucing kecil kamu lapar?" Tanya Ghava.
Meoww.....
Seolah mengerti dengan ucapan Ghava kucing tersebut kembali bersuara.
Dengan senang hati Ghava memberikan bekalnya ke kucing kecil berwarna hitam putih tersebut.