[NUKOR] 13

79 10 0
                                    

📚Happy reading📚

📚Happy reading📚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Ghava melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit, sembari memegang dadanya. Bohong jika dirinya sudah baik-baik saja. Nyatanya dadanya masih sakit, belum lagi perutnya yang juga sama sakitnya. Untungnya tidak sesakit semalam, dan Ghava masih bisa menahannya. Ia ingin segera pulang, karena takut membuat ibunya khawatir. Karena ia belum juga sampai ke rumah, sedangkan sekarang sudah sangat larut.

Berhenti sejenak, Ghava menetralkan nafasnya untuk membantu mengurangi rasa sakit di dadanya.

"Saya harus cepat sampai kasian ibu" Ucapnya kembali melangkahkan kedua kakinya.

Sembari berjalan Ghava menengok ke sekitarnya, dirinya sadar bahwa sekarang ia berada di pusat kota, dan sudah pasti sangat jauh dari tempat tinggalnya.

Menghela nafas.

"Ternyata ini sangat jauh dari rumah, bagaimana bisa saya cepat sampai?" gumamnya lirih hampir tak terdengar karena suara kendaraan dimana-mana.

Belum beberapa lama melangkah Ghava kembali berhenti, pandangannya menangkap seorang pria dan wanita, yang baru saja keluar dari sebuah restoran.

Ghava memfokuskan pandangannya. Tunggu sepertinya Ghava pernah melihat mereka, tapi dimana?.

"Ah iya, mereka yang waktu itu datang ke sekolah" ingat Ghava kepada pasangan suami istri, yang beberapa hari lalu datang ke sekolahnya.

Ghava sedikit terkejut, karena sepertinya pria dewasa disana menjatuhkan dompetnya, tapi ia tidak menyadarinya. Dengan cepat Ghava berlari menghampiri pasangan tersebut.

"Tunggu" teriak Ghava, berhasil menghentikan pasangan tersebut untuk masuk ke mobilnya. Mereka  berbalik, menengok ke arah Ghava dengan kerutan samar di dahi masing-masing.

"Maaf sebelumnya tuan, anda menjatuhkan ini" ucap Ghava sopan, sembari mengacungkan sebuah dompet berwarna hitam ke arah pria dewasa tersebut.

Si pria sedikit terkejut karena melihat dompetnya ada ditangan Ghava. Dirinya tidak sadar bahwa dompetnya jatuh.

"Terimakasih" ucap si pria kepada Ghava.

Ghava sedikit tersenyum.

"Sama-sama. Saya permisi, assalamu'alaikum"

Namun si pria menghentikan langkah Ghava.

"Tunggu!. Ini ambillah" ucap si pria memberikan beberapa lembar uang kepada Ghava.

"Eh nggak papa tuan saya ikhlas" tolak Ghava halus.

"Ambillah. Ini adalah bentuk terimakasih dari saya" ucap si pria sedikit memaksa.

"Tapi—

—ambil! saya memaksa, sekali lagi terimakasih" pria tersebut meraih lengan Ghava, dan langsung menaruh uang tersebut di telapak tangan Ghava. Setelahnya ia masuk ke dalam mobil hitamnya, menyusul sang istri yang sudah masuk lebih dulu. Lalu melajukan kendaraan roda empat miliknya, membelah jalanan di pusat kota.

☬NURAGA DAN SANG PETRIKOR☬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang