[NUKOR] 10

98 14 2
                                    

📚Happy reading📚

📚Happy reading📚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Ghava menatap papan tulis, dengan tatapan kosong. Sedari tadi Ghava tidak bisa fokus kepada guru, yang sedang menjelaskan. Pikirannya berkecamuk, memikirkan apa yang akan terjadi besok. Apakah orang-orang itu akan menyita rumahnya?, kalau memang benar maka dimana dia dan ibunya akan tinggal?, sejujurnya kalau hanya dirinya saja, Ghava tidak masalah, tapi bagaimana dengan ibunya?.

Kringggg.....

Ghava sedikit terkejut, dengan bunyi bell yang cukup nyaring menandakan waktu pulang sekolah telah tiba. Ghava melirik ke arah Travis, yang masih setia menelungkupkan kepalanya. Apakah Travis sudah seperti itu sedari tadi? Ghava tidak sadar dikarenakan dirinya asik dengan lamunannya.

Memang Travis tidak jadi bolos ke Roftoop, karena Ghava menariknya masuk ke kelas. Dan mengatakan bahwa bolos itu, adalah perbuatan tidak disiplin. Karena Travis malas berdebat maka, dengan terpaksa dia masuk ke dalam kelas. Walau sama saja, karena Travis hanya akan tidur sepanjang jam pelajaran.

Guru yang sedari tadi mengajar sudah pamit tepat setelah bell berbunyi, dan beranjak keluar dari kelas Ghava, diikuti oleh beberapa teman sekelasnya.

"Nuraga bangun sudah waktunya pulang" ucap Ghava pelan, namun berhasil membangunkan Travis.

Setelah melihat teman sebangkunya sudah bangun, Ghava segera membereskan buku-bukunya, dan memasukkan ke dalam ransel hitam miliknya, yang sedikit dipenuhi dengan jahitan tangan sang ibu.

"Nuraga saya deluan. Assalamu'alaikum" ucap Ghava berlalu, meninggalkan Travis yang masih sibuk mengumpulkan nyawanya.

Travis menatap ke arah punggung lebar Ghava, yang sudah menghilang di balik tembok kelas mereka.

Alis kanannya terangkat, tumben sekali Ghava tidak berceramah tentang dirinya yang tidak menjawab salamnya?.

Merasa bodoh amat, Travis juga mengais tasnya dan segera beranjak keluar dari kelas. Tidak seperti tas Ghava yang berat karena banyak buku didalamnya, tas Travis malah sebaliknya isinya hanya ada satu buku, dan satu pulpen saja. Sungguh bertolak belakang dengan dirinya, yang menyandang status sebagai anak MIPA?.

Karena sebagian orang menganggap anak MIPA itu ambis, dan sebaliknya anak IPS tergolong santai?. Tapi menurut Travis anak MIPA maupun IPS sama saja, itu tergantung dengan siswanya. Mereka mampu di bidang apa. Tidak semua anak MIPA paham dengan materi di bidang IPS, begitupun sebaliknya tidak semua anak IPS paham dengan materi di bidang MIPA. Bukankah begitu?.

Travis melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Hari ini dirinya akan berjalan kaki untuk pulang ke unit apartemen miliknya.

Ya benar, Travis tidak pulang ke mansion ayahnya. Karena dirinya sudah benar-benar muak, untuk tinggal se atap dengan orang tidak tau diri seperti ibu tirinya, dan saudara tirinya. Jangan lupakan ayahnya, yang selalu memarahi dirinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya.

☬NURAGA DAN SANG PETRIKOR☬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang