[NUKOR] 4

117 18 2
                                    

📚 Happy reading📚

📚 Happy reading📚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Tidak sesuai dengan perkiraan Ghava, bahwa dia akan pulang sebelum hari gelap.

Nyatanya sekarang Ghava berada di depan masjid. Dia baru selesai menunaikan sholat magrib.

Ternyata perjalanan ibunya cukup jauh untuk menjual sayur ke pasar, tidak heran jika kaki ibunya selalu sakit.

Menundukkan kapala, menghembuskan nafas gusar. Ghava jadi merasa bersalah, karena membiarkan ibunya berjalan sejauh ini.

"Maafin Ghava bu, belum bisa ngasi apa-apa buat ibu" ucapnya lirih hampir tak terdengar.

Ghava beranjak dari duduknya, mengambil keranjang tempat sayur, yang sudah kosong.

Setidaknya Ghava bersyukur hari ini, sayurannya habis terjual.

Berjalan menyusuri gang menuju rumahnya sendirian, dengan angin malam yang menerpa. Ghava ingin segera sampai dirumah mengingat sang ibu sendirian di rumah, dan belum benar-benar pulih.

Ditengah perjalanan menuju rumahnya, langkah Ghava terhenti indra pendengaran nya sayup-sayup mendengar suara ringisan dan suara pukulan di gang menuju rumahnya. Ghava jadi penasaran apakah ada seseorang, yang sedang dipukuli?.

Melupakan niatnya yang ingin segera sampai di rumah, Ghava mengikuti darimana asal suara itu.

Di gang dengan pencahayaan remang-remang, dan buntu akhirnya Ghava menemukannya. Disana terdapat beberapa orang, yang tengah memukuli seorang remaja?.

Ghava bisa mendengar beberapa umpatan keluar, dari mulut orang yang tengah memukuli remaja yang saat ini tengah meringkuk ditanah.

"Anjing!! dasar anak sialan!!. Apa susahnya sih Lo nyuruh ayah Lo itu buat kasi gue black card hah!!"

Ghava dilanda panik, di satu sisi ia ingin menyelamatkan remaja itu, tapi disisi lain Ghava juga takut untuk membantu. Dirinya ragu meskipun waktu SMP dulu dia pernah mengikuti beladiri, yakni karate. Tapi itukan sudah sangat lama.

"BANGSAT!!. MATI LO SI—

—HEYYY BERHENTI!!" Ghava berteriak menghentikan orang tersebut, yang ingin kembali memukulkan balok kayu ke tubuh korbannya.

Alahh persetan dengan beladiri yang sudah lama ia tinggali. Ghava tidak mau menyesal, karena gagal menyelamatkan nyawa seseorang.

Semua orang yang sedang memukuli remaja itu berhenti, beralih melihat ke arah Ghava.

"Apa yang kalian lakukan??. Dia bisa mati!!" Ucap Ghava panik.

Salah satu dari mereka menunjukkan smirk nya.

"Lo siapa bangsat? Nggak usah ikut campur!!. Mending Lo pulang!! sebelum Lo bernasib sama kayak si sialan ini"

"Saya nggak akan pulang sebelum kalian berhenti memukuli dia!" tegas Ghava.

☬NURAGA DAN SANG PETRIKOR☬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang