📚Happy reading📚
.
.
.Berlatar kelas XI MIPA 1.
Sekarang Ghava sedang gelisah ditempat duduknya. Batinnya bertanya apakah teman sebangkunya ini masih tidak baik-baik saja?. Masalahnya Travis belum juga datang, sedangkan sekarang pelajaran sudah dimulai.
Matanya terus menatap ke arah pintu kelas. Berharap Travis akan segera datang. Setidaknya sekarang baru mapel pertama, Travis masih bisa mengikuti tiga mapel setelahnya agar ia tidak tertinggal banyak mapel.
Tidak tau saja Ghava kalau teman sebangkunya itu lebih memilih tidur atau bolos dibandingkan mendengarkan guru berceloteh di depan.
Namun sampai berganti ke mapel ke dua Travis belum juga datang. Dan sekarang waktunya istirahat. Ghava berdiam diri dikelasnya. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kepada teman sebangkunya.
"Mungkin Nuraga belum benar-benar sembuh" ucap Ghava. Mengingat semalam Travis dipukuli oleh empat orang sekaligus, dan sempat tidak sadarkan diri. Sadarnya juga waktu pukul empat subuh.
Tapi ketika Travis sadar ia tampak baik-baik saja, sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit. Makanya Ghava yakin kalau Travis akan bersekolah hari ini. Walaupun dengan banyak luka diwajahnya.
Ah apa mungkin teman sebangkunya itu malu karena wajah tampannya dipenuhi oleh luka?
Ghava mengernyitkan dahinya, lalu menggeleng. Ada-ada saja pikirannya.
Mengingat kejadian semalam Ghava menyentuh sudut bibirnya, yang baru terasa berdenyut padahal semalam Ghava tidak merasakan sakit apa-apa diwajahnya, tapi kenapa sekarang baru terasa sakitnya?.
Waktu jam pelajaran tadi banyak guru yang menanyakan wajah Ghava. Dan Ghava menjawab bahwa ia habis menolong seseorang yang dirundung, tentu saja Ghava tidak memberi tau bahwa orang yang ia tolong adalah Travis.
Apakah teman-teman kelasnya ada yang menanyakan keadaan Ghava?, Sudah jelas bukan? walau Ghava tidak bersekolah sampai mereka naik kelas pun teman-temannya tidak peduli!. Dan itu fakta adanya!.
Tidak sengaja Ghava menekan lukanya sendiri, dan dihadiahi oleh ringisan kecil yang keluar dari bibirnya.
Tiba-tiba Ghava teringat sesuatu. Matanya membulat.
"Astagfirullah, kenapa saya bisa lupa. Pasti semalam orang tua Nuraga khawatir, karena anak mereka tidak pulang ke rumah. Dan bertambah khawatir ketika melihat anak mereka pulang dengan banyak luka diwajahnya" asumsi Ghava. Belum tau saja Ghava.
KAMU SEDANG MEMBACA
☬NURAGA DAN SANG PETRIKOR☬
Teen FictionHanya cerita tentang dua orang remaja dengan kisah hidup yang berbeda, tetapi dengan tujuan hidup yang sama, yaitu bahagia. Ghava!. JENANTA PETRIKOR AL-GHAVA pria sederhana penyuka aroma khas yang keluar saat hujan, dan sedikit cita-citanya yang ing...