📚Happy reading📚
.
.
.Sore ini Ghava berjalan dibawah teriknya matahari walaupun waktu sudah menunjukkan pukul tiga. Berjalan dengan langkah sedikit cepat menuju tempat dimana sang ibu dirawat. Ribuan kata maaf terus Ghava lontarkan dalam hatinya untuk sang ibu. Perkataan sang kepala sekolah terus terngiang di kepalanya.
"Sebenarnya saya belum percaya kalau barang haram itu milik kamu Ghava. Tapi aturan tetap aturan, dan itu harus dijalankan. Saya tidak akan mencabut beasiswa kamu, tapi jika kamu mengulangi kesalahan yang sama maka tidak ada lagi toleransi, yang artinya beasiswa kamu akan saya cabut saat itu juga. Untuk kali ini saya hanya memberikan kamu surat skor selama satu bulan. Dan maaf dengan terpaksa kamu akan saya mundurkan dari olimpiade"
Dan pada saat itu Ghava hanya pasrah menganggukkan kepalanya. Setidaknya untuk kali ini beasiswanya tidak dicabut dan Ghava bersyukur akan hal itu.
Tapi Ghava bingung, siapa yang telah menaruh barang haram itu di tasnya? Siapa orang yang dengan teganya membuat dirinya terfitnah?. Dan kapan orang itu menaruh barang haram tersebut di tas Ghava? Apa waktu upacara berlangsung?. Ah Ghava tidak tau, rasanya kepalanya sangat pusing memikirkan hal itu.
Tapi dibalik itu semua ada sedikit kebaikan didalamnya. Yaitu Ghava bisa menjaga ibunya selama 24 jam, tanpa dihantui rasa takut dan khawatir akan terjadi hal buruk kepada sang ibu, sedangkan dirinya tidak berada di samping beliau.
Srett.
Suara sesuatu menarik perhatian Ghava, sepertinya berasal dari sepatunya. Dan benar saja ternyata sepatu Ghava yang awalnya hanya terdapat sedikit robekan, kini robekannya bertambah besar menampakkan tiga jari kaki miliknya. Sebenarnya wajar sepatu Ghava seperti itu, mengingat dia tidak pernah mengganti sepatu miliknya dari Ghava masih menjadi siswa baru di SMA nya. Ditambah lagi, dengan dirinya yang terus berjalan kaki menuju ke sekolah. Bukan tidak mungkin kalau sepatu miliknya akan cepat rusak, dan sekarang adalah waktunya.
Ghava berjongkok untuk melepas kedua sepatunya.
"Apa masih bisa dipakai?" Bertanya lirih kepada diri sendiri sembari menatap miris sepatu hitamnya yang berada di genggamannya, dengan warna sepatu yang sudah lumayan luntur serta robekan besar di bagian depan sepatu.
Bukan tanpa alasan dirinya bertanya, mengingat ia tidak memiliki uang untuk membeli sepatu baru.
Pip.
Suara klakson motor mengagetkan pemuda Jenanta tersebut. Dirinya bisa menebak bahwa suara klakson motor tersebut, berasal dari motor Supra fit milik pak Jajang. Karena pria paruh baya tersebut datang menghampiri Ghava.
"Ghava ayo cepat naik" ucap pak Jajang sedikit tergesa.
Ghava menatap bingung ke arah pak Jajang.
"Ada apa pak? Bapak baik-baik saja?" Bukannya segera naik ke motor, Ghava malah melemparkan pertanyaan kepada pak Jajang.
KAMU SEDANG MEMBACA
☬NURAGA DAN SANG PETRIKOR☬
Fiksi RemajaHanya cerita tentang dua orang remaja dengan kisah hidup yang berbeda, tetapi dengan tujuan hidup yang sama, yaitu bahagia. Ghava!. JENANTA PETRIKOR AL-GHAVA pria sederhana penyuka aroma khas yang keluar saat hujan, dan sedikit cita-citanya yang ing...