8

5K 187 3
                                    

***
Salma masih melanjutkan tangisnya di dalam taxi. Ia ingin berhenti menangis tapi, air matanya rasa-rasanya tidak mau berhenti keluar.

"Mbak..jangan nangis terus, kasian matanya"
Sopir Taxi yang tadinya hanya diam memperhatikan Salma melalui spion dihadapannya akhirnya bersuara. Entah kenapa Ia ikut merasa sesak mendengar tangisan Salma.

Mendengar ucapan sopir Taxi tersebut bukannya berhenti menangis Salm justru semakin tersedu.

"Hiks hiks.."

Sopir Taxi tersebut menarik nafas dalam. Mencoba mengerti sekali lagi, sepertinya perkara sulit.

***
Setelah memutar otak dan sedikit berdebat dengan pikirannya sendiri akhirnya disinilah sekarang Salma berada. Ia kembali ke apartemennya. Lebih tepatnya apartemen Rony.

Dulu sebelum pindah ke rumah yang mereka tempati saat ini, Ia dan Rony sempat tinggal di apartemen ini. Salma sendiri sudah sangat akrab dengan apartemen ini sebab sebelum menikah dulu Ia sudah sering ke apartemen itu. Sekedar menghabiskan malam dengan Rony atau berkumpul bersama teman-teman.

Mengenai akses apartemen ini, Salma meminta tolong pada Paul. Yah, semenjak menikah dan pindah ke rumah mereka apartemen itu lebih banyak ditempati oleh Paul, walaupun pria itu juga memiliki tempat tinggal lain di kota ini.

Salma sudah berpesan kepada Paul supaya tidak memberi tau siapapun tentang keberadaannya saat ini terutama Rony. Salma benar-benar ingin sendiri saat ini.

***
Salma tertidur dengan keadaan yang sangat kacau. Hoodie yang masih membungkus tubuhnya sudah setengah basah oleh air mata di bagian depan. Rambutnya sudah keluar menutupi sebagian wajahnya.

Cukup lama Salma tertidur, bangun-bangun sudah malam saja.

Ia melepas hoodie yang melekat di tubuhnya. Dengan berat Ia langkahkan kakinya menuju kamar mandi berniat sekedar membasuh wajahnya.

Salma mematung di depan cermin wastafel di kamar mandi. Menatap bayangan dirinya disana.
Mata yang sembab, hidungnya nampak merah dan mampet, bawah matanya juga hitam karena semalaman tidak bisa tidur.

Ia cepol asal rambut tanpa menyisirnya. Ia tidak ada tenaga untuk itu. Mencuci muka dan sikat gigi dan menyegerakan diri untuk melakukan apa-apa yang perlu Ia lakukan.

***
Entah sudah berapa kali Bang Randy menghubungi Rony namun tak kunjung mendapat jawaban dari pria itu.

Rony yang mendengarkan dering dari ponselnya memilih untuk menonaktifkan ponselnya. Tidak ada niat sama sekali untuk menjawab panggilan tersebut. Ia tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Rony memilih untuk menghabiskan malamnya di balkon kamar mereka ditemani entah berapa banyak bungkus rokok yang sudah Ia habiskan. Ia benar-benar kacau saat ini.

Pukul 9 malam Rony meninggalkan rumah mereka dengan mobilnya. Entah kemana pria itu akan pergi.

***
Bila dan yang lainnya nampak mondar mandir sedari tadi.

"Gimana Bil ? Udah ada kabar dari Salma atau gimana ?" Tanya Novia yang baru saja keluar dari kamar, setelah mengecek anaknya dan bergabung bersama teman-temannya. Ada Bila, Syarla, Danil, Bang Neyl, Paul, dan Rony. Yah, ada Rony disana.

Setelah menimbang cukup lama akhirnya Paul bersuara.

"Salma ada di apartemen Rony"
Ucap Paul tiba-tiba yang sontak saja mendapatkan tatapan tidak percaya dari teman-temannya.

"Serius Ul..ini lagi genting banget"

"Iya, gue juga serius. Gue minta maaf gak ngomong dari tadi. Siang tadi gue sempat nemuin Salma, dia minta akses apartemen Rony ".

Tetap DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang