22

5.3K 247 18
                                    

***
Rony mengetuk pintu kamar dan memanggil nama Salma entah sudah kali keberapa. Salma dan Syifa bukannya tidak mendengar ketukan dan panggilan tersebut tapi, Salma memang sengaja seolah tidak mendengar apa-apa. Salma juga melarang Syifa untuk membukakan pintu. Tentu saja Syifa akan menurut, Ia pun sama kesalnya dengan Salma. Kali ini Abangnya itu memang keterlaluan.

"Ron..udah yah. Mama gak tau persis apa masalah yang bikin kalian ribut kayak gini tapi, coba kamu tenangin diri kamu dulu. Salma tadi abis kesakitan, biarin dia istrahat dulu. Nanti coba kamu temuin besok aja" Mama dan Papa Rony yang dari tadi memperhatikan Rony akhirnya bersuara. Mereka mencoba untuk paham, Rony dan Salma sudah menikah dan tidak seharusnya mereka ikut campur terlalu dalam. Menasehati keduanya adalah hal paling mudah dan wajar yang bisa mereka lakukan.

"Kamu tidur aja di kamar tamu. Bersih-bersih. Berantakan banget kamu kayak anak jalanan. Besok pagi baru kamu bicara sama Salma. Jadi laki-laki itu harus bertanggung-jawab. Lagian, pergi seharian gak ngasi kabar sama istri. Gimana gak marah coba Salmanya" Papa Rony menimpali. Ia sendiri juga kesal dengan kelakuan anak lelakinya ini.

"Tapi, ini kok rasanya besar banget yah masalahnya. Ini gak sekedar ngilang tanpa kabar yah Ron ?" Tanya Mama Rani.

Rony mengangguk pelan. Lemas sekali bestie.

"Oh pantas..selesaikan masalah kalian baik-baik. Awas kamu ngebentak apalagi ngasarin Salma, Papa gantung kamu di pohon mangga belakang rumah. Ayook Ma" ucap Papa Rony, serius. Kedua orang tua Rony akhirnya meninggalkan Rony di depan pintu kamar.

Setelah kepergian orang tuanya rasanya rasa bersalah kembali meningkat di dalam diri Rony. Ia sudah benar-benar keterlaluan memang. Seharian tidak mengabari Salma dan parahnya Ia tidak ada menemani Salma saat istrinya itu kesakitan. Benar-benat bodoh. Mau bilang menyesal juga rasanya sekarang percuma saja. Tidak akan mengubah apapun.

Sudahlah..Ia akhirnya menuruti titah Mamanya. Ia akan menunggu besok untuk bicara dengan Salma. Semoga wanita itu mau mendengarkan penjelasannya.

***
Pagi menjelang. Semalam Salma tidak bisa tidur dengan nyenyak, Ibu hamil tersebut baru bisa tidur setelah subuh. Semalaman ia gelisah. Entah Ia gerah, perutnya aktif bergerak, kakinya keram, dan lain-lain. Sesungguhnya Ia sudah terbiasa tidur dengan dikipasi oleh Rony terlebih dahulu atau kakinya dipijit terlebih dahulu oleh suaminya itu. Selain itu, Ia juga merasa lebih nyenyak untuk tidur ketika Rony mengelus punggungnya. Ia benar-benar sudah ketergantungan dengan lelaki itu, suaminya.

Sudah pukul 7 pagi, Salma belum juga menampakkan batang hidungnya di meja makan. Sementara itu, Rony sudah duduk disana dengan perasaan berdebar. Ia takut tapi, juga tidak sabar ingin bertemu dan bicara dengan Salma.

"Syif..ini kakak kamu udah bangun atau belum ?"

Syifa yang sedang menyiapkan piring-piring diatas meja akhirnya menjeda sejenak pergerakannya. "Tadi udah kok Mah, katanya sebentar lagi bakalan gabung sama kita. Mungkin lagi siap-siap" jawab Syifa.

Kedua orang tua Rony mengangguk. "Coba kamu susul Ron"

Rony ragu sebenarnya tapi, Ia juga khawatir dengan keadaan Salma.

***
Rony membuka pintu kamar dengan pelan. Rony mematung di depan pintu, Salma menatap tajam kearahnya.

"Mau apa kamu masuk kesini ? Masih ingat punya istri ? Kenapa gak sekalian tinggal aja di Bandung ? Oh, atau mau pulang ambil barang aja" Baru juga muncul, Rony sudah diberondongi pertanyaan bertubi dari Salma. Pertanyaan yang tidak bisa Rony jawab dan kalaupun Ia punya jawabannya Salma pasti tidak akan mau mendengarnya.

"Sal.."
Ucap Rony lirih

"SAL ?? Setau aku kamu jarang banget manggil aku dengan sebutan itu, kecuali kamu lagi marah atau kesal sama aku. Bukannya seharusnya aku yang marah sama kamu Rony ?" Ucap Salma penuh penekanan.

Tetap DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang