33

4.2K 249 36
                                    

***
Salma membasuh wajahnya berulang. Menatap lekat pantulan dirinya di depan cermin. Kuyu sekali wajahnya.

Ia meraih tisu yang ada disamping wastafel. Setelahnya Ia menyapukan sedikit bedak tabur pada wajahnya dan mengoleskan lipstick berwarna nude di bibirnya.

Ia berniat akan keluar dari kamar mandi itu. Tepatnya pergi dari tempat ini. Mungkin Ia akan kembali lagi untuk membawa pulang semua barangnya yang ada disini.

Ia berniat untuk ke rumah sakit. Beberapa menit lalu Syifa, adik iparnya itu mengirimkan pesan padanya mengabari bahwa sore nanti Abidzar dan Kanaya akan pulang ke rumah.

Salma sangat lega mendapat kabar tersebut. Ia tidak sabar untuk memeluk dan mencium kedua bayinya itu. Kejadian kemarin itu benar-benar meruntuhkan dunianya.

Ia tidak akan bisa hidup tanpa kedua anaknya, juga Rony ? Iya, juga Rony. Ia tau keputusannya sekarang mungkin terkesan buru-buru. Ia bahkan tidak meminta persetujuan dari siapapun. Baik manager, orang tuanya ataupun Rony suaminya. Entah bagaimana tanggapan orang-orang itu terhadap keputusannya ini.

Ia tidak begitu peduli. Ia hanya ingin menebus kesalahannya kepada kedua anaknya dan Rony tentunya. Ia sudah cukup puas dengan perjalanan karir dan pencapaiannya selama ini.

***
Rony mengemudikan mobil dengan perasaan yang kacau. Mendadak Ia dilanda perasaan bersalah.

Salma...

Perempuan itu sudah mengambil keputusan besar. Keputusan yang tidak bisa dibilang main-main. Keputusan yang sangat menentukan masa depan karirnya.

Demi apapun, Rony sangat merasa bersalah. Ia tidak pernah menyangka bahwa apa yang dilakukannya semalam justru akan membawa Salma pada keputusannya hari ini.

Ia sudah benar-benar keterlaluan. Ia tega memisahkan anaknya dengan Ibunya yang merupakan istrinya sendiri. Padahal Ia tau bahwa semalam Abidzar dan Kanaya sangat gelisah mencari keberadaan Salma. Ia juga tau bahwa Salma juga demikian. Istrinya itu menangis hingga pagi.

Rony..
Demi apapun kamu sudah sangat jahat, batinnya.

***
"Mana Salma Kak ?"

"Masih belum terlambat kan ?"

Rony membuka pintu ruang meeting dan langsung memberondong Kak Lilis dengan pertanyaan-pertanyaannya.

Kak Lilis menggeleng.

"Udah terlambat Ron..Salma udah tanda tangan pembatalan kontrak dengan label dan pimpinan juga sudah tanda tangan" jawab Lilis lesu.

Rony meraup wajahnya frustasi.

"Salma sekarang dimana ?"

"Kayaknya masih di dalam kamar mandi. Entah dia nangis atau gimana ?" Jawab Lilis lagi.

Rony menghembuskan nafasnya.

Kak Lilis bangkit dari duduknya, mendekati Rony.

"Ron..gue gak tau persis apa alasan dibalik ini semua sampai Salma ngambil keputusan ini tapi, yang gue liat dia kacau dan serius banget dengan keputusannya. Jujur aja gue sangat menyayangkan keputusannya ini tapi, gue juga berharap semoga ini adalah langkah terbaik buat dia."

Rony membisu ditempatnya. Perasaannya semakin tidak karuan.

Sebelum meninggalkan ruangan itu dan menyusul Salma ke dalam kamar mandi, Kak Lilis kembali bersuara.

"Ron..gue gatau masalah kalian apa. Tapi, yang gue tau adalah Salma sesayang itu sama keluarga kecil kalian. Sama Lo, Kanaya, dan Abidzar. Lihat, dia bahkan rela menghentikan mimpinya demi kalian. Tolong jagain adik gue itu" Kak Lilis sudah berurai air mata.

Tetap DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang