***
Ruang rawat Salma sudah sepi, sekitar 30 menit yang lalu orang-orang yang menjenguk sudah pulang. Teman-teman Rony dan Salma serta orang-orang dari pihak manajemen sudah pulang. Di kamar itu hanya tersisa Rony, Salma, dan kedua bayinya yang tengah terlelap.Papa Salma menawarkan untuk bergantian dengan Rony untuk menemani Salma di rumah sakit tapi, Rony menolak. Ia masih ingin disini. Ia tidak lelah sama sekali emmh tepatnya tidak ingin merasa lelah.
Salma masih lelap dalam tidurnya. Perempuan itu sudah tidur bahkan sejak teman-temannya masih ada disini. Sudah hampir dua jam Ia tertidur. Rony paham, istrinya ini pasti sangat capek dan mengantuk.
Rony berjalan mendekati box bayi besar yang berada di hospital bed tempat Salma berbaring. Seperti ada pergerakan disana.
Rony mengulas senyum termanisnya.
"Anak Papa.."
Lirih Rony.Sejenak Ia berpikir. Ia tidak konsisten sekali. Kemarin Ia menyebutkan dirinya dengan panggilan ayah. Kemudian Papi. Sekarang Papa. Aduh..Ia jadi bingung. Sepertinya Ia harus membahas hal ini dengan Salma.
Bayi perempuan itu tampak gelisah, menggerakkan mulutnya seperti gerakan menyedot. Apa dia haus ? Pikir Rony.
'Oeeek..'
Kanaya..umh Naya.
"Naya..haus nak ?"
Tanya Rony seolah anaknya ini dapat menjawab pertanyaannya.Demi kesejahteraan bersama, Rony akhirnya mengangkat tubuh mungil anak gadisnya itu. Jika dibiarkan bisa mengganggu tidur kakaknya, Abidzar.
Rony membawa tubuh Naya dalam dekapannya. Menggoyangkan tubuh itu pelan-pelan, menepuk-nepuk pipinya dengan lembut, dan mendendangkan sebuah lagu..emmh bukan lagu juga yah mungkin sebuah nada tanpa lirik hanya gumaman yang tidak keluar dari mulutnya.
Rony juga bingung. Ia adalah seorang penyanyi, suaranya juga tidak diragukan lagi, hanya saja Ia tidak tau lagu apa yang harus Ia dendangkan untuk putrinya itu.
Pangeran Cinta ? Yang benar saja. Menghargai Kata Rindu ? Tidak masuk akal. Merindukanmu ?? BerChandddaaah...
Baiklah, nanti Rony akan mncoba mengulik beberapa lagu anak atau mungkin akan menciptakan lagu anak sendiri. Bukan ide yang buruk, pasti menyenangkan bisa menyanyikan lagu ciptaan sendiri. Akan semakin menyenangkan jika Ia nyanyikan dengan Salma.
Beruntung sekali bukan kedua anaknya itu ?? Ah, tidak. Salma dan Rony-lah yang paling beruntung.
"Anak Papa..kenapa bangun heem ? Haus yah sayang ? Sabar yah..Papa temanin main dulu yah" Rony berusaha menenangkan, berjalan kesana kemari berharap putrinya ini tidak sampai menangis.
Namun, sepertinya usaha Rony tidak berhasil. Karena setelahnya suara tangisan Naya mulai terdengar...
'Oeeek...Oeeek'
Rony masih belum menyerah. Ia semakin intens memberikan usapan-usapan lembut di pipi Naya.
"Sabar yah sayang..Mama lagi bobo. Mama capek banget hari ini. Sama Papa yah"
Tangisan Kanaya mulai mereda, putri kecil SalRon tersebut mulai tenang hingga...
'Oeeek'...Oeeek'
Bukan Kanaya melainkan suara tangisan Abidzar.
Rony menoleh kearah box bayi, samar-samar Rony melihat pergerakan gelisah tubuh Abidzar dari dalam box. Astaga..bagaimana ini.
Rony berjalan menuju box bayi masih dengan dekapannya pada tubuh mungil putri kecilnya yang belum sepenuhnya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetap Disini
FanfictionTentang dua orang manusia yang hidup bersama dengan segala ujiannya.