11

5.5K 206 2
                                    

***
Hari-hari berlalu, tidak terasa pernikahan Rony dan Salma hampir akan genap 3 tahun. Keduanya tidak menyangka bisa bertahan sejauh ini dengan berbagai permasalahan yang datang silih berganti dan hampir saja menghancurkan bahtera mereka kalau saja mereka tidak menurunkan ego mereka masing-masing.

Setelah pertengkaran mereka tempo lalu, Salma dan Rony sepakat untuk semakin terbuka satu sama lain. Saling memahami dan mengerti  keadaan masing-masing.

Salma tersenyum menatap ponselnya. Baru saja Rony mengabarinya bahwa malam nanti Ia akan menjemput istrinya itu untuk keluar, sekedar makan malam di tempat favorit mereka. Hanya makanan warung pinggir jalan namun, menurut mereka makanan yang ada disana tidak kalah dengan makanan yang ada di restoran bintang lima. Terdengar berlebihan namun, memang begitu adanya.

Salma melirik jam dinding yang menggantung di hadapannya, pukul 11 siang. Masih lama sekali jika Ia bersiap dari sekarang. Ia memilih untuk merapikan lemari pakaiannya yang entah sudah bagaimana modelnya. Terakhir, seingatnya entah bagaimana pakaian Rony sudah bercampur dengan jilban-jilbabnnya. Suaminya itu memang terlampau ajaib. Ada-ada saja tingkahnya, untung sayang.

***
Salma mengangkat ponselnya yang sejak rakaat kedua sholatnya tadi tidak berhenti berbunyi. Siapa sih ? Batin Salma

Masih dengan menggunakan mukenahnya Salma mengangkat panggilan tersebut. Rony ? Ada apa Rony menelponnya, padahal satu jam yang lalu pria itu sudah bertukar pesan dengannya lewat chat WhatsApp.

"Sayang..aku baru ingat jam 2 siang ini kita ada janji sama dokter Fidya kan ?" Terang Rony diseberang sana membuat Salma menepuk jidatnya.

"Astaga..hampir aja aku lupa. Ternyata hari ini hari Jumat yah. Yaudah, aku siap-siap sekarang. Kamu masib ada kerjaan atau gimana ? Udah makan dan sholat kan ?" Tanya Salma bertubu-tubi membuat Rony tertawa.

"Nanya satu-satu Ca. Ia, udah kok. Kerjaan aku juga dikit lagi selesai. Kamu siap-siap bentar lagi aku jemput"
Salma tersenyum, akhirnya Rony kembali memanggilnya dengan sebutan Ca lagi setelah sekian lama. Tepatnya, setelah pertengkaran mereka tempo lalu Rony menjadi jarang sekali memanggil Salma dengan sebutan itu.

Lama Salma terdiam.

"Ca.."

"Caca sayaaang..kamu masih disana kan ?"
Nada suara Rony terdengar khawatir.

"Aku jatuh Ron"
Lirih Salma

"HAAAAH ? Jatuh gimana ? Kok bisa sih ? Terus sekarang gim..."

"Aku jatuh cinta lagi sama kamu. Eh, gak deng orang aku jatuh cinta terus sama kamu. Tiap hari" ucap Salma dengan entengnya. Tidakkah Ia tau bahwa pria dibalik sambungan telepon itu hampir saja menjungkirbalikkan dirinya ketika mendengar kalimat yang diucapkannya barusan.

"Aku pulang sekarang"

"Heh..katanya tadi kerjaannya belom selesai"
Heran Salma. Suaminya ini benar-benar tidak konsisten.

"Kerjaan bisa ditinggalin sayang..tapi, Cacaku yang lagi mode manja kayak gini gabisa ditinggalin. Aku pulang sekarang juga"
Ujar Rony serius.

"Ya Allah..ada-ada aja kamu. Selesaiin dulu kerjaannya"

"Ada Bang Rendy kok yang bisa nyelesaiin. Aku pulang sekarang pokoknya"

"Ron..Rony"
Panggil Salma

"Apa Ca..sabar yah ini aku udah keluar dari kantor"

"Hati-hati yah..love you"

"Ca..kayaknya aku mau mati deh dengar kamu ngomong gitu"

"Hahah..lebay kamu. Udah ah..buruan balik mumpung aku belom mandi" ungkapan untuk YTTA alias yang tau-tau aja.

Maka semakin bersemangatlah Rony melajukan mobilnya.

***
"Kamu dengar kan apa kata dokter Fidya tadi, jangan kecapekan, jangan sampai stres, makan yang bener, dan paling penting jaga kesehatan kamu. Buat sebahagia mungkin sayang" tutur Rony panjang lebar sambil menggenggam tangan Salma keluar dari gedung rumah sakit.

Tadi mereka berkonsultasi dengan dokter Fidya, salah satu dokter kandungan yang direkomendasikan oleh Bila juga dokter yang menangani kehamilan Bila saat ini.

Yah, sejak tiga bulan yang lalu pasca gonjang-ganjing rumah tangga Rony dan Salma, keduanya sepakat untuk berkonsultasi kepada dokter kandungan untuk semakin memantapkan ikhtiar mereka untuk memiliki anak.

Mereka memang tidak terlalu berambisi mereka hanya memaksimalkan usaha mereka. Selebihnya mereka benar-benar sepasrah itu. Menyerahkan semuanya pada takdir Tuhan.

"Iya..aku inget kok. Aku bahagia kok. Apalagi kalau kamu bawel gini. Aku bahagia sekaligus kesal sih hahah"

"Kamu mah..aku serius juga"

Salma tersenyum lebar menatap Rony dan tanpa aba-aba Rony justru mencium pipi wanita itu.

"Ih..modus dasar"

"Modus sama istri sendiri gapapa kali."

Salma memutar matanya jengah. Dalam hati Ia justru senang sekali. Rony mode begini adalah favoritnya sedunia.

***
"Menurut kalian aku gendutan gak ?" Tanya Bila ditengah obrolan random mereka.

Novia, Salma, dan Syarla, saling berpandangan satu sama lain. Pertanyaan Bila lebih sulit daripada pertanyaan sesi TWK CPNS.

"Mmmh..menurut aku sih gak yah. Wajar aja kok berat badan kamu. Orang hamil kan gitu" jawab Novia hati-hati.

"Tapi, aku ngerasa berat banget Nov. Jalan aja rasanya aku udah gakuat" Bila bersuara kembali.

"Gak kok Bil..menurutku badan kamu gak yang terlalu gemuk gitu. Malah kek montok banget. Seksi gitu. Liat nih aku udah melar banget. Lagian gapapa kalaupun gemuk Bil. Resiko Ibu hamil yah gitu" kali ini Syarla yang menimpali.

Bila menatap kearah Salma, menunggu tanggapan gadis itu.

Belum juga Salma bersuara, tiba-tiba muncullah Paul, Neyl, Danil, dan Rony.

"Kalau menurut kamu gimana Sal ?" Tanya Bila masih belum puas dengan jawaban yang Ia dapatkan dari Novia dan Syarla.

"Kok nanya Salma..dia kan belum pernah hamil sayaang" kalimat itu lolos dari lisan Paul begitu saja.

"Oh iya, aku lupa". Jawab Bila.

Sakit..
Hati Salma seperti dicubit kembali. Perasaan tersinggung yang sebenarnya sudah coba ia kubur dalam-dalam semenjak ada ajakan untuk bertemu teman-temannya itu justru muncul kembali.

Ia menunduk, mencoba mengendalikan dirinya.

Rony yang juga ikut tersinggung dengan ucapan Paul akhirnya bersuara.

"Lo kalo ngomong bisa difilter dikit gak ? Gak punya hati Lu"

Dengan tergesa Rony meraih tangan Salma. Berlalu begitu saja meninggalkan perkumpulan yang tidak berfaedah itu.

Air mata Salma sudah jatuh di pipinya.

Kalau saja Paul bukan sohibnya sudah Ia hajar pria itu. Mati-matian Ia menyenangkan Salma, menjaga perasaan istrinya eh malah diomongin begitu. Gak punya hati memang.

"Jangan dipikirin yaah..tadi Paul gak bermaksud ngomong gitu kok" Kini Rony sudah mengusap bahu Salma, mendekap erat istrinya itu.

Salma semakin mengeratkan pelukannya. "Yang diomongin Paul bener kok. Aku aja yang cengeng"

Rony menggeleng. Si Paul benar-benar yah.

Keduanya memilih pulang ke rumah. Mood Salma sudah hancur sekali.

Sementara di tempat lain, Paul sudah dimaki habis-habisan oleh teman-temannya.

"Siap-siap aja Lu dicuekin Rony satu abad. Makanya kalau ngomong itu dipikir dulu"
Bang Neyl ikut emosi sih jujurly.

Paul hanya bisa menyesali kebodohannya. Ia bingung memikirkan bagaimana caranya bicara dan minta maaf kepada Salma juga Rony.

***
Jangan lupa like dan komen yaaw

Salam hangat

Salmocean 💙

Tetap DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang