02. Kacamata dan Perban

1.1K 159 9
                                    

Gojo Satoru mendongakkan kepalanya untuk melihat lebih jelas bangunan bertingkat dengan tembok bata coklat kemerahan di hadapannya. Seperti kata Ango, ia akan mencoba melamar pekerjaan di tempat ini. Lebih tepatnya di lantai empat bangunan ini, kantor Agensi Detektif Bersenjata.

Kemarin Ango membantunya dengan menyiapkan tempat untuk menginap semalam dan membelikan makanan serta beberapa pakaian untuknya. Terdengar seperti orang yang sangat baik, tetapi nyatanya tidak sebaik itu.

Setelah mendengarkan cerita Ango tentang kemampuan dan penggunanya, Gojo memperkirakan bahwa keberadaan mereka agak tersembunyi dari masyarakat biasa dan mungkin saja di awasi oleh pemerintah.

Jika dugaannya benar, Ango mungkin seorang pegawai pemerintahan dan sengaja menyuruhnya melamar pekerjaan di Agensi Detektif Bersenjata. Ango mungkin berpikir akan lebih mudah mengawasi dirinya atau Gojo tidak akan bisa menyalahgunakan kemampuannya jika ia berhasil bergabung menjadi anggota.

Menghela nafas, Gojo melangkahkan kakinya memasuki bangunan. Ia harus berhasil karena menjadi detektif sepertinya menyenangkan.





“Nama saya Gojo Satoru, dua puluh delapan tahun. Mohon kerja samanya.”

Gojo membungkuk saat memperkenalkan dirinya. Ia harus memberikan kesan pertama yang baik bukan?

Ada tiga orang pria saat Gojo memasuki ruangan direktur. Satu orang yang ia yakini merupakan direktur agensi, duduk di hadapannya. Pria itu sepertinya berusia sekitar empat puluhan, memiliki rambut perak panjang sebahu, mata berwarna biru metalik, memakai haori berwarna hitam dan yukata berwarna hijau. Di  belakangnya ada dua orang pemuda yang sepertinya berusia awal dua puluhan. Di sebelah kanan ada pemuda yang sayang sekali, sepertinya memiliki sifat hampir sama dengan Nanami, dan di sebelah kiri ada pemuda yang cukup menarik perhatiannya.

Bagaimana tidak?

Pemuda itu sepertinya memakai perban di hampir seluruh badannya. Selain itu, firasatnya mengatakan bahwa pemuda itu licik dan cukup berbahaya. Daripada seorang detektif, aura pemuda itu malah terlihat seperti kriminal besar, semacam pembunuh bayaran atau anggota mafia.

“Namaku Fukuzawa Yukichi, direktur Agensi Detektif Bersenjata. Aku telah mendengar tentang maksud kedatanganmu sebelumnya. Di belakangku adalah Kunikida Doppo dan Dazai Osamu, kebetulan mereka sedang menyelidiki kasus, kamu bisa bergabung dengan mereka berdua. Setelah menyelesaikan kasus, aku akan mendengarkan penilaian mereka tentang kinerjamu lalu memutuskan untuk menerima atau menolakmu. Semoga berhasil.”





Dan begitulah alasan Gojo sekarang mengikuti kedua pemuda di hadapannya. Mereka sedang menyelidiki kasus tentang ‘harimau pemakan manusia’ dan menuju tempat terakhir harimau itu dilaporkan terlihat.

Di perjalanan mereka berdua memperkenalkan diri, yang seperti dugaannya, mereka berdua baru berusia dua puluh dua tahun. Kunikida juga menanyainya beberapa hal, yang sebagian besar ia jawab dengan kebohongan. Untung saja Dazai terlihat senang sekali mengganggu Kunikida sehingga sebagian besar perjalanan, fokus Kunikida selalu  pada Dazai.

Setelah mereka bertiga sampai di tujuan, Kunikida mulai bekerja dengan menanyai beberapa orang yang dekat dengan tempat kejadian, dan dengan senang hati Gojo membantunya. Gojo yakin jika ia ingin diterima, ia sebaiknya terlihat bagus di depan Kunikida. Pemuda kacamata itu lebih mudah dibohongi daripada Dazai.

“DAZAI!!!”

Di saat ia sedang fokus bekerja, Kunikida tiba-tiba berteriak kesal memanggil nama Dazai. Saat itulah Gojo sadar Dazai telah menghilang, meninggalkan Kunikida yang mengomel tentang jadwalnya yang kacau dan Gojo yang terpana dengan apa yang terjadi. Gojo tidak menyadari kapan Dazai pergi.

“Dasar maniak bunuh diri sialan. Dia pasti sedang menenggelamkan dirinya di sungai. Ayo cari dia dulu, Gojo-san.” Dengan kesal Kunikida mengajaknya menelusuri sungai untuk mencari Dazai.

“Dazai benar-benar sesuatu ya, Kunikida-kun.” Tertawa kecil, Gojo berkomentar.

“Aku akui meskipun tingkahnya aneh dan menyebalkan, Dazai adalah detektif yang hebat seperti Ranpo-san, salah satu anggota agensi juga. Ia mampu menyelesaikan kasus dengan mudah.” Kunikida sekarang lebih tenang.

“Aku harap kau nyaman dan selalu bekerja keras di agensi nanti, Gojo-san.” Lanjutnya lagi dengan serius.

Tersenyum, Gojo membalas, “Tentu saja, Kunikida-kun. Itu pun jika aku berhasil diterima bekerja.”





Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, mereka sampai di tempat kejadian siang hari dan kini matahari hampir tenggelam di cakrawala. Gojo harap mereka berdua dapat menemukan Dazai sebelum hari semakin gelap, ia lapar.

“Hari semakin gelap, Gojo-san. Apa kau bisa melihat dengan jelas saat kau masih memakai kacamata hitam?” Pertanyaan bagus. Alasan apa yang harus ia gunakan?

Ngomong-ngomong, pakaian yang sekarang ia pakai bukanlah seragam jujutsu miliknya, ia juga tidak memakai kain untuk menutup matanya. Pakaian yang sekarang Gojo gunakan merupakan salah satu pemberian Ango. Ia memakai jas, dasi, celana biru tua, sepatu hitam dengan kemeja polos biru terang dan kacamata hitam permintaan khusus dirinya pada Ango. Setelan formal yang harus ia pakai serapi mungkin untuk memberikan kesan yang baik.

“Mataku agak istimewa. Aku masih bisa melihat dengan jelas meskipun mataku tertutup kain. Justru jika aku tidak memakai penghalang apapun, kepalaku selalu pusing. Aku juga tidak tahu kenapa itu bisa terjadi, padahal dokter bilang mataku normal-normal saja.” Mengangkat bahu, Gojo menjawab sesantai mungkin.

“Mungkin matamu ada hubungannya dengan kemampuan milikmu, Gojo-san.”

Kunikida terlihat percaya dengan apa yang ia katakan. Gojo sedikit heran kenapa pemuda kacamata itu bisa menjadi detektif dengan karakternya yang mudah percaya pada orang lain. Pemuda kacamata itu bahkan selalu percaya pada bualan-bualan Dazai.

Ah! Itu dia Dazai-kun.” Tunjuknya ketika ia melihat Dazai di seberang sungai dengan bocah laki-laki berambut abu muda yang terlihat menyedihkan.

Melihat arah yang ditunjuknya, Kunikida bergegas mendekati bantaran sungai yang sejajar dengan Dazai di seberang, sedangkan Gojo mengikuti di belakangnya dengan santai.

Kunikida lantas berteriak.

“DI SANA RUPANYA KAU SIALAN!!!”

“KUNIKIDA-KUN! GOJO-SAN! TERIMA KASIH ATAS KERJA KERASNYA!”

Gojo tertawa kecil melihat Dazai yang melambaikan tangannya tanpa rasa bersalah, yang tentu membuat Kunikida kesal.

“APANYA YANG TERIMA KASIH, HAH? KARENA KAU PEKERJAANKU TAMBAH BERAT DAN JADWALKU MENJADI KACAU! DASAR MANIAK BUNUH DIRI SIALAN!! OI, DENGARKAN AKU!!!”

Dazai mengabaikan Kunikida dan malah sibuk berbicara dengan bocah yang bersamanya. Tiba-tiba Dazai tertawa keras dan mengatakan sesuatu tentang bocah sekarat yang hanya ingin makan chazuke. Lalu Dazai mengeraskan suaranya, mengatakan sesuatu yang kembali memancing kekesalan Kunikida.

“BAIKLAH. KUNIKIDA-KUN AKAN MENTRAKTIRMU TIGA PULUH MANGKUK CHAZUKE!!”

“JANGAN GUNAKAN UANGKU SEPERTI PUNYAMU SAJA, DAZAI!!!”

Gojo berusaha keras untuk tidak tertawa, ia tidak ingin membuat Kunikida kesal padanya, setidaknya untuk sekarang. Ia mengerti perasaan Dazai karena menggoda orang seperti Kunikida ataupun Nanami memang sangat menyenangkan.













Source : Wikipedia

Haori adalah jaket tradisional Jepang sepanjang pinggul atau paha yang dikenakan di atas kimono.

Kimono adalah pakaian tradisional Jepang.

Yukata adalah jenis kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis.

Ochazuke atau chazuke adalah nama makanan Jepang atau cara makan berupa nasi putih dengan lauk sekadarnya yang dituangi air teh hijau, dashi atau air panas.

Another World ~ Gojo Satoru X BSDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang