Di sebuah kota yang terletak di kerajaan Silvael. Di sebuah bangunan kafe yang bertingkat dua, yang mana tingkat kedua itu merupakan sebuah rumah pribadi. Disana, seorang gadis kecil tengah membaca buku mengenai teori sihir. Gadis itu memiliki warna rambut blonde yang kontras yang berpadu dengan irys mata miliknya yang berwarna biru langit. Gadis itu bernama, Veisalyn Listafern, anak dari mendiang Erena.
Ia sudah berumur 6 tahun sekarang.Setelah konflik internal antara Erena dan Luke serta kekaisaran, Luke memilih untuk meninggalkan kekaisaran Nouveren dan melarikan diri bersama anak titipan dari Erena itu untuk menepati sebuah janji. Luke pergi sampai jauh ke negeri di benua center, Eldoria, negeri itu bernama Silvael.
Luke memutuskan untuk mengganti identitasnya dan memulai sebuah hidup baru yang damai. Sekarang, nama Luke bukanlah Luke Kehette melainkan, Norl Adarlen. Untuk Veisalyn sendiri nama nya tidak berubah, ia hanya mengikuti marga Adarlen milik marga baru nya Luke, menjadi Veisalyn Adarlen.
Luke memulai sebuah bisnis kafe kecil di kota Luteal, salah satu dari kota besar di kerajaan Silvael. Kota yang memiki suasana ala eropa abad pertengahan yang modis. Meskipun pada awalnya tidak terbiasa dengan bisnis itu, tapi lama-lama Luke akhirnya mulai menyukai profesi baru nya sebagai seorang barista. Ia juga menyukai hidup nya yang damai kini.
Di dalam kafe yang terlihat minimalis dan estetik itu, Luke tengah membuat kopi untuk salah satu pelanggan nya. Yaitu nyonya marlin.
"Silahkan dinikmati."
Lalu, seorang gadis kecil yang berpakaian tomboy turun dari tangga.
Ia adalah Veisalyn.
"Luke, ini sudah saatnya aku berlatih sihir.", tagih gadis kecil itu.
"Tidak kah kau lihat kalau aku sedang melayani pelanggan?"
"Aku tidak peduli."
Luke sabar.
Bocah ini makin lama sifatnya makin keliatan mirip seperti Erena.Geramnya.
"Pergilah bermain dengan seseorang, aku sibuk.", ucap Luke.
Veisalyn mendecik kesal dan pergi ke pintu belakang sembari mengumpat.
"Pak tua bajingan."
"Hah? Anak itu barusan ngomong bajingan? Aku tidak salah dengar? Bocah itu?" Dengar Luke merasa samar pada umpatan kecilnya.
"Belajar dari mana dia?!"
Lalu di sebuah jalanan di kota yang penuh dengan penduduk. Veisalyn terlihat memesan sesuatu dari toko makanan jalanan.
"Vei kecil, tidak baik loh jika makan Daging Orc terlalu banyak.", ucap pedagang.
"Nanti dadamu bakalan besar dini.", tambah nya.
"Apakah benar begitu paman?"
"Iyah! Anak kecil seharusnya jangan terlalu banyak memakan daging orc seperti ini aduh. Apa orang tua Vei tidak mengatakan apapun?"
Laki-laki itu mana mungkin peduli cih. Veisalyn merasa jengkel.
Veisalyn kemudian mengelus dadanya sendiri.
Afa iyah??
Dan ia menyadari sesuatu.
"Astaga ini tidak rata!" Veisalyn terkejut.
Mendengar itu, tuan pedagang langsung mengelap wajahnya.
"Itu wajar saja Vei kecil, karena kamu sendiri selalu memakan daging orc setiap hari... Bahkan 10 porsi dalam sehari! Jumlah itu sangat tidak normal!"
"Apa itu artinya jika aku makan terus menerus daging ini, dadaku akan sangat besar?", tanya Veisalyn dengan ngeri.
"Begitulah kira-kira.", Tuan pedagang mengangguk.
"Aku tidak mau itu terjadi! Tapi aku juga tidak mau berhenti makan daging orc." ucap Veisalyn yang sedih.
"Gimana kalau Vei kecil coba dulu untuk mengurangi porsi sehari nya.", ujar tuan pedagang.
"Akan kuusahakan...." Ucap Veisalyn dengan murung.
Setelah percakapan bersama tuan pedagang, Veisalyn berjalan menjauh dari keramaian kota dan sampai di sebuah lapangan rumput, tempat ia biasa berlatih mandiri.
"Baiklah, karena sudah kenyang ayo kita berlatih sihir!"
Veisalyn memulai pelatihan sihir dari sihir dasar terlebih dahulu yang pernah di ajarkan oleh Luke sebulan yang lalu.
Untuk mengontrol sihir, Veisalyn perlu pengendalian emosi di dalam dirinya, mengatur napasnya, detak jantung serta ketenangan pikiran.
Ke efektifan sihir tergantung pada seberapa kuat aspek-aspek tersebut, jika tidak seimbang maka daya dari sihir nya pun akan berkurang menjadi kurang efektif."Mari mulai dari sihir dasar... Teknik sihir mana, Magic Arrow!"
Veisalyn menembakan sebuah anak panah kecil yang muncul dari telunjuknya. Magic arrow itu berhasil ia tembakan dengan penuh kestabilan yang kemudian dapat mengenai targetnya, yaitu pohon di depan.
Hasilnya magic arrow milik gadis itu berhasil membuat pohon itu berlubang. Meskipun itu tidak dapat sampai menembusnya, tetapi hasil itu sudah sangat maksimal teruntuk Veisalyn yang masih berusia 6 tahun ini.
Bisa dibilang gadis itu sangat berbakat. Normalnya orang dapat merasakan sihir dimulai dari umur 8 tahun, lalu kemudian bisa merapalkan sihir seadanya di umur 10 tahun, dan bisa menembakan sihir di umur 13 tahun. Untuk ke stabilan sihir yang di rapalkan tergantung pada tingkat bakat seseorang, ada yang bisa membuat sihirnya stabil di usia remaja, orang dengan kemampuan itu bisa disebut dengan jenius dan bahkan ada yang baru bisa membuatnya stabil di usia tua.
Lalu bagaimana dengan Veisalyn sendiri? Ia bahkan telah melampaui standar dari bakat dan kejeniusan yang umum.
Gadis itu adalah tingkat spesial, melebihi segala bakat. Mungkin, itu juga di pengaruhi oleh kedewasaan jiwa nya, karena sejatinya Veisalyn adalah Takaya Hiura, anak yang direngkarnasikan tanpa melewati tahap daur ulang utuh.
Keberadaan Takaya dan Veisalyn telah menyatu menjadi satu jiwa yang sama. Meskipun dikatakan bahwa jiwa asli Veisalyn telah dimakan oleh perwujudan lain yang tertanam dalam tubuhnya, Veisalyn masih tetap Veisalyn selama itu adalah tubuh miliknya.
Jiwa dan raga saling terikat satu sama lain, karena pada dasarnya raga dari seseorang merupakan sebuah cerminan dari jiwa nya seseorang itu pula. Dengan kata lain, raga itu merupakan bagian lain dari sebuah jiwa.
Karena itulah, Takaya Hiura secara perlahan akan beradaptasi dengan secara alami dengan sendirinya dan menjadi seorang Veisalyn secara utuh mengikuti tubuh nya.Ia akan terdaur ulang dengan sendirinya secara perlahan-lahan.