14 - Perasaan Canggung

59 9 0
                                    

Akademi Althorn.

Usai momen tak terduga ketika Demian mendadak mencium bibirnya, Veisalyn segera melarikan diri karena masih dalam keadaan syok. Ia duduk di kantin, merenung tentang apa yang baru saja terjadi. Kemudian, di tengah ketidakpastian, ia melihat Lussi tengah makan sendirian.

"Lussi.", panggil Veisalyn dengan suara lembut.

Lussi langsung bersemangat saat mendengar suara Veisalyn, dan dengan gembira ia memanggilnya, "Oh! Veisalyn!"

Dengan langkah hati-hati, gadis berambut blonde kontras itu mendekati Lussi yang duduk sendirian.

"Veisalyn... Dimana yang lain?" tanya Lussi yang menyadari kalau hanya ada Veisalyn saat ini.

"Mereka memiliki urusan nya masing-masing.", jawab Veisalyn dengan ringan.

Mereka duduk bersebelahan.
Lussi melihat perubahan pada wajah Veisalyn, ia mencoba membaca ekspresinya. "Kamu kenapa Veisalyn?"

Tiba-tiba wajah Veisalyn yang tadinya pucat kini menjadi memerah.
"T-tidak... Bukan apa-apa." ujarnya sambil mencoba menyembunyikan rasa malu saat mengingat momen ciuman tiba-tiba dari Demian.

Namun, pandangan Veisalyn bergetar saat ia memikirkan alasan di balik tindakan mendadak Demian. Sepertinya sumber masalah ini terkait dengan novel "sesat" yang Demian baca.

Pasti karena novel sesat itu!

Veisalyn menjadi frustasi. Dengan geraman kecil, ia menyentuh bibirnya sendiri yang lembut itu. Dalam diam, gadis itu merenungkan kejadian yang menimpa nya. Netra matanya bergetar tak menyangka, menyesali kejadian tersebut.

Degupan jantungnya terasa lebih cepat, dan rona merah muda memenuhi wajahnya. Veisalyn merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ciuman di bibirnya adalah yang pertama kali terjadi dalam dua kehidupan nya. Dia merasa bingung, tak tahu apakah harus merasa senang atau sedih. Namun, ia adalah seorang anak-anak, dan tidak semestinya memikirkan hal seperti itu.

Lussi memanggil lagi, "Veisalyn."

Veisalyn tersentak dari lamunan nya.
"Ya?!" sahutnya dengan kaget.

"Lussi menggelengkan kepala dengan wajah frustasi, "Aku sudah bicara tadi, lho!"

"Maaf." ucap Veisalyn sambil tersenyum dengan canggung.

Lussi mengela napas, "Ngomong-ngomong Veisalyn, Bagaimana kalau kita mandi? Aku ingin melihat kecantikan kamu lebih jauh lagi!", Lussi bersemangat.

"Eh? Um, baiklah.", Veisalyn ragu - ragu, tidak tau harus bagaimana karena pikiran nya sedang berantakan, jadi ia setuju saja.

Kemudian, Veisalyn dan Lussi pergi bersama menuju pemandian, lalu di jalan, mereka bertemu dengan Lilith yang sedang bermain kejar-kejaran dengan teman nya.

Melihat Veisalyn, Lilith menyapanya.

"Halo Veisalyn!"

Lilith berasal dari kelas H, karena itu ia selalu tampak di sekitaran kelas nya.
Berhubungan kelas Lilith sudah berakhir, Veisalyn pun mengajaknya untuk mandi bersama.

"Kamu cantik sekali! Siapa namamu?" seperti biasa, Lussi selalu bersemangat dengan hal-hal yang cantik. Dia bertanya pada Lilith dengan semangat.

"Aku Lilith! Teman sekamar Veisalyn!", Lilith sama-sama berenergik.

"Wow! Aku justru baru tau!" Lussi yang tidak menyangkanya.

"Teman Veisalyn, maka temanku juga!" Seru Lilith dengan antusias.

"Benar! Teman Veisalyn maka temanku juga!" Lussi menangguk setuju dan bangga.

Dan mereka pun salaman antar teman.

"" Kita teman! "" Ucap keduanya yang berbinar-binar.

Veisalyn menatap datar percakapan penuh kehangatan dan energik ini. Aura mereka benar-benar mirip. Rasanya seperti melihat dua saudari yang berenergik. Dengan perasaan yang kini campur aduk, Veisalyn pun jalan mendahului mereka berdua menuju fasilitas pemandian lebih dulu.
Ia membuka pakaian nya dan memasangkan sehelai handuk.
Veisalyn menenggelamkan dirinya dalam air panas dan pikiran nya pun ikut berkecamuk. Tapi itu dapat dinetralisir berkat air panas yang mujarab.

Ingin nya Veisalyn merasakan ketenangan yang damai. Namun tampaknya mengajak Lussi dan Lilith adalah sebuah kesalahan. Mereka berdua benar-benar menikmati onsen dengan energik yang membara. Mereka saling beradu percikan air, berlari-lari, dan tertawa.

"Ugh... Benar-benar berisik," gumam Veisalyn dengan sedih sambil tenggelam dalam air untuk mencari ketenangan.

Akhir dari Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang