Di ruang perawatan khusus. Veisalyn terlihat terbaring di ranjang dengan balutan perban yang memenuhi tubuhnya. Gadis itu belum sadarkan diri setelah 8 jam berlalu. Di sisi nya, Luke terlihat menggenggam tangan mungil milik Veisalyn dengan perasaan cemas.
"Aku sama sekali tidak menyangka ini akan terjadi, Vei."
Begitu banyak momen damai dan penuh kehangatan bersama Veisalyn membuat Luke tidak pernah menyangka bahwa gadis itu akan terluka begitu parah sampai membuatnya tidak sadarkan diri seperti ini.
"ini salahku." Luke merasa sangat bersalah dan terpukul.
Ia merasa sangat lalai dalam menjaga Veisalyn yang merupakan tanggung jawabnya.
"Luke." lirih Vei.
Panggilan itu menyadarkan nya dari keterpurukan. Luke langsung mengadah dengan senang dan memperlihatkan wajah penuh kasih sayangnya.
Gadis yang sebelumnya terbaring kaku, kini telah kembali dengan jiwa nya yang manis.
"Akhirnya kau bangun juga, dasar bocah bodoh.", sambut Luke dengan tersenyum lega.
Veisalyn terlihat menyiratkan senyuman nya. Mendehem.
"Kau tidak melakukan apapun kan? Seperti balas dendam?", bukan mengkhawatirkan kondisinya sendiri, ia malah bertanya pada Luke tentang itu.
Luke pun tersenyum dingin dengan hawa gelap yang bersemayam.
"Aku tidak akan membunuhnya." begitulah jawaban nya, meskipun terdengar mencurigakan.
"Setidaknya aku akan membuatnya membayar atas perbuatan nya padamu Vei.", tambah Luke yang jelas memiliki niat tersembunyi.
"Ya-yah, apapun itu terserah, a-asalkan tidak membunuhnya.", Veisalyn setuju saja dengan itu.
"Tentu saja."
Kau tau Vei, di beberapa momen tertentu, terkadang, kematian adalah sebuah berkah
Veisalyn terpaksa untuk tidak hadir di kelas karena kondisinya yang belum pulih. Dari hasil tes nya, ia sudah dipastikan lulus dengan nilai terbaik. Namun gara-gara kejahilan kecil yang dilakukan oleh Zoan, Veisalyn mengalami luka yang cukup serius pada jantung nya. Itu akan membutuhkan waktu yang lama untuknya pulih.
"Sungguh hari pertama yang buruk." Kesan Veisalyn untuk hari itu.
Veisalyn memendam wajahnya dalam selimut.
Gara-gara Veisalyn yang sedang sakit pun, Luke tidak jadi untuk pulang dan memutuskan untuk menemani Veisalyn sampai ia sembuh total. Dia benar-benar sangat mengkhawatirkan gadis itu. Meskipun cara pembawaan nya selalu membuat Veisalyn menjadi kesal. Namun begitulah karakter seorang Luke.
Di ruangan pasien, Veisalyn terlihat kebosanan. Entah sudah berapa lama ia terbaring di ranjang itu.
Dan tak lama kemudian, Luke datang ke kamar nya dengan membawa sesuatu.
"Uwah! Daging orc?!", Veisalyn berbinar-binar melihat wujud dari daging yang merupakan makanan terfavoritnya.
Luke membawa satu tusuk sate daging orc, khusus untuk hari ini. Lalu ia juga membeli beberapa camilan lain, seperti kripik potato, Kue Krim, dan Wagyu instan, tidak lupa bersama minuman nya, Cappucino dan juga susu.
"Luke kau sungguh membawa ini semua?", Veisalyn terlihat tidak percaya.
"Pakai nanya."
"Bolehlah aku memakan ini semua sekarang?? ", Veisalyn terlihat tidak sabar.
"Kau ingin menelan semua nya sekaligus?"
"ya enggaklah!"
Veisalyn pun makan dengan lahap semua cemilan yang dibawa oleh Luke. Dia tidak menyisakan satu pun, bahkan untuk Luke.