Veisalyn melangkah dengan langkah yang penuh semangat, seraya mendekati Demian dan yang lainnya. Setiap langkah kecilnya terasa bersemangat, sementara senyumnya memancarkan kecantikan yang tak terbendung.
Demian, yang telah lama menantikan kehadirannya, merasa hatinya berdebar-debar saat melihat Veisalyn dari dekat. Matanya selalu tertuju padanya, penuh dengan kekaguman yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang.
"Demian, bagaimana kabarmu?" tanya Veisalyn dengan suara lembut, sementara bibirnya hampir menyentuh wajahnya. Matanya yang biru menatap Demian, sebelum sekilas memalingkan pandangan ke arah lain, meninggalkan jejak rona merah muda di wajahnya.
"Wow, Veisalyn! Kamu terlihat luar biasa cantik!" seru Lussi dengan antusias, ekspresinya penuh kegembiraan dan kagum. "Gwah! Dadamu sebesar ini, Veisalyn?!" tambahnya dengan ceroboh.
"Itu tidak pantas, Lussi! Jangan berkata seperti itu di tempat umum!" tegur Veisalyn dengan tegas.
Demian terdiam, menyaksikan interaksi hangat antara Veisalyn dan Lussi, sementara hatinya berdegup kencang.
"Lagi-lagi..." lirih Demian, masih merona.
Di samping Demian, Lilith memperhatikan dengan bijaksana, tersenyum kecil menanggapi situasi.
"Veisalyn," panggil Lilith, menarik perhatian mereka. "Bagaimana kalau kita makan kue?" tawarnya, menunjuk meja yang dipenuhi dengan kue lezat, membuat Lussi bersemangat.
"Ayo!" seru mereka, bergegas menuju meja kue. Namun, Demian memilih pergi ke balkon.
"Oh, lihat siapa yang datang?" sambut Ketua Kelas, Han, dengan gembira, sementara Melisa mengunyah kue di sampingnya.
"Halo, apa kabar?" sapa Melisa dengan mulut penuh, membuat Veisalyn sedikit geram.
"Melisa, telan dulu makananmu," titah Veisalyn dengan tajam, membuat Melisa menelan makanannya dan menjadi lebih bersemangat. "Ngomong-ngomong, Veisalyn... Apa kamu tahu? Kamu terlihat seperti peri di dalam novel, loh!" seru Melisa dengan tiba-tiba, membuat Veisalyn sedikit terkejut, namun akhirnya tersenyum ringan.
Veisalyn melihat sekelilingnya, mencari orang-orang yang tidak dikenalnya selain teman-temannya yang berkumpul di meja kue.
"Dimana yang lain?" tanya Veisalyn pada Han.
"Mereka sedang membantu Bu Melinda mengangkut barang ke ruangan lain," jawab Han singkat.
"Kenapa kau tidak membantu? Bukankah kau ketua kelas?" goda Veisalyn, membuat Han tersenyum malas.
"Aku sudah terlalu lelah, aku ingin bersantai," ucap Han sambil memakan kue dengan santainya.
"Dasar kamu..." cela Veisalyn sambil tersenyum.
"Ngomong - ngomong kemana perginya Demian? "
Veisalyn menyadari bahwa Demian sudah tidak ada dibelakang mereka.
"Aku melihat dia pergi ke balkon barusan.", ucap Lilith.
"Oh.."
[Sudut Pandang Demian]
Di balkon Mansion.
Aku melihat pemandangan kota Haelin di atas sini. Pencahayaan nya terlihat sangat memukau di malam hari.
Haelin adalah kota yang ramah karena menjadi salah satu kota pusat pendidikan. Disini, aku tidak dapat menemukan hal-hal yang berbau prostitusi yang menjadi masif di kota-kota yang pernah aku kunjungi.
Ini kota yang indah.
Namun, dalam waktu dekat, aku akan meninggalkan kota untuk pendidikan lebih lanjut. Sekolah menengah atas, umumnya di ikuti saat anak-anak menginjak usia 15 tahun dan berlangsungsung sampai 5 tahun.