7 - Perkenalan

82 11 5
                                    

Di ruang kelas, yaitu kelas 1, para siswi dan siswa pagi ini cukup ribut dan berisik. Tingkah mereka seperti anak-anak pada umum nya. Itu wajar karena mereka memang masih anak-anak.

Kelas 1-J di ajar oleh bu guru yang bernama Melinda, ia wanita muda yang cantik berumur 21 tahun, dan penyihir bertingkat Arcanum Initius. Bu Melinda bukanlah kalangan bangsawan, jadi ia cukup ramah pada anak-anak yang merupakan anak dari kalangan biasa juga.

Di kelas J tahun pertama, ada total 23 murid, yang kebanyakan merupakan anak dari kalangan biasa. Hanya ada beberapa anak dari bangsawan disini.

Ketika bel telah berbunyi, anak-anak langsung duduk ke bangku nya masing-masing.

Tak selang beberapa lama, ibu Melinda pun datang dengan membawa sebuah buku teori sihir ke kelas.

"Baiklah anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru.", ucap Bu Melinda.

Semua anak-anak mulai tertuju perhatian nya pada Melinda, mereka jelas-jelas sangat tertarik dengan apa yang dikabarkan oleh guru mereka.

Lalu seseorang yang merupakan ketua kelas mengacung dan bertanya.

" Bu, apakah dia bangsawan?", tanyanya.

" Bukan, Han."

Dengan jawaban itu, ketua kelas pun mengangguk puas.

"Bu!"

"Ya Fean?", tunjuk Melinda pada siswa yang memanggil.

"Dengan siapa dia akan duduk?", tanyanya.

"Akan ibu kondisikan nanti.", jawab Melinda.

Umumnya, para murid duduk berdua dalam satu bangku. Itu juga berlaku untuk kelas J ini.

"Baiklah, Veisalyn ayo kemari."

Dan di balik pintu itu, gadis kecil yang imut itu muncul. Ia memiliki rambut blonde yang kontras serta mata yang biru seperti langit. Ia juga memiliki bulu mata lentik, dan tahi lalat di bawah matanya yang menandakan pesona nya. Gadis itu memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dari anak-anak pada umum nya, dan memiliki dada yang lebih berisi di umurnya yang masih 6 tahun. Tidak lain dan tidak bukan, ia adalah Veisalyn.

"Ha-halo semua..." Sapa nya pada semua orang.

Tidak seperti harapan Veisalyn, kelas ini sangat sepi, bahkan respon mereka terbilang sangat biasa dan datar.

Aku tidak perlu gugup... Mereka hanyalah bocil berusia 6 tahun!
Yakin nya.

"Nah Veisalyn, ayo perkenalkan dirimu.", ucap guru dengan senyuman manis.

"Baik.", angguk Veisalyn.

"Eto, halo semuanya namaku Veisalyn adarlen, aku seumuran dengan kalian, jadi, salam kenal dan mohon bantuannya.", Veisalyn sedikit menundukan kepalanya.

"""Salam kenal""" respon anak-anak.

"Nah, anak-anak, silahkan kalian bertanya pada Veisalyn mengenai apapun.", Ucap Ibu Melinda.

Anak-anak langsung menatap satu sama lain, kelihatan nya mereka tidak mengerti dan bingung.

Lalu ketua kelas pun memecahnya, ia mengajukan pertanyaan.

"A-aku Han, aku ingin bertanya."

Veisalyn, "hm?"

"Apa kamu seorang bangsawan?" tanya Han.

Dan Veisalyn langsung menjawab.

"Bukan."

Han pun menjadi puas dan senang dengan jawaban Veisalyn.

Kenapa dia sesenang itu?

Itu karena Han tidak menyukai bangsawan. Perasaan itu disebabkan karena keluarga Han memiliki hubungan yang kurang baik ke mereka. Begitulah.

Setelah Han, seorang gadis mengajukan pertanyaan. Ia adalah Lussi, gadis kecil yang menyukai kecantikan. Lussi terpukau saat melihat rupa dari Veisalyn.

"Bagaimana caranya agar kulitku seputih milikmu?", tanya Lussi dengan mata berbinar-binar.

Veisalyn mengangkat bahu.

"Aku tidak tau. Ini sudah begini dari dulu." jawaban nya dengan sedikit nada suara yang terdengar bangga.

"Begitu ya! La-lalu bagaimana dengan Rambut dan mata mu yang indah itu??"

Anak itu benar-benar mengerti nilai dari keindahan Veisalyn, padahal usia nya baru 6 tahun.

"Ini juga bawaan dari lahir.", jawab Veisalyn yang terdengar percaya diri.

"Begitu ya! Terima kasih sudah menjawab.. Da-dan namaku Lussi!"

"Salam kenal, Lussi." balas Veisalyn dengan senyuman.

"Salam kenal!"

Lussi pun duduk dengan perasaan puas karena rasa penasaran nya telah terjawab.

Dan tampaknya setelah Lussi, tidak ada lagi pertanyaan yang ditujukan untuk Veisalyn.

"Kalau begitu, ibu akan bertanya pada Veisalyn." ucap bu Melinda.

"Apa Veisalyn memiliki cita-cita?", tanya bu Melinda.

Veisalyn mengangguk.

"Saya ingin bisa merapalkan berbagai variasi dan jenis sihir bu!", jawab Veisalyn dengan penuh semangat.

"Wow cita-cita yang sungguh hebat, ibu yakin suatu saat nanti itu akan terwujud.", Ibu Melinda tersenyum mengusap atas rambut Veisalyn dengan lembut.

"Baiklah kalau gitu, Veisalyn duduk di bangku yang kosong ya... Disana." tunjuk bu Melinda pada satu bangku kosong, di sebelahnya terdapat seorang anak kecil yang duduk sendirian.

Veisalyn pun pergi kesana dan duduk di sebelah anak itu. Veisalyn melirik. Anak itu terlihat abai, dia hanya diam sembari menutup muka nya ke meja.

Seperti ini tipe anak pendiam ya... Batin Veisalyn.

Pada dasarnya Veisalyn juga anak yang pendiam, apa yang terjadi jika pendiam dan pendiam berada dalam satu bangku yang sama? Terutama saat mereka masih tidak mengenali satu sama lain. Tentu saja akan terjadi sebuah kecanggungan yang sesak.
Tetapi berkat pengalaman di kehidupan nya yang telah lalu, Veisalyn bisa berani untuk mengajak bicara lebih dulu.

"Halo..." Veisalyn mencoba menyapanya.

Lelaki pendiam di sisi nya merespon dengan mata yang dingin.

"Apa?" tanggapnya.

"Siapa namamu?" tanya Veisalyn dengan pelan.

"Demian."

"Sa-salam kenal Demian... Aku Veisalyn."

Demian, "..."

Dan Demian pun kembali menutup mukanya ke meja lagi.

Di-dingin nya...

"Baiklah anak-anak. Karena Veisalyn baru bergabung dengan kita, maka kita akan mengulangi materi yang kita pelajari kemarin agar Veisalyn juga bisa tahu, oke?" ucap bu Melinda dengan keras.

"""Ya, bu... """ respon anak-anak.

Maka, dimulai lah kisah Veisalyn di akademi dasar selama 6 tahun ke depan!

Akhir dari Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang