Setelah pembalajaran mengenai teori sihir selesai pada pukul 13.00, para siswa pun melanjutkan pembelajaran secara mandiri. Sebenarnya mereka bebas melakukan apapun setelah waktu pembelajaran habis, bisa kembali ke asrama, atau juga bermain, tapi untuk satu hal, mereka tidak bisa pulang ke rumah mereka masing-masing, itu dilarang. Bahkan keluar dari area akademi saja akan dikenakan sanksi yang berat dan terancam dikeluarkan.Veisalyn dan anggota kelompoknya berkumpul di area kantin, mengelilingi meja kayu yang besar. Matahari tengah bersinar cerah di atas kepala mereka saat mereka duduk, bersiap untuk diskusi.
Dalam momen yang penuh canggung, Veisalyn memutuskan untuk mencari saran dari teman-temannya.
"Apa kalian punya usulan untuk nama kelompok kita?" ucap Veisalyn yang berusaha memecah Keheningan.
Namun, respons dari kelompoknya hanya hening. Mereka semua tampak ragu untuk memberikan pendapat mereka. Dengan usaha membangun suasana yang lebih santai, Veisalyn mencoba lagi, "Kalau begitu, bagaimana jika kita namai kelompok ini 'Goblin'?"
Namun, sekali lagi, tidak ada jawaban yang muncul. Hanya hening yang memenuhi ruangan. Kepala Veisalyn langsung terasa berkeringat karena canggungnya situasi.
"Uh... mungkin tidak," gumam Veisalyn pada dirinya sendiri, merasa canggung dengan saran yang dia berikan.
Namun, suara lain akhirnya terdengar, memecah keheningan yang terus berlanjut. "Um, anu..."
Sahut seseorang dengan suara perlahan, membuat Veisalyn terkejut. Orang itu adalah Melisa, si gadis kutubuku.
"Ya, Melisa??", Veisalyn berbinar-binar senang.
"A-aku penasaran.... Da-darimana kamu kepikiran untuk menamai kelompok ini dengan nama goblin...", ucap Melisa agak gagap.
Tapi berkat Melisa, Lussi pun terangsang untuk memberikan pendapat.
"Benar! Aneh sekali namanya tau, goblin kan tidak cantik!", ucap Lussi.
Sementara itu, Demian tetap dengan ekspresi wajah yang tak berubah. Tatapannya datar dan seolah-olah dia malas terlibat dalam percakapan ini, sepertinya mempertahankan sikap dinginnya yang khas. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Ya-yah itu...", Veisalyn berpikir.
Aku sama sekali tidak memikirkan apapun!
Siapa yang mengira mereka akan bertanya alasan ku memakai goblin sebagai nama!Tunggu, aku tau!
Veisalyn menemukan titik terang. Ia pun menjelaskan mengapa ia memilih nama Goblin sebagai nama kelompok dengan penjelasan yang baru saja muncul dalam beberapa detik di kepalanya.
"Goblin itu kan mahkluk yang berkelompok, kuat dan gigih, mereka memiliki ikatan kuat pada sesama nya... Mereka mirip dengan kita tau.", Jelas Veisalyn.
Mirip apanya, heh.
" Ja-jadi begitu! " Melisa merasa puas.
"Itu bagus tapi aku tetap tidak suka, soalnya goblin itu monster yang tidak cantik.", Lussi menyangkal.
Bocah ini!
Sabar.
Mendapati situasi yang terasa semakin sulit, Veisalyn berpikir keras. "Hmm, baiklah. Bagaimana kalau kita cari nama yang lain?" gumamnya dalam hati.
"Kalau begitu Lussi, apa kamu ingin menambahkan?"
"eh? Ya... Itu." (grogi)
Dan gadis itu pun kebingungan. Veisalyn mengela napas, ia pun mencoba mengatasi kebuntuan dengan menanyai Lussi.