Bertemu kamu adalah bagian dari takdirku.
lalu perlahan kukenal sosokmu,
membawaku pada ruang sendu hidupmu.
...---...---...---
flashback tiga tahun silam
Adnan merasa bosan melakukan kegiatan yang tak ada ubahnya tiap hari, sebab sehabis pulang sekolah, ia harus les matematika, fisika, dan kimia. Kegiatan terus berulang, sampai ia mengeluh tak berujung. Lantas tercetuslah hasrat untuk bolos dari les, ia bersembunyi dari jemputannya_Pak Rahmat, sopirnya yang bisa antar jemput dirinya.Ia berjalan dari sekolah tanpa tujuan pasti, langkahnya melaju entah berakhir pada tempat apa nantinya, pokoknya ia harus menjauh dari rutinitas melelahkan. Otaknya bisa pecah kalau dipaksa belajar terus.
Tetapi seolah berjalan tanpa peta, Adnan tersesat, belum lagi ia memang tak tahu jalanan Jakarta meski sudah lama tinggal di kota metropolitan ini. Sampai Adnan harus bertemu dengan sekumpulan pemuda jalanan dengan perawakan berantakan, baju compang-camping, dan kulit wajahnya yang dekil. Mereka melangkah ke arah Adnan dengan tatapan wajah buas ingin memangsanya. Adnan pun dibawa ke sudut diantara gedung-gedung toko.
"woii!! anak orang kaya, lo pasti banyak uang kan? kasih kita uang lo," serang seorang pemuda dengan rambut acak-acakan seperti sapu ijuk.
"ga-ga ada bang," kilah Adnan.
"ga usah boong lo bangsat, anak orang kaya kayak lo ga mungkin ga ada uang. tas lo aja mahal, sepatu, jam tangan lo juga," sergahnya, wajahnya begitu menyeramkan, menampilkan sorot mata tajam mendominasi.
Adnan menelan ludah, ia tahu kalau terus berbohong, bisa-bisa mereka akan menghajarnya.
gimana ini? bukan ini yang gue mau dari pelarian gue.
"Kalian kenapa diam aja? rogoh aja langsung saku bajunya, ambil juga tasnya," pekik seorang pemuda yang duduk di pinggir, cuma memperhatikan, nampaknya ketua komplotan pemuda itu.
Tak banyak basa-basi, mereka merampas tas milih Adnan, pemuda lain merengkuh Adnan dan mencoba merogoh saku baju dan celananya.
"jangan bang!!!" teriak Adnan, sambil terus menggeliat melepaskan rengkuhan mereka. Justru kepala Adnan dipukul oleh tangan mereka yang sekeras kayu, membuatnya mendadak pusing, pemandangan jadi bayang-bayang di mata Adnan. Ia tidak bisa berkutik sama sekali, setetes darah keluar dari hidung Adnan.
Ditengah dilucuti oleh para pemuda jalanan itu, tiba-tiba suara sirine polisi terdengar nyaring, Pemuda-pemuda itu pun lari tunggang-langgang meninggalkan Adnan masuk ke belakang bagian toko lalu lompat dari pagar ke tempat lebih dalam hingga mereka hilang di rumah kosong, niat mereka merampas barang Adnan pun jadi tak dilampiaskan. Adnan selamat, ia menghela nafas panjang, meraih tasnya dengan cepat dan berlari menuju keramaian, namun tapaknya terhenti, saat seorang gadis muncul di hadapannya.
"kamu siapa? mau nyopet ya?" tanya Adnan kebingungan.
Gadis di depannya mendecak, "aku yang ngidupin suara sirine tadi, pake ini," tunjuk gadis itu pda toak ditangannya. Entah dari mana ia mendapatnya, yang penting berkat pengeras suara itu, ia bisa terselamatkan.
"jadi itu kamu yang bunyiin?"
"jangan bilang kamu berfikir itu beneran dari polisi?"
"ya jelas, bukannya preman tadi pada lari."
"iya jugasih, tapi kamu baik-baik aja kan?"
Adnan mengangguk, "untungnya engga, cuma dikit sih, karena sempat dipukul tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Kisah [END]
Roman d'amourKehilangan adalah teman dekatnya, melekat layaknya mantra yang telah menyihir jalan hidupnya. Sebab Areta, gadis yang tumbuh besar di panti asuhan, telah tiga kali menerima garis takdir kehilangan orang yang dicintainya: orang tuanya yang meninggal...