Chapter 23

58 18 14
                                    

Selalu ada jalan terjal menghadang, pula jurang yang curam. Tiap kali sehabis meneguk secangkir bahagia, rasanya berubah pahit lalu hambar, seakan manisnya dunia tak ingin kunikmati, meski sekejap.

...---...---...

--------------

¤¤Jangan lupa untuk ngasih vote setelah baca ya guys. karena vote tandanya sebagai bentuk penghargaan pada kerja keras penulis. Apalagi vote gratis. makasih. Happy reading ¤¤

----------------------------------------------

Adnan sudah empat hari melakukan perjalanan bisnis ke China, sehingga harus terpisah sementara dari Areta. Meski tetap berkabar lewat handphone, namun tetap saja, Areta merindukan kekasihnya itu.

"muka ditekuk aja, kenapa? udah 4 hari ga ketemu pacar, pasti kangen kan?" goda Rani sembari berbisik, Areta tak menjawab, ia melempar lirikan tajam pada Rani. Sedang Rani cuma nyegir, mengangkat kedua jari telunjuk dan tengannya, membentuk huruf V.

Sementara itu, Merry ikut gabung di halte bus, menunggu angkutan pulang Areta dan Rani.

"yang satu mukanya masam, satunya lagi sumbringah banget. Lo kenapa lagi Mer, seneng banget kayaknya?"

"iyadong, soalnya aku dijemput sama cowok aku, ni dia lagi dijalan, bentar lagi nyampe."

"cowok? yang berondong itu?" tanya Rani, Merry cepat mengangguk.

"yaelah masih aja sama tuh berondong, emang apa sih enaknya pacaran sama lebih muda?"

"yeee biarin, daripada sama om-om. Lagian ga penting umurnya, pacar gue ini, lebih dewasa dari yang terlihat, apalagi cakep, buat gue betah mandangin mukanya lama-lama."

Rani bergidik, mengerucutkan bibirnya, lalu berucap pelan, "cih...padahal sering diporotin sama pacarnya."

"tuh dia pacar gue udah datang," Merry berseru menunjuk kedatangan sepeda motor yang melaju mendekati mereka. Pacarnya berhenti tepat di depan mereka, ia membuka helm yang menutupi wajahnya sambil turun dari motornya dan menyapa Merry.

"Chandra?!" panggil Areta, matanya terbelalak tak percaya.Chandra, Merry, dan Rani serempak menoleh ke arah Areta.

"kamu kenal Chandra Ar?" tanya Merry, Areta mengangguk kecil dengan cepat.

Chandra mendengus, "dia teman kerja kamu sayang?"

"hah? i-i-iya, kenapa Chan."

"aku harus bicara sama kamu Chan."

Rani paham harus membiarkan Areta berdua dengan Chandra, ia menarik Merry untuk menjauh, "yuk ikut gue, biarin mereka berdua."

"kemana sih? kenapa sih, mereka kok saling kenal?"

"udah nanti gue jelasin."

Ketika mereka benar-benar ditinggal berdua, Areta memulai perbincangan mereka, "kamu kemana aja sama mama dan Nadira selama ini Chan?"

"bukan urusan lo."

"sekarang kalian tinggal dimana Chan?"

"kenapa gue harus kasih tahu ke lo?"

"karena..." Kalimat Areta terhenti, sebab nafasnya yang tercekat.

"lo jalani hidup lo, kita juga ga akan peduli apapun tentang lo," Chandra beranjak meninggalkan Areta, menuju sepeda motornya.

"papa minggu depan akan keluar dari penjara Chan," baru beberapa langkah, pijak kaki Chandra terhenti oleh kalimat Areta barusan.

"setidaknya beritahu keberadaan kalian dimana, biar papa tahu dan bisa mengunjungi kalian. Jangan sampai ketika papa pulang tanpa melihat kalian Chan."

Akhir Sebuah Kisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang