Chapter 24

35 11 5
                                    

Dihadang pada dua pilihan, yang membawamu pergi.
Adakah tak serumit ini?
Memilihmu, justru melukaimu.

...---...---...
----------------

¤¤Jangan lupa untuk ngasih vote atau ⭐ setelah baca ya guys. karena vote tandanya sebagai bentuk penghargaan pada kerja keras penulis. Apalagi vote gratis. makasih. Happy reading ¤¤

----------------------------------------------

Sepanjang lorong menuju apartementnya, derak suara roda koper Adnan terdengar nyaring. Jalannya pendek, ia tenggelam pada pikirannya, mengingat lagi obrolan dengan Keenan. Hembus nafas berat ia keluarkan, sebelum menekan kode pada rombol otomatis di gagang pintu. Bunyi klik, pintu terbuka, Adnan melangkah ke dalam.

"kamu sudah pulang?" suara tak asing bagi Adnan, ada Areta berdiri menyambutnya. Alih-alih senang, Adnan justru terkejut, sebab harusnya ia tidak bertemu dulu dengan pacarnya itu. Isi kepalanya masih pusing harus mencari cara untuk hubungan mereka. Adnan belum siap bertemu dengan Areta, padahal sebelum kembali ke Indonesia, ia sudah begitu merindukannya, tapi Keenan berhasil menghilangkan moodnya.

Tarikan senyum sumbringah Areta seakan menyeru Adnan untuk cepat-cepat mengubah ekspresinya, lengkungan merekah ia hadiahkan di ujung bibirnya.

"saking kangennya kamu sampe datang kemari nungguin aku ya?" kelakar Adnan, coba menyembunyikan gundah di hatinya.

"tentu saja, habisnya kamu engga ada ngabarin aku hari," Areta memasang wajah cemberut.

Benar saja, Adnan sengaja ingin memberi kejutan pada Areta, berniat menjemput kekasihnya lalu mengajak makan malam bersama. Tapi skenario mendadak Keenan mengubah semuanya.

Ia melangkah, merentangkan tangannya, Areta cepat melingkari tangannya ke pinggang Adnan. Tubuh kecilnya tenggelam pada pelukan Adnan.

"maaf ya, aku ingin ngasih kejutan," lembut suara Adnan menenangkan.

Pelukan kali ini berbeda, terasa lebih dalam bersama rindu yang kian sirna. Namun, sesuatu membuatnya bermakna lain, karena baik Adnan maupun Areta tengah menyimpan perasaan cemas.

"kamu sudah makan?" tanya Areta, masih tanganya melingkari pinggang Adnan, hanya kepala mendongak.

"hmmm, sudah."

"kalau gitu, aku buatin kopi, mau?"

Anggukan kecil sebagai jawaban, lalu Adnan duduk di meja makan. Ia memandangi tubuh gadis di hadapannya yang menghidupkan mesin kopi otomatis, menaruh gelas di dekat tatakannya. Sesekali melempar senyum, saat Areta berbalik badan.

"kamu sering kemari selama aku tidak ada?"

"kupikir aku akan baik-baik saja, tapi ternyata aku merindukanmu. Jadi untuk mengobatinya aku kemari, mencium bau badan kamu yang tertinggal disini?" jawabnya, sembari meletak cangkir kopi untuk mereka.

Adnan menyeruput kopi, disertai helaan dari Areta, yang membuatnya menurunkan gelasnya dengan cepat.

"kenapa, ada masalah Ar?"

Apakah Kak Keenan sudah menemui Areta sebelum bertemu denganku?

"bukan masalah, hanya saja aku mencemaskan sesuatu?"

Akhir Sebuah Kisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang