Aku tidak seindah bunga Edelweis,
pula namaku tak sewangi bunga Melati. Aku hanya bunga Dandelion, meski mudah dijatuhkan oleh tiup angin,
aku tetap bisa tangguh tumbuh.
...---...---...
-----------"dasar bego Areta! kamu telah merindukan dan menunggu sahabatmu yang tidak sama sekali mengingat janjinya," Areta berteriak pada dirinya, memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
"bodoh!! kamu menantinya selama ini seperti orang bodoh Aretaaa!!" lengkingan suara Areta menyatu dengan deru angin di rooftop Gedung Giant Entertainment.
Areta terduduk, tetesan air matanya jatuh di atas lantai berdebu. Dipegangi dada kanannya dengan meremas-remas bajunya, sejurus isi kepala kembali memutar kalimat mengerikan yang dilontarkan Zhafir ibarat kaset rusak, terus mengulang hal yang sama.
Mungkin kalau aku bertemu denganmu saat kamu menjadi seorang yang hebat dari ini, aku bisa pikirkan kembali untuk menyambutmu sebagai sahabatku.
"jadi...kalau aku bertemu denganmu setelah menjadi orang yang sukses dari ini, kamu tidak akan melempar kata-kata kasar itu padaku Zha?"
Kesedihan terus membalut relung hati Areta, hingga ia lelah menumpahkan tangis. Kini, Areta terduduk di kursi, menatap nanar lurus ke depan. Sebuah senyuman getir terlukis disudut bibirnya.
setiap orang yang aku sayang, perlahan menghilang dari hidupku, kuharap Bang Keenan tidak seperti Zhafir.
Langit berubah jingga, membias di jendela kaca gedung Giant Entertainment dan gedung pencakar langit lainnya. Serupa suasana hatinya, langit jingga itu sedikit berawan.
Senja selalu jadi pengobat sendu hati Areta, tiap kali menyaksikan keindahannya, Areta bisa melupakan pelik pikirannya sejenak. Entah mengapa, sinar saga itu selalu ampuh memikul luka dan berat masalahnya. Meski hanya sejenak, setidaknya ia bisa merilekskan diri. Ajaibnya, senja selalu bisa jadi penawar, memberi pengingat untuknya agar selalu kuat dan bangkit dari segala keterpurukan.
...---...---...
"darimana saja kamu Areta?!" tegur Chef David setibanya Areta di dapur. Semua orang bahkan memandanginya dengan tatapan penghakiman. Kecuali Rani, Merry, dan Chef Andra menyiratkan sinar khawatir di sorot mata mereka pada Areta.
"ma-maaf Chef saya lupa kalau.."
"oh jadi kamu lupa sama tugas kamu?"
Wajar saja Chef David begitu, di hari pertama jadi Chef pribadi Adnan, Areta lupa memasak makan malam untuknya. Karena terlalu hanyut pada kesedihannya, ia bahkan melupakan kewajibannya.
Areta tak bisa menjawab, kepalanya hanya bisa tertunduk pasrah.
"hebat sekali kamu Areta, mentang-mentang dibaikin sama Pak Adnan, begini nih lama-lama jadi ngelunjak. Kamu tahu gak? gara-gara kamu dapur jadi kelabakan menyiapkan makan malam hari ini," bentakan terdengar nyaring di seluruh ruangan. Begitu marahnya Chef David, kalimatnya pun tak berjeda, "gara-gara kamu, saya harus menggantikan kamu dan berbohong pada Adnan. Dasar kamu ini!!" nyaris saja satu tamparan yang dilayangkannya mendarat di wajah Areta, Chef Andra dengan cepat menghalangi tangan Chef David.
"maaf Chef, saya tahu Areta bersalah, tapi tidak perlu menggunakan kekerasan."
Chef David mengalah, menurunkan tangannya sembari mendengkus kasar, "kamu harus minta maaf dengan Pak Adnan besok, kalau bisa sampai berlutut didepannya. Untuk hari ini dan seminggu ke depan, pekerjaan Merry dan Rani selepas makan malam, kamu yang mengerjakan semuanya," Chef David mengakhiri kalimatnya, melenggang dari dapur.
![](https://img.wattpad.com/cover/348286362-288-k923001.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Kisah [END]
RomanceKehilangan adalah teman dekatnya, melekat layaknya mantra yang telah menyihir jalan hidupnya. Sebab Areta, gadis yang tumbuh besar di panti asuhan, telah tiga kali menerima garis takdir kehilangan orang yang dicintainya: orang tuanya yang meninggal...