Chapter 28

46 10 4
                                    

Pasir pantai tak menolak saat ombak membasahinya. Pula ia tak takut ditinggal ombak menjauh ke laut, sebab ia tahu ombak akan kembali.
Serupa itu, aku pun tak takut ditinggalkanmu. Karena sejauh ini, kalau bukan takdir yang mengikat kita, mana mungkin aku bertemu denganmu. Maka, jika sekali lagi berpisah, maka aku hanya percaya pada takdir Tuhan akan terus mengitari pertemuan kembali untukku dan kamu.

...---...---...
----------------

¤¤Jangan lupa untuk ngasih vote setelah baca ya guys. karena vote tandanya sebagai bentuk penghargaan pada kerja keras penulis. Apalagi vote gratis. makasih. Happy reading ¤¤

----------------------------------------------

Tak ada yang lebih berharga dari hadirnya yang terkasih, menjelma kebahagiaan yang akhir-akhir ini penuh mengisi ruang yang dulunya kosong. Saking penuhnya, Areta pun tak ingin segera menyudahinya. Bahkan ia tak hentinya berdoa agar Tuhan terus membersamai mereka.

Tiap pagi akan terasa menenangkan, ketika kecupan mesra diberikan untuk membangunkanmu yang masih terlelap, seperti Adnan lakukan kepada Areta, sebelum ia berolahraga pagi.

Kecup lembut bibir Adnan membangunkan Areta, ia memalingkan wajah, dimana kepala kekasihnya itu sudah tepat di depan matanya dengan senyun termanisnya.

"selamat pagi putri tidur." Areta balas dengan menarik senyum.

"kamu mau olahraga pagi?"

"ehmm, kamu kalau masih ngantuk, tidur aja lagi. 1 jam lagi aku balik." ucap Adnan, sambil mengelus kepala Areta dan berlalu keluar dari kamar Areta.

Di bawah langit yang masih sedikit semburat mentari di ujung timur, Adnan berlari kecil ditemani musik dari earphone yang tersambung dengan bluetooth.

Sementara itu, 30 menit kemudian, setelah drama manis dengan Adnan, Areta menuju dapur untuk memasak sarapan.

Bunyi bising dari pisau dan nampan yang beradu terdengar nyaring mengisi dapur berpadu dengan desau angin yang masuk dari jendela.

Ia juga tak lupa membuat sup kacang merah kesukaan kekasihnya. Pun Areta menyeduh kopi dan teh untuk mereka.

Lalu tiga puluh menit kemudian, Adnan kembali dengan sarapan yang sudah tersaji di atas meja.

"wah enaknya, selesai olahraga langsung disajiin sarapan. Pacarku emang the best." Adnan iseng menggoda Areta yang masih menata piring sambil memeluk Areta dari belakang.

"Ad, kamu tuh keringetan, mending kamu mandi deh sana," ujar Areta mendorong tubuh Adnan, tapi kalah telak dengan tenaga Adnan yang makin kuat merengkuhnya.

"ga mau, biar kamu juga bau keringat."

"Adnan, aku udah mandi, kamu tuh ya... lepasin ga?"

"yauda aku lepasin, tapi cium pipi aku dulu."

Areta mendengus kesal, ia akhirnya menempel kecupan ke pipi Adnan dengan cepat.

"udah sana kamu mandi dulu, sarapannya udah siap nih," ucap Areta saar Adnan melepas pelukannya.

Sembari menunggu Adnan kembali, Areta melipir ke bagian belakang rumah untuk mencuci pakaian kotor di mesin cuci, meski cuciannya kali ini tidak terlalu banyak.

Akhir Sebuah Kisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang