Cawan bahagia satu-satu mulai terisi kembali, kuharap tak lagi tumpah.
Tuhan, izinkan aku menyecap bahagia kali ini.
...---...---...
--------------¤¤Jangan lupa untuk ngasih vote setelah baca ya guys. karena vote tandanya sebagai bentuk penghargaan pada kerja keras penulis. Apalagi vote gratis. makasih 🤗. Happy reading ¤¤
-----------------------------
Sebelum menemui Areta di tempat kerjanya, Adnan ke tempat tinggal Areta lebih dulu. Ia menghela panjang, saat melihat tempat yang ditinggali Areta. Gubuk yang nyaris rubuh dengan dinding tepas dan bagian atapnya berlubang. Bahkan tidak layak huni sebenarnya.
Tetangga dekat rumah Areta membawa Adnan ke pabrik tempat kerja Areta. Ia pun mendengar kabar bahwa Papa Hendra meninggal dunia beberapa hari lalu. Lagi-lagi Adnan menyalahkan dirinya, yang terlalu lama untuk datang.
Di pabrik, saat Areta berdiri di hadapannya, Adnan melempar senyum bahagia, akhirnya ia bisa melihat Areta lagi. Tapi... yang ia temui bukan Areta... hanya kesedihan yang tertangkap nyata pada binar matanya.
Areta pun tak kuasa membendung bulir air matanya. Tangisnya langsung tumpah. Adnan sigap memangkas jarak di antara mereka, memeluk Areta erat saat ia telah berada dekat dengannya.
"maafin aku Ar, maaf ya aku lama datangnya," ucap Adnan lirih, rengkuhannya kuat melingkari tubuh Areta yang tenggelam di kedua tangannya. Sedang Areta menumpahkan kesedihan, tangisannya makin kencang.
Adnan berziarah ke makam Papa Hendra. Mereka menaburi mawar merah, memenuhi seluruh pusara, dan tak lupa bunga anyelir kesukaan papa ditancapkan di dekat nisan.
"pa, ini Adnan datang, yang sering Areta ceritain ke papa," ucap Areta, ada getar terdengar di suaranya.
"iya pa, ini Adnan, maafin kalau Adnan baru bisa datang sekarang ya pa. Tapi papa ga perlu khawatir sekarang, biar Adnan yang jagain Areta. Papa bisa tenang disana."
Kalimat Adnan terdengar tegas, tak ada keraguan. Apalagi, setelah menyaksikan hidup Areta sekarang, ia makin bertekad untuk melindungi Areta, memberikan kebahagiaan untuknya. Tak peduli apapun lagi yang mengganggu, Adnan cuma ingin Areta bahagia.
...---...---...
"aku pikir kamu tidak akan datang menemui aku lagi Ad."
"kan aku sudah janji Areta, aku akan datang. Memang agak sedikit lama, karena ternyata tak semudah itu."
"trus, gimana caranya kamu bisa datang kemari?"
"Kak Keenan, dia membantu aku menyelesaikan semuanya. Dia juga yang menyuruh aku untuk segera nemuin kamu."
Raut wajah Areta berubah mendengar nama Keenan diucap, Adnan menyadari perubahan air muka Areta.
"aku sudah tahu Ar, hubungan kamu dengan Kak Keenan. Aku juga udah tahu kalau kamu sengaja menutup fakta itu karena suruhannya," lanjut Adnan.
"kamu cari tahu soal itu?"
Adnan mengangguk pelan, "sejujurnya aku hanya mencari tahu soal hubungan kamu sama Zhafir, tapi ternyata aku menemukan soal Kak Keenan juga."
"jadi... kamu sudah tahu juga soal Zhafir?"
Adnan berdehem, "semua yang coba kamu tutupi selama ini, aku sudah tahu Ar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Kisah [END]
RomanceKehilangan adalah teman dekatnya, melekat layaknya mantra yang telah menyihir jalan hidupnya. Sebab Areta, gadis yang tumbuh besar di panti asuhan, telah tiga kali menerima garis takdir kehilangan orang yang dicintainya: orang tuanya yang meninggal...