24. Badai besar untuk Anna 💗

30 8 0
                                    

Anna tengah bersiap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna tengah bersiap. Ia sudah memakai gaun pilihan nya. Sebentar lagi polesannya yang ia berikan pada wajahnya akan selesai. Tidak terlalu tebal namun riasan itu cukup membuat wajah Anna nampak cantik lebih intens.

Setelah merasa selesai dengan urusan nya, Anna lantas keluar dari kamar. Ia perlahan menuruni anak tangga, sebetulnya ia malu dengan ayah, Abang dan adiknya. Sebab ia belum pernah dandan seperti itu sebelum nya di hadapan mereka.

Setelah sudah sampai di lantai bawah Anna lantas duduk di meja makan, ia duduk diantara Abang dan adiknya. Ketiga pria itu menatap Anna, seketika terpesona dengan penampilan gadis cantik yang saat ini kecantikan nya bertambah itu.

"Fia, cantik banget adek guee gileeee". Ucap Leo heboh. Padahal mulut nya sedang mengunyah makanan.

Anna menunduk malu, pipi nya bersemu merah.

"Anak ayah kan memang cantik, kenapa kamu baru sadar sih Leo?". Sahut sang ayah.

"Iyaa Leo tahu, cuma yang kali ini cantiknya berkali-kali lipat tahu yah". Ucap Leo.

"Iya kak Anna memang secantik itu sampai sampai teman teman Sadam berebut ingin menjadikan kak Anna kekasih nya". Ucap Sadam ceplas-ceplos.

Setelah nya ia tertawa puas.

Sedangkan Anna melemparkan tatapan tajam pada adiknya.

"Teman mu dam? Itu artinya...adik kelas dong? Wahhh pesona fia memang gaada obat ya, terus bagaimana? Apa Anna sudah memacari salah satu teman mu dam?". Tanya Leo masih heboh.

Sadam menggeleng.

"Belum bang, Kak Anna bilang ia sedang tidak ingin memikirkan pacaran pacaran dulu, ia ingin fokus belajar saja katanya tuh". Ucap Sadam.

"Wahhh pantas saja nilai nya menjadi yang tertinggi di angkatan nya! Tapi fia, untuk kesenangan mu setelah ini tak apa lah jika kamu mau punya pacar". Leo menggoda Anna.

"Tidak ingin bang! Untuk sekarang aku akan menyelesaikan pendidikan ku dulu!". Sahut Anna.

Sang ayah tersenyum bahagia mendengar percakapan ringan pagi itu. Sungguh dari hati nya yang paling dalam ia menyesal. Kenapa baru sekarang ia menjenguk kedua anaknya itu.

Padahal sebetulnya ia amat merindukan Anna dan Sadam. Namun, ia tak pernah bisa membohongi perasaannya. Ia masih terpukul dan tidak rela atas kepergian istrinya 2 tahun yang lalu.

Rumah yang ia injak itu selalu menjadi kenangan bagi ayah Anna. Kebersamaan nya bersama sang istri sejak awal pernikahan hingga memiliki 3 anak hebat seperti sekarang selalu terulang di memori nya.

Ia belum ikhlas atas kepergian istrinya.

"Sudah sudah cepat selesaikan makan kalian, nanti kita terlambat kalau kebanyakan mengobrol". Ucap sang ayah.

Setelah nya mereka sibuk menghabiskan sarapan mereka yang sudah sang ayah buatkan itu. Dan setelah selesai sarapan mereka akan segera berangkat menuju sekolah Anna.

Hello My Senior | Enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang